Velicia mendapati aunty Marry di penthousenya.
"Hai bibi... Aku kira kau sudah melupakan aku"sapa Velicia begitu masuk.
" Oh gadis cantikku, aku merindukanmu sayang"bibi Marry memeluknya erat.
"Aku kira bibi sangat sibuk sehingga tak pernah mengunjungi ku lagi".
" No sayang. Hanya beberapa hal kecil yang perlu dibereskan. Lagipula kata Adrian sekarang kau punya seseorang. Siapa namanya?"bibi Marry terlihat berusaha mengingat.
"Namanya Edgard. Kami hanya berteman".
" Senang mendengarnya sayang, setidaknya kau sudah punya teman minum kopi atau hanya sekedar duduk di taman"goda bibi Marry.
"Aku akan mandi, tolong siapkan susu hangat untukku".
Velicia sengaja mengalihkan pembicaraan. Entah kenapa tiba-tiba ia memikirkan Edgard.
" Aku sudah menyiapkan air hangat di bath up".
"Thanks bibi. Kau selalu tahu apa yang aku inginkan".
" Tentu saja sayang. Kau putriku. Hanya kau yang kumiliki sekarang".
Marry memegang tangan Velicia.
"I know Marry. Aku menyayangimu".
Velicia tersenyum dan meninggalkan bibi Marry. Matanya berkaca-kaca mengingat betapa tulus bibi Marry saat pertama bertemu.
Ia melepas pakaiannya dan mulai merendam seluruh tubuh di bath up yang beraroma rose. Kesukaannya.
Entah berapa lama Velicia berendam ia tak tahu. Ia begitu menikmati air hangat aromaterapi itu hingga bibi Marry harus berteriak memanggil namanya.
"Aku disini bibi".
Kata Velicia begitu keluar dari kamar mandi.
" Aku tahu sayang tapi itu ponselmu berdering terus menerus. Aku takut ada hal penting"balas bibi Marry.
Velicia mendekati nakas dan memeriksa ponselnya. Belasan panggilan tak terjawab dari Edgard. Velicia berniat menelepon kembali tapi tiba-tiba bibi Marry masuk.
"Seseorang mencarimu sayang".
"Siapa?".
" Aku baru pertama kali melihatnya".
Velicia mengerutkan keningnya. Hanya Adrian, Noel, Edgard dan bibi Marry yang tahu penthouseku. Apalagi sudah melewati keamanan di lobi.
"Aku akan turun sebentar lagi"jawab Velicia.
Setelah mengganti pakaian santai Velicia turun ke ruang tamu. Ia menarik napas lega.
" Ternyata kau. Aku hampir mati penasaran".
Sapa Velicia lalu duduk di samping Edgard.
"Kau membuatku khawatir Vel. Kau tak menjawab ponselmu" Edgard menatapnya lama.
Velicia merasa canggung dengan tatapan itu.
"Maafkan aku Ed. Aku sedang mandi jadi tak mendengar ponselku berbunyi".
Velicia menggenggam tangan Edgard refleks.
Bibi Marry muncul dengan segelas susu hangat dan secangkir cappucino.
Velicia kaget dan melepas tangannya. Bibi Marry tersenyum.
"Selamat menikmati"ucapnya membungkuk.
" Oh ya bibi, kenalkan ini Edgard. Dan Edgard ini bibi Marry".
"Senang berkenalan denganmu bibi Marry"sapa Edgard.
" Thanks handsome. Aku permisi".
Setelah bibi Marry pergi Velicia dan Edgard menghabiskan minuman mereka.
"Apa ada hal penting Ed?"tanya Velicia.
" Oh itu aku menelponmu untuk memberitahu jangan lupa minum vitamin".
"Thanks. Aku pasti ingat. Lagipula kau tak harus jauh-jauh sampai kesini. Kau pasti lelah sama sepertiku".
" Aku tahu. Tapi aku cemas saat ponselmu tak diangkat. Aku takut terjadi sesuatu padamu".
"I know Ed. Maafkan aku. Aku terlalu egois".
" Its okay Vel. No, jangan bicara seperti itu. Kau wanita yang baik. Aku melakukan ini tulus untukmu".
Edgard menatapnya dalam. Velicia menunduk untuk menghindari tatapan itu. Ia tahu betul bagaimana sikap Edgard padanya selama ini.
Edgard memegang dagunya.
"Lihat aku Vel. Jangan pikirkan apapun. Aku senang melakukan hal-hal kecil untukmu".
Velicia hanya mengangguk pelan lalu memeluk Edgard erat. Walau rasanya tak sama seperti ia memeluk Noel ia tetap berusaha untuk menjaga perasaan Edgard.
" Karena aku belum makan malam, maukah kau menemaniku?"pinta Velicia.
"Tentu saja. Aku juga lapar Vel".
Suasana kembali mencair.
" Ayo, kita lihat apa yang disediakan oleh bibi Marry".
Velicia berdiri dan menarik tangan Edgard.
Keduanya berjalan menuju meja makan.
Velicia terkejut dengan tatanan menu di meja.
Ini pasti ulah bibi Marry...
Ia menggeleng dan tersenyum simpul. Edgard mengerutkan keningnya.
"Duduklah Ed. Maaf aku tak tahu bibi Marry menyiapkan ini"ucap Velicia malu-malu.
Edgard menarik kursi untuk Velicia lalu keduanya duduk berhadapan.
" Aku harus berterima kasih pada bibi Marry".
Kata Edgard sambil memperhatikan Velicia yang menyendok makanan dan menaruhnya di piring Edgard. Velicia memandangnya sejenak.
"For what?".
" Karena sudah menyiapkan ini. Kau tahu Vel, aku senang bila waktu makanku selalu bersamamu".
"Why Ed?".
" Karena aku akan makan tanpa berpikir apapun".
"Oh ya?".
Velicia menjawab pendek.
"Karena ada kau di hadapanku jadi aku tidak memikirkan mu".
Wajah Velicia memerah, ia menatap Edgard sejenak.
" Berhenti menggodaku Ed. Ayo makan".
"Baiklah nona Thompson"goda Edgard lagi.
Velicia meneguk air putih di hadapannya dan sialnya ia terbatuk.
Edgard berdiri dan menghampirinya lalu menepuk punggungnya pelan. Velicia semakin tegang dengan sentuhan tangan Edgard di punggungnya.
Apa yang harus aku lakukan?
Velicia menuju wastafel dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Edgard bersandar di tembok dan memandangnya. Velicia menegakkan punggungnya.
"Apa kau merasa lebih baik?"tanya Edgard.
Velicia hanya mengangguk. Matanya masih merah.
" Lain kali minumlah dengan perlahan"ucapnya sambil mengelus pundak Velicia.
"Ayo makan Ed".
" Maafkan aku ya".
Kata Edgard begitu mereka duduk di meja makan.
"Makanlah. Setelah itu baru bicara".
Edgard mengangkat bahunya lalu mulai makan. Sesekali ia melihat Velicia yang sedang makan tanpa bersuara.
Semoga aku tak melakukan kesalahan Vel...
Setelah makan mereka mengobrol sebentar. Sebelum pulang Edgard menyuruh Velicia untuk minum obat penenang yang diresepkan Brady.
"Selamat beristirahat. Kabari aku kalau kau butuh sesuatu".
" Thanks Ed. Hati-hati di jalan".
Velicia mengantar Edgard sampai pintu. Tiba-tiba Edgard mencuri ciuman di keningnya sebelum berbalik pergi. Velicia yang terkejut dan hanya diam mematung....
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...
