NEW YORK

5.2K 228 2
                                    

Setiap orang memiliki mimpi dan cita-citanya sendiri. Jalan yang ditempuh untuk mencapainya pun berbeda.

Pencapaian puncak dari karir seseorang selalu dibarengi dengan latar cerita alasan seseorang berjuang.

Begitupun Velicia Thompson. Perempuan cantik dan berwibawa CEO perusahaan raksasa V-Realty Trust.

Tak banyak yang tahu cerita di balik kesuksesannya saat ini. Perempuan cerdas yang sangat disegani kolega bisnisnya. Pribadi yang memiliki aura mengintimidasi lawan yang sangat kuat.

Namun,menyimpan cerita hidup yang tak akan dipercaya jika mendengarnya.

Membawahi beberapa anak perusahaan ritel, perusahaan properti dan real estate di New York bahkan memiliki anak perusahaan di Eropa dan Asia. Bisnisnya menggurita.

Tapi satu hal yang selalu menjadi tanda tanya orang yang mengenalnya, mengapa ia tak pernah terlihat berkencan dengan seseorang. Banyak paparazzi yang berusaha keras mencari informasi tentang kehidupan pribadinya tapi hasilnya selalu sama. Nihil.

Menjadi Narasumber di berbagai talk show bisnis dan menjadi sampul berbagai majalah terkenal tak membuat kehidupan privasinya ikut terekspos. Karena memang sejatinya,ia telah menutup semua cerita tentang cinta.

New York, kota bisnis kelas satu di dunia menjadi pilihan Velicia beberapa tahun lalu sebagai tempat pelarian dari kepedihan hatinya,.

Kota yang dijuluki Big Apple ini memang menawarkan berjuta pesona bagi banyak orang. Entah sekedar melancong, menuntut ilmu atau bahkan mengadu takdir, kota ini menyajikan segalanya.

Hanya butuh niat dan kerja keras untuk membentuk dan membangun hidupmu sendiri.

Velicia baru tiba di kantornya. Sekertarisnya Adrian menunggunya di lobi utama dan berjalan mengekorinya memasuki lift khusus yang akan membawa mereka ke lantai teratas V-Realty Trust.

Sambil berjalan keluar dari lift Adrian membacakan agenda hari ini. Tak lama kemudian mereka tiba di ruangan Velicia. Ia meletakkan tangan pada scanner dan segera masuk.

Ya. Ruangan CEO memang dirancang dengan tekhnologi dan tingkat keamanan yang tinggi. Tidak hanya itu bahkan seluruh perusahaan dilengkapi dengan hal yang sama.

"Kau boleh kembali Adrian"kata Velicia tegas saat Adrian selesai menjelaskan job desc Velicia hari ini.

Adrian mengangguk lalu berjalan ke ruangan Sekertaris yang berada di luar ruangan CEO.

Velicia mulai mengambil setiap berkas dan mempelajarinya. Sesekali ia menuliskan catatan-catatan kecil.

Ia adalah seorang yang sangat teliti, hal sekecil apapun tak pernah luput dari perhatiannya. Ia tak ingin membuat kesalahan.

Ia telah belajar dari masa lalu. Ia tak ingin menganggap sepele hal -hal kecil karena justru itulah yang akan membahayakan.

Seorang karyawan paruh baya mengetuk dan masuk setelah Velicia memberi perintah.

"Selamat pagi nona", ia meletakkan Capuccino hangat di meja.

"Selamat pagi aunty Marry"Velicia tersenyum.

"Selamat bekerja. Keberuntungan selalu menghampirimu sayang".

Ia mengecup pipi Velicia.

"Tentu saja aunty. Itu karena engkau selalu mendukungku".

"Aku permisi. Semoga harimu menyenangkan".

Setelah karyawan itu keluar,Velicia mengambil minumannya dan berdiri di depan jendela kaca besar yang merangkap dinding. Ia bersandar pada sudut dan memandang keluar.

Dari atas gedung setinggi 70-an meter ia bisa menyaksikan kesibukan pagi di New York.

Ia menyeruput capuccinonya dan tersenyum. Entah kenapa pikirannya kembali pada saat ia baru menginjakan kakinya di New York 10 tahun lalu.

10 tahun lalu...
Velicia baru tiba di New York. Ia menumpang taksi dan memintanya untuk mengantarnya ke kawasan Harlem. Ia harus menyewa apartemen murah untuk berteduh sebelum mengadu nasib di kota Big Apple.

Tiba di kawasan Harlem tak ada apartemen kosong. Hari telah malam,ia tak tahu harus kemana.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampirinya dan bertanya.

"Hai nona,apakah engkau mencari seseorang?".

"Oh,hai aunty. Tidak. Aku ingin mencari tempat tinggal. Tapi kelihatannya aku tidak beruntung".

"Lalu kau akan kemana?Hari sudah gelap".

"Aku tidak tahu. Aku akan mencoba peruntunganku".

"Hei,kalau kau tak keberatan,menginaplah di apartemenku. Besok kau boleh melanjutkan mencari apartemen".

Velicia mengangguk. Ia tak punya pilihan. Lagipula ia begitu lelah. Jiwa raganya . Betapa tidak rentetan kejadian dalam sehari menguras semua emosi dalam dirinya.

Perlahan ia masuk mengikuti wanita paruh baya bernama Marry.
Ya dia memanggilnya aunty Marry.

Keesokan harinya setelah menceritakan tujuan ia datang ke New York,aunty Marry menawarkan agar untuk sementara ia tinggal bersama sampai ia menemukan pekerjaan.

Velicia tak menolak,mengingat uang yang ia punya tak seberapa. Akhirnya ia setuju untuk tinggal bahkan sampai ia memperoleh pekerjaan pertama di sebuah perusahaan marketplace.

Ia sudah menganggap aunty Marry sebagai ibunya. Setiap pagi aunty Marry yang akan menyiapkan seluruh keperluannya sebelum pergi bekerja.

Aunty Marry bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran kecil. Setelah mendapat gaji pertamanya Velicia selalu memberikan sebagian untuk aunty Marry belanjakan kebutuhan mereka. Sisanya untuk dirinya dan tabungan.

Tahun demi tahun aunty Marry tetap setia disampingnya hingga ia sukses seperti sekarang.

Velicia tersenyum getir dan menyeruput minumannya. Ya. Aunty Marry telah mendampinginya melewati segala suka dan airmata.

Ia sudah melarang Marry untuk tidak bekerja. Tapi Marry bersikeras untuk melayaninya. Ia berdalih bahwa ia tak bisa mempercayai orang lain untuk mengurusi keperluan Velicia.

Akhirnya Velicia mengalah.

Velicia menarik napas panjang. Ia kembali duduk di kursinya. Ia menegakkan punggung dan melanjutkan pekerjaannya.

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang