LOST MEMORY

636 29 3
                                        

Sudah 6 jam sejak Velicia dipindahkan ke ruang perawatan tapi ia belum membuka mata sama sekali. Selama itu pula Pirentz tak pernah beristirahat, ia tetap duduk dengan setia disamping ranjang sambil menggenggam tangan wanita yang sangat dicintainya itu.

Ponselnya berbunyi dan ia segera menekan tombol hijau begitu melihat ID penelpon.

"Hai Adrian".

" Apa semua berjalan baik?"tanya Adrian.

"Ya.Tentu saja.".

" Aku yakin itu karena dia perempuan yang kuat"Adrian menambahkan.

"Apa semua di kantor berjalan dengan baik?" tanya Pirentz memastikan.

"Ya. Beberapa kolega bertanya tapi aku mengatakan Velicia sedang mengunjungi anak perusahaan di Eropa".

" Semoga tidak terjadi masalah"gumam Pirentz.

"Ya.Tolong sampaikan dukunganku untuknya. Dan, kau juga harus mengurus dirimu. Jangan terlalu cemas".

" Thanks Adrian. Tentu saja, aku akan membawanya pulang tanpa kurang suatu apapun"balas Pirentz dengan yakin.

"Baiklah. Aku selalu percaya padamu dan kuharap hubungan kalian akan semakin baik. Aku tutup telponnya" ujar Adrian lalu mengakhiri pembicaraan mereka.

Pirentz menatap wajah Velicia dan tersenyum kecil.

"Hei... Apa kau tidak bosan terus menutup matamu? Ayolah, kau sudah berjanji untuk melihat keindahan Swiss bersamaku".

Pintu terbuka dokter yang menangani Velicia masuk bersama seorang perawat.

" Selamat pagi Mr. Ronald. Aku akan memeriksa pasien"sapa dokter.

"Tentu saja Dok. Silahkan".

Pirentz berdiri dan bersandar di samping nakas memberi ruang bagi dokter untuk melakukan tugasnya.

" Bagaimana keadaannya Dok?".

Tanya  Pirentz begitu dokter selesai memeriksa Velicia.

"Semua tanda vitalnya baik. Tidak ada yang perlu dicemaskan"jawab Dokter.

" Tapi ia belum membuka matanya. Ini sudah hampir 8 jam".

"Itu hal yang biasa. Kita akan menunggu sebentar lagi. Mungkin ia merasa nyaman dengan tidurnya".

Dokter tersenyum dan menepuk pundak Pirentz.

"Aku hanya tidak tahu apa yang harus kulakukan. Ini sangat berat untukku".

Pirentz menerawang menahan getir di dadanya.

"Itu hal yang wajar jika orang yang berharga bagi kita melalui sesuatu yang buruk. Percayalah semuanya baik-baik saja".

" Terima kasih Dok. Aku merasa sedikit lebih baik sekarang".

"Kalau begitu aku permisi. Aku akan kembali siang nanti".

Dokter menunduk hormat lalu keluar diikuti perawat.

Pirentz kembali duduk disamping ranjang Velicia. Ia mengambil telapak tangan Velicia dan menggenggamnya lalu meletakannya di pipinya. Ia merebahkan kepalanya di tepi ranjang.

Memorinya membawanya pada kenangan-kenangan manis mereka.

Velicia yang lugu, sederhana dan penuh senyuman. Yang tak  pernah menuntut apapun, yang selalu berkutat dengan buku-buku, yang selalu melakukan hal-hal kecil untuknya, yang membuatnya selalu jatuh cinta setiap saat.

Pirentz tersenyum kecil, ada perasaan hangat mengalir di hatinya. Ia memejamkan mata membiarkan hati dan pikirannya menikmati kenangan manis itu. Dan... Ia tertidur.

Velicia mengerang perlahan. Ia mencoba menggerakan tangan dan kakinya lalu perlahan membuka matanya. Ia merasa sesuatu di tangannya yang tak diinfus. Ia membelai perlahan dan itu adalah rambut seseorang.

