MEMORIES

765 46 0
                                    

Noel berjalan ke panggung kecil yang disiapkan di tengah-tengah ruangan. Ia naik dan membungkuk hormat pada seluruh tamu undangan yang ada.

"Aku ucapkan selamat datang dan terima kasih untuk semua sahabat dan rekan bisnis dan juga keluarga besarku. Sangat senang kalian hadir dan mendukungku. Aku harap kerjasama dan keberuntungan bagi kita semua yang hadir di sini. Semoga kalian merasa nyaman dan menikmati acara ini. Aku menyayangi kalian semua".

Tepukan tangan mengakhiri ucapan singkat Noel. Ia membungkuk hormat lalu berjalan meninggalkan panggung.

Ia melihat Velicia masih berdiri di sudut ruangan. Tapi tak ada Edgard disana. Velicia tampaknya sedang mencari sesuatu. Pandangannya diputar ke segala arah.

"Apa kau mencari sesuatu? ".

Ucap Noel mengagetkan Velicia.

"Tidak. Aku... " Velicia menggeleng.

"Kau tak akan menemukannya. Dia tak ada di sini".

" Apa maksudmu?"tanya Velicia.

"Pirentz tidak hadir dalam acara ini".

Velicia menunduk dan menggigit bibirnya. Noel mengambil telapak tangannya.

" Ikut aku".

"Kemana Noel? ".

"Kau akan tahu nanti".

Sementara itu Edgard yang baru saja datang dari toilet melihat Noel menuntun tangan Velicia menuju pintu keluar. Ia berjalan cepat mengikuti mereka.

Baru saja ia tiba di parkiran ia melihat Velicia masuk ke sebuah mobil dan berlalu dari situ. Ia langsung menuju mobil mereka yang dipakai tadi dan tancap gas. Ia cemas sesuatu yang buruk terjadi pada Velicia.

Edgard menyetel GPS dan melaju mengikuti GPS Velicia. Mobil melaju keluar dari area kota menuju kawasan bukit. Tampak pemandangan malam kota Boston yang indah.

Velicia memperhatikan jalur yag mereka lalui. Sepertinya ia familiar dengan area ini.

"Noel... ".

"Kau akan tahu nanti".

Jawab Noel. Ia tahu Velicia pasti sudah menebak tujuan mereka.

Benar saja. Mereka tiba di sebuah gerbang tinggi. Gerbang terbuka secara otomatis dan mobil Noel melesak masuk. Jantung Velicia berdegup kencang. Ia bahkan meremas cluctbagnya kuat.

Noel membuka pintu mobil. Velicia menatapnya dan menggeleng. Noel mengelus punggung tangannya lembut.

"Semua akan baik-baik saja".

Mereka berdiri di depan pintu utama. Noel mengambil tangan kanan Velicia dan meletakkan telapak tangannya pada scanner.  Pintu terbuka, Velicia sangat terkejut.

Ini bahkan sudah 10 tahun dan semua masih sama.

Velicia melangkah mengikuti Noel ke dalam menuju ruang tamu. Ia mengedarkan pandangannya. Tak ada yang berubah. Semua tampak terawat dengan baik.

Ia melihat ke meja dan ia terkejut melihat semua yang terletak di meja. Semua yang ia letakkan 10 tahun lalu di malam kelulusannya.

Lututnya terasa goyah, kepalanya pening.

"Semuanya... ".

Velicia bersimpuh di kaki meja.

"Ya. Maafkan aku tapi ini adalah salah satu alasan aku mengundangmu ke Boston" Ucap Noel.

"Sejak kepergianmu malam itu. Pirentz mencarimu seperti orang gila hingga ia menemukan ini semua di sini. Betapa hancurnya dia saat itu. Awalnya aku ingin menghajarnya sampai babak belur karena aku tahu kau begitu terluka pada hari itu. Aku menyalahkannya atas semua yang teejadi padamu. Ia bahkan tak membela dirinya. Itu pertama kalinya aku melihatnya menangis. Kami semua bahkan tak bisa membujuknya. Ia bahkan hanya duduk di lantai ini dan menatap apa yang kau tinggalkan selama berhari-hari.

Akhirnya, suatu hari aku mencoba bicara dengannya. Aku meyakinkannya bahwa aku akan menemukanmu. Ia bereaksi dan menatapku memohon, katanya"tolong aku Noel. Aku hanya mencintainya dan itu semua miliknya. Aku memberikannya dengan tulus . Jika suatu hari nanti kau bertemu dengannya berikan ini padanya. Dia harus menerimanya karena itu miliknya. Berjanjilah Noel"......

Kau tahu Vel, sejak hari itu Pirentz kembali. Aku selalu menghiburnya dengan mengatakan bahwa suatu hari ia akan bertemu denganmu dan ia harus baik-baik saja karena itu yang  kau inginkan. Dan Pirentz berhasil membangun hidupnya kembali.

Dan aku tak tahu bahwa kata-kata isengku menjadi kenyataan. Kalian bertemu tanpa bantuanku. Setelah pulang dari New York dia menceritakan segalanya padaku.
Aku bangga padamu Vel".

Velicia menutup mulutnya, ia menahan dirinya untuk tidak menjerit. Airmatanya sudah mengalir dari tadi.

Noel mendekatinya dan memeluknya. Tangisnya pecah. Ia memeluk Noel erat.

Sementara itu Edgard masih menunggu di gerbang yang terkunci. Ia semakin cemas karena Velicia dan Noel belum juga keluar. Ia telah memeriksa gerbang dan menemukan bahwa pemilik rumah ini menggunakan sistem keamanan tinggi.

Sebenarnya Edgard bisa meretasnya namun ia tak berani. Apalagi ia tak tahu ini rumah siapa.

Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon Pirentz. Panggilannya sama sekali tak di jawab. Kemudian ia mengirimkan pesan. Sama saja, dibaca tapi tak dibalas. Edgard semakin gelisah.

Ia keluar dari mobil dan berjalan mondar-mandir. Tiba-tiba pintu gerbang terbuka. Edgard masuk ke mobil lalu menyetir ke dalam mansion.

Ia segera menuju pintu utama  dan pintu terbuka secara otomatis. Ia berlari kecil menuju sumber suara dari dalam rumah.

Ya. Itu suara tangisan Velicia. Ia sudah hafal. Ia percepat larinya dan...

Ia terpaku melihat Velicia yang menangis histeris dalam pelukan Noel.

"Apa yang terjadi Noel? " tanya Edgard.

" Ed... Tolong aku"ucap Velicia  lemah.

Edgard segera menarik Velicia dari pelukan Noel dan menggendongnya.

"Noel tunjukkan dimana kamarnya" Ucap Edgard tajam.

Noel menunjuk ke lantai dua. Edgard membawa Velicia menuju kamarnya yang dulu ditempati Velicia.

Edgard membaringkan Velicia dan meminta Noel untuk menghubungi dokter.

"Tapi Edgard... " Jawab Noel ragu.

"Lakukan sekarang atau aku akan mematahkan lehermu".

Kata Edgard kasar.

Sementara itu di tempat berbeda, seorang pria terus menatap lekat layar laptopnya dan menangis dalam diam melihat semua yang terjadi di rumah itu.

Ya. Melalui CCTV yang terhubung ke laptopnya Pirentz menyaksikan segalanya..

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang