Kehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi.
Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...
Rombongan pengantin baru memasuki kawasan elit di sudut kota Berlin. Begitu memasuki gerbang hari telah gelap namun semarak cahaya dari berbagai aneka lampu dekorasi seakan membawa mata berada di dunia lain.
Bunga- bunga segar yang tertata rapi dengan berbagai ornamen pita dan balon berjejer mengucapkan Happy Wedding.
Tak hanya itu, mata Velicia menangkap beberapa orang yang dikenalnya sebagai rekan bisnis ada di situ.
"Ini benar- benar kejutan".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisiknya pada Pirentz yang sejak tadi belum terbangun dari mimpi indahnya.
" Aku lebih terkejut darimu. Aku bahkan masih mengira ini mimpi Vel".
Balas Pirentz seraya berusaha tersenyum pada beberapa kolega yang di kenalnya. Dalam hati ia memuji pengaruh Mr. Alex yang bisa membawa hampir setengah dari pebisnis- pebisnis ternama dunia di pernikahan mereka.
Beberapa karangan ucapan pernikahan berdiri gagah di sisi kiri dan kanan.
"Hadirin sekalian, mari kita berdiri dan menyambut pasangan yang berbahagia Mr. dan Mrs. Ronalds".
Tepuk tangan meriah dan beberapa siulan mengiringi langkah Velicia dan Pirentz hingga pelaminan mewah di tengah ruangan yang luas.
Acara demi acara berlangsung meriah hingga jamuan makan malam mewah. Semua tamu yang datang sangat mengagumi konsep pernikahan Pirentz dan Velicia.
Setelah itu acara dansa di mulai. Sebagai pemilik acara Pirentz dan Velicia mendapat kehormatan untuk berdansa terlebih dahulu.
"Aku tidak bisa melakukannya ".
Bisik Pirentz di telinga Velicia dengan wajah sedikit memerah. Velicia menatapnya lekat dan tersenyum.
" Aku juga. Tapi, kita harus mencobanya jadi mari melangkah dengan perlahan".
Pirentz tertawa kecil seraya mengeratkan tangannya di pinggang Velicia. Sedangkan Velicia melingkarkan kedua tangannya di leher Pirentz dengan mesra.
Tak jauh dari situ mata Grandma terus menatap keduanya. Ia tersenyum bahagia. Walaupun dalam hati kecilnya ia berharap bahwa Edgard yang ada di sana, di pelukan Velicia.
Ah!! Eddie... Apa kau cemburu?
Sebuah tepukan lembut di pundak Grandma memutus lamunannya. Adrian menyapa Grandma.
"Terima kasih sudah bekerja keras untuk membahagiakan kakakku Grandma".
Grandma tersenyum kecil. Matanya tak lepas dari Velicia dan Pirentz di lantai dansa.