Sejak Edgard mengetahui sepenggal kisah dari Velicia tentang masa lalunya, ia terus memikirkannya berulang-ulang. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi di Boston. Apalagi ia sendiri sudah dua kali melihat Velicia down.
Ia sangat ingin bertanya pada Pirentz tapi mereka tak begitu dekat agar ia bisa bertanya apapun.
Lagi pula ia merasa tak punya alasan kuat jika Pirentz bertanya untuk apa ia harus tahu.
Akhirnya ia memutuskan untuk memakai keahliannya dalam IT. Ya. Perusahaan Edgard adalah perusahaan terbaik dalam meretas dan membuat sistem keamanan .
Setiap malam setelah pulang dari kantor ia mulai menyalakan laptop dan melakukan pencarian data mengenai Pirentz, keluarganya dan kehidupan pribadinya.
Tapi sepertinya sia-sia karena ia tak menemukan berita apapun di situs-situs yang ia kunjungi. Kebanyakan hanya menulis tentang Prestasi Pirentz dalam dunia bisnis dan kekayaannya.
Rupanya mereka sangat rapi dalam membungkam media. Pikir Edgard.
Edgard teringat cerita Velicia bahwa kesakitan ini sudah berlangsung 10 tahun lalu. Sebuah ide melintas di pikirannya. Ia segera meretas situs-situs majalah gosip terkemuka di Boston.
Edgard terlihat berbinar saat layar laptopnya memunculkan sederet judul berita tentang Pirentz dan kekasihnya di masa lalu. Bahkan ada banyak ribuan gambar yang terpampang disana.
Ia bisa melihat sosok Velicia yang khas seorang anak kuliahan, dengan penampilan sederhana dan cantik. Mata yang bersinar bahagia dan tentu saja pancaran kebahagiaan yang terlihat dari tiap foto yang diunggah.
Semua begitu indah dipandang. Edgard sampai merasa cemburu melihat betapa mesranya sepasang kekasih itu di masa lalu.
Ia mulai membaca setiap tulisan disana, ia sangat ingin mengetahui bagaimana dan kenapa Velicia begitu terluka.
Ia bahkan menemukan sebuah situs majalah terkenal di Paris yang mengulas tentang Pirentz yang memperkenalkan Velicia sebagai tunangannya di beberapa acara elit perusahaan.
Semuanya di perjelas dengan foto-foto Pirentz dan Velicia bersama kolega-kolega bisnis terkenal yang tak asing bagi Edgard.
Edgard mengangguk berulang kali tanda ia sudah bisa memahami apa artinya itu bagi Velicia.
Ya. Seseorang yang membawamu terbang ke langit.
Yang memperlakukanmu dengan sangat istimewa. Dan bahkan memperkenalkanmu di dunianya yang privasi, itu impian semua wanita.
Akhirnya ia menemukan fakta lain tentang bagaimana cerita cinta mereka berakhir dalam sekejap. Ia juga melihat foto seorang perempuan berkelas bernama Anna. Semua seperti surat terbuka di hadapan Edgard.
Ia tahu bahwa saat itu Velicia mungkin belum siap menerima perpisahan mereka. Itulah sebabnya ia mencoba bunuh diri.
Lalu berakhir dengan pergi menghilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Hanya sampai di situ Edgard mengetahui tentang masa lalu Velicia. Semua begitu jelas sekarang.
Ia menutup laptopnya dan berdiri di balkon apartemennya. Ia menuang segelas wine dan meminumnya perlahan. Ia mencoba membayangkan posisi Velicia saat itu. Gadis kuliahan yang sedang fokus menyelesaikan skripsinya lalu di tengah-tengah itu kekasihnya tidur dengan mantannya.
Ia membayangkan pandangan yang diterima Velicia saat berada di kampus atau di pusat-pusat keramaian.
Ya. Siapa yang tak kenal pengusaha muda dan tampan yang sukses saat itu bahkan hingga kini. Pirentz Ronalds.
Edgard meneguk wine di gelasnya. Perasaannya seperti tertusuk jarum. Ia membayangkan kekalutan dan betapa putus asanya Velicia saat itu.
Ia menarik napas kasar, meletakkan gelasnya dan menyambar mantel yang tergantung.
Ia menuju basement dan masuk ke mobil. Di pikirannya sekarang adalah Velicia yang sendirian, menangis dalam gelap dan membutuhkan seseorang tepatnya bahu seseorang untuk menyandarkan kepalanya.
Ia tiba di penthouse Velicia. Ini sudah larut malam tapi tak ia hiraukan. Ia hanya ingin melihat Velicia. Itu saja.
Ia melapor pada sekuriti dan menuju lift yang akan membawanya ke unit Velicia.
Ia menekan bel berulang kali. Tak ada sahutan. Ia tak putus asa. Ia terus menekan bel.
Tak lama kemudian pintu terbuka. Velicia berdiri di hadapannya dengan mata setengah terpejam khas orang tidur.
Edgard langsung memeluknya erat tanpa mengatakan apapun. Velicia yang baru saja mencium aroma tubuh Edgard tersadar dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi.
Ia bergerak perlahan untuk melepaskan dirinya,tapi Edgard menahannya.
"Biarkan aku seperti ini. Diam saja di tempatmu"kata Edgard pelan.
Velicia terdiam. Ia mencium aroma wine dari mulut Edgard saat bicara tadi.
Mungkin dia mabuk. Pikir Velicia.
Ia berdiri seperti patung. Kepala Edgard masih berada di tengkuknya.
Sekitar beberapa menit kemudian Edgard berbicara.
"Mulai sekarang. Ada aku di sini. Apapun yang terjadi datanglah padaku. Jangan tanggung sakit itu sendiri. Kau bisa membaginya denganku Vel".
Edgard melepas pelukannya dan menatap Velicia dalam. Sambil mengusap kedua pipinya.
"Jangan menangis lagi untuk apapun di masa lalu dengan alasan apapun. Kini kau berhak menentukan kebahagiaanmu sendiri. Kau wanita yng hebat, aku bangga padamu Vel".
Velicia mengangguk tak mengerti dengan ucapan Edgard.
"Hei, apa kau mabuk Ed?"
"Tentu saja tidak. Aku hanya ingin melihat wajahmu dan memastikan kau baik-baik sajaVel. Aku akan pulang sekarang".
"Biarkan aku memasak sesuatu untukmu. Aku ingin berterima kasih"kata Velicia.
Tanpa menunggu jawaban Edgard ia menuju dapur dan memasak makanan cepat saji berkuah. Ia memasukan sedikit daging dan sayuran.
Ia meletakannya di meja makan dan meminta Edgard duduk disampingnya. Ia masih berpikir Edgard mabuk.
Velicia mengambil sendok dan meniup makanan perlahan.
"Biarkan aku menyuapmu. Ini panas Ed".
Edgard hanya menatapnya. Ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari tangan Velicia.
"Siapapun yang telah menyia-nyiakanmu dulu ia adalah manusia terbodoh di dunia ini".
Velicia balas menatapnya dan tersenyum manis.
Kau benar-benar lucu saat mabuk Ed.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
Roman d'amourKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...