Perjalanan ke Jerman berjalan sesuai harapan Velicia. Mereka berdua menggunakan jet pribadi milik Velicia.
Awalnya Pirentz menawarkan agar menggunakan jet miliknya tapi Velicia menolak dengan alasan Pirentz harus mencoba aset milik Velicia. Akhirnya Pirentz mengalah.
"Aku akui, kau membuktikan ucapanmu padaku dulu".
Kata Pirentz saat keduanya berada di dalam pesawat. Velicia tersenyum kecil lalu membuang pandangannya ke luar jendela.
Sejenak ia teringat kenangan manis mereka dulu saat ia masih kuliah. Setiap kali ia menggunakan fasilitas mewah milik Pirentz ia selalu bermimpi untuk sukses seperti Pirentz.
" Kau tahu, dulu aku begitu iri padamu. Dan itu yang membuat aku bekerja sangat keras untuk sukses seperti dirimu Rentz".
Pirentz menyeruput capuccino dan tersenyum kecil.
"Aku tahu kau istimewa, kau berbeda dengan kebanyakan orang yang ku kenal. Itulah sebabnya kau tak akan pergi dari sini seumur hidupku".
Pirentz meraih telapak tangan Velicia dan meletakkannya di dadanya dengan lembut. Mereka saling bertatapan dengan lekat.
Velicia menatap bola mata Pirentz lama, seakan mencari kebenaran dari kalimat Pirentz barusan. Hingga perlahan Pirentz menunduk dan mengecup bibirnya.
Tak ada lumatan. Hanya kecupan ringan dan ia membiarkan bibir mereka menempel hangat.
Velicia terpejam untuk merasakan kedekatan ini. Secara psikis, ia ingin menyambung kembali perasaan cinta yang sempat terputus lama.
Menyambungnya menjadi utuh lagi. Tanpa masa lalu. Dan tanpa bayang- bayang kematian Edgard.
Ia ingin tahu, apakah hatinya memang masih menginginkan Pirentz atau ini hanyalah perasaan iba dan kesepian sesaat.
Dalam hati ia berdoa agar Tuhan menunjukan jalan benar untuknya.
"I love you Rentz".
Bisik Velicia. Pirentz memeluknya erat. Matanya berkaca- kaca. Ia mengeraskan rahangnya untuk tidak menangis.
" Thanks my Velly".
Tiba di Jerman sebuah limosin telah menunggu mereka di hanggar. Pirentz menggenggam tangan Velicia untuk turun.
Limosin berhenti tepat di depan lobi Intercity Hotel. Mereka akan menginap di sini selama berada di Berlin.
Sebenarnya Grandma memiliki beberapa hotel kelas menengah di Berlin dan telah menawarkan Velicia untuk stay di salah satu hotel, namun Mr. Alex bersikeras agar mereka stay di Intercity Hotel yang merupakan miliknya.
Dan Velicia memutuskan menghargai permintaan Mr. Alex sebagai orang yang telah mengundang mereka dan juga tempat ini dipilih karena mereka akan mengadakan pertemuan bisnis selama di Berlin.
Kening Velicia berkerut saat tiba di kamar suite miliknya. Ia menatap pelayan yang bersama mereka.
"Just one Ms. Thompson".
Velicia mengangguk dan menoleh pada Pirentz yang berdiri di dekat jendela.
" Jika Anda membutuhkan sesuatu, hubungi aku kapan pun ".
Ucap pelayan itu setelah membereskan koper milik Velicia dan Pirentz.
" Aku akan mandi".
Kata Velicia pada Pirentz yang terlihat mengetik sesuatu di ponselnya. Ia segera berjalan ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Pirentz.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...