Aroma parfum laki-laki tercium kuat di hidungnya. Ia menggerakan kepalanya tapi ia merasa sedikit pusing.

Dan ia memutuskan untuk berdiam diri sambil terus membelai lembut rambut itu.

Mungkin ia kelelahan menjagaku...

Pintu ruangan terbuka Andrew dan dokter masuk. Ia terkejut melihat Pirentz tertidur di tepi ranjang.

Dan mereka lebih terkejut lagi mendapati gadis cantik itu sudah membuka mata dan meletakkan jari telunjuk di bibirnya, memberi isyarat agar jangan mengganggu pria yang tidur itu.

Andrew dan dokter mengangguk bersamaan. Mereka berdua duduk di sofa sambil tersenyum.

Pirentz merasa pegal di lehernya. Ia menggerakan kepalanya perlahan lalu membuka mata. Jantungnya hampir copot saat melihat tatapan Velicia padanya.

"Vel... " Pirentz memeluknya erat".

"Aku kira kau tak akan bangun Rentz".

Suara Andrew membuat Pirentz menoleh. Wajahnya memerah.

"Apa kau merasa lebih baik?".

Tanya  Pirentz pada Velicia tanpa menghiraukan Andrew.

"Tentu saja. Aku tidak apa-apa" jawab Velicia.

"Biarkan dokter memeriksanya Rentz. Basuhlah wajahmu disana".

Andrew menunjuk wastafel di ujung ruangan.

Dokter mendekati Velicia dan mulai memeriksanya.

"Semuanya bagus. 2 atau 3 hari lagi kau sudah bisa pulang" kata dokter.

"Tentu saja dok. Aku baik-baik saja" jawab Velicia.

"Jangan banyak berbicara apalagi berpikir. Biarkan saraf-sarafmu istirahat".

Velicia mengangguk.

Pirentz mendekat dan meraih tangannya.

" Terima kasih sudah berjuang untuk melewati ini Vel".

Velicia menatapnya lekat dan tersenyum. Senyumnya begitu tulus dan binar matanya terlihat berbeda.

Dada Pirentz berdebar tak karuan. Ia seperti melihat Velicia 10 tahun yang lalu. Ia mengeratkan genggaman tangannya.

"Maaf, apa kau yang menjagaku selama ini?" tanya Velicia.

Pirentz menegang. Ia menoleh pada dokter dan Andrew. Dokter mendekati  Velicia. Perasaan Pirentz sudah tak karuan.

"Kau mengenalnya bukan? ".

Tanya dokter pelan.Velicia menggeleng. Pirentz menyugar rambutnya kasar. Kakinya terasa goyah.

" Aku akan berbicara dengannya sebentar. Andrew tolong temani nona cantik ini".

Dokter memberi isyarat agar Pirentz mengikutinya keluar.

Begitu pintu tertutup Pirentz segera memegang jas dokter.

"Jelaskan padaku apa yang terjadi".

" Tenangkan dirimu. Ini bukan sesuatu yang buruk. Jadi, kasus ini biasa terjadi pasca operasi di kepala. Pada dasarnya semua baik-baik saja. Jika sampai pasien mengalami hilang ingatan biasanya hanya sementara. Butuh sedikit waktu untuk menyusun kembali memorinya. Tapi... ".

Dokter menjeda ucapannya.

" Jangan membuatku takut dok".

"Aku takut ini bersifat permanen. Artinya dia akan melupakan segalanya yang terjadi sebelum ini".

" Aku tidak ingin itu terjadi. Tolong lakukan sesuatu dok. Veliciaku harus baik-baik saja"ucap Pirentz putus asa.

"Jangan khawatir. Semoga ini hanyalah sementara. Aku akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Tenangkan dirimu".

Ucap dokter lalu kembali masuk ke kamar perawatan Velicia.

Oh, God please.... Help me...

Pirentz merasa sesak di dadanya. Ia sangat ketakutan jika perkataan dokter benar-benar terjadi.

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang