Entah berapa lama Velicia mengurung diri di sana. Ia nyaris tak membiarkan matanya untuk istirahat. Segala hal berputar di kepalanya.
Adrian yang baru saja masuk tak menemukan Grandma. Ia bergegas ke kamar Velicia tapi kamar itu kosong.
Ia kembali turun dan bertemu pelayan di ujung tangga.
"Kenapa rumah ini begitu sepi? ".
Tanya Adrian. Pelayan itu menggeleng.
" Semua orang belum turun untuk makan malam".
Pelayan itu menjawab lalu pergi dari situ. Adrian menghubungi Pirentz tapi ponsel Pirentz tak diangkat.
Lalu ia menghubungi Noel. Menanyakan keberadaan Pirentz tapi Noel juga tidak tahu. Ia meminta Noel menelpon Pirentz dan memberitahunya dimana dia sekarang.
Grandma muncul dengan wajah sedikit kusut. Adrian langsung menghampiri Grandma.
"Aku tak menemukan Velicia dan Pirentz. Ada ... ".
" Mereka bertengkar dan Pirentz tampak menyerah. Aku bingung, sebenarnya ada apa di antara mereka".
Jawab Grandma sedih. Ia seperti orang yang putus asa.
Tanpa diminta Adrian langsung menceritakan segalanya tentang hubungan antara Pirentz, Velicia dan Edgard. Tak ada satu bagian pun yang ia lewati.Grandma memasang telinganya dengan cermat dan mendengar semuanya. Hingga Adrian selesai bicara. Kini ia mengerti kenapa Pirentz berusaha keras untuk membuat Velicia tersenyum dan pulih.
Grandma meminta Adrian untuk menemui Velicia di kamar.
"Velicia ada di ruang ganti Edgard. Dia meminta semua orang tidak mengganggunya".
Adrian berlari menaiki tangga dan masuk ke kamar. Seperti kata Grandma ia menemukan Velicia di sana, dengan beberapa pakaian Edgard di tangannya. Ia mencium dan memeluk erat baju-baju itu.
" Vel... ".
Velicia mendongak dan mendapati Adrian. Ia segera bangkit dan memeluk Adrian erat. Ia begitu rindu padanya. Ia menangis dengan keras.
" Aku merindukanmu Adrian... ".
" Aku di sini Vel. Kau tahu, ada begitu banyak pekerjaan untukku".
"Edgard sudah pergi Adrian... Dia meninggalkanku... Dia bahkan tak memberiku kesempatan untuk melihatnya... Aku hancur Adrian... Aku hancur".
Adrian mengurai pelukan mereka dan menarik tangan Velicia keluar dari situ dan duduk di ranjang.
Ia menyeka air mata Velicia dan menggenggam tangannya.
" Dia tidak pergi. Dia hanya memilih istirahat lebih awal. Jangan siksa dirimu berlebihan. Ada banyak hal yang masih harus kita lakukan".
Velicia menggeleng lemah. Ia menatap jendela besar di hadapannya.
"Aku tidak tahu dan aku tidak sanggup lagi Adrian".
Adrian tersenyum kecil dan membelai rambutnya.
" Aku di sini bersamamu. Kita sudah pernah ada di fase ini. Tapi kau berhasil bangkit dan berjalan lagi. Jika kau seperti ini, bagaimana dengan Grandma. Jujur, aku sangat iba melihat Grandma. Ia terus memikirkan cara agar kau tersenyum dan menjalani hidup lagi. Kuatkan hatimu Vel. Kau selalu menjadi kebanggaanku atau kita akan hancur dan musuhmu akan berpesta ria ".
Velicia menatap Adrian lekat. Dalam hati ia membenarkan kata-kata itu. Ia menarik napas panjang dan memeluk Adrian lagi.
" Aku baru sadar sekarang jika ternyata adikku ini sudah tumbuh dewasa. Aku minta maaf".

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...