Sudah hampir 3 bulan Velicia hidup tanpa Edgard. Ia terus berusaha meninggalkan semua kebiasaan mereka dan menerima kenyataan.
Kembali ia menata hidupnya, menata hatinya. Sejak perjalanan singkatnya ke Boston, ia menjadi lebih baik. Hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan dan proyek-proyek barunya.
Hanya kadang- kadang ia akan pulang ke Staten Island untuk menjenguk Grandma sekalian berziarah di makam Edgard. Menceritakan apapun yang dirasakannya pada Edgard yang membisu di hadapannya.
Musim dingin sudah tiba, seperti biasa pagi ini Velicia tetap berangkat ke kantor. Hari ini, ia akan melakukan pertemuan di beberapa cabang anak perusahaan Pirentz yang masih dikelola olehnya.
Setelah tiba di kantor, ia memanggil Adrian ke ruang kerjanya.
"Aku akan meeting di luar. Kau menggantikan aku menghandle pekerjaan setengah hari ini".
" Tapi aku sudah punya janji Vel... ".
" Hanya sebentar Adrian. Ini musim dingin jadi kau tahu akan ada banyak alasan dari klien".
"Baiklah kalau begitu. Oh ya, traktir aku malam nanti sebagai balasan pekerjaanku hari ini".
Velicia tak menjawab, ia sudah menghilang di balik pintu dengan cepat.
Butir- butir salju mulai turun di jalanan. Dalam hati Velicia berharap agar ini tak terlalu banyak agar perjalanan aman hingga di restauran.
Begitu tiba di sana seorang pria berjas telah menunggunya di pintu. Ia merapikan dirinya dan turun.
"Selamat pagi ".
Sapa pria itu dengan kepala sedikit menunduk. Velicia hanya mengangguk lalu berjalan masuk dengan tas di tangannya.
Menuju ruang bertuliskan VVIP dan masuk ke sana. Beberapa orang sudah menunggunya.
" Terima kasih sudah datang tepat waktu, walau cuaca sedang buruk".
Sapa Velicia ramah. Kemudian mereka mulai membicarakan agenda yang telah di sepakati dan juga sekaligus evaluasi manajemen.
Setelah mendapat kesimpulan dan kesepakatan dalam rapat yang memakan waktu hampir 2 jam, akhirnya Velicia bernapas lega. Ia siap-siap untuk pulang ke kantor.
Karena terburu-buru ia lupa mengaktifkan ponselnya.
Sudah menjadi kebiasaan dirinya bahwa saat mengadakan rapat penting, ponselnya selalu akan off. Ia benar-benar harus konsentrasi, apalagi jika mengenai laporan keuangan.
Velicia mengemudi di tengah jalanan bersalju yang sedikit sepi. Hari masih siang tapi jalan terlihat lengang.
Orang-orang lebih suka berada di dalam ruangan untuk menikmati sesuatu yang hangat. Hanya orang dengan kepentingan mendesak yang terpaksa keluar rumah atau kantor.
Velicia mengemudi dengan hati-hati. Ia tak sabar segera tiba di kantor.
Salju mulai turun dengan lebat. Ia mulai cemas. Dengan gelisah ia tetap menyetir. Berulang kali ia menelan ludah untuk menahan rasa gugup dan panik yang melandanya.
Dan tiba-tiba saja mobilnya tergelincir dan keluar dari jalur yang seharusnya.
Velicia gelagapan dan semakin panik hingga ia menabrak pembatas jalan di sebelah kiri. Asap keluar dari kap mobil.
Velicia berusaha mengendalikan dirinya. Rangkaian kejadian bersama Edgard tiba-tiba berputar di kepalanya. Matanya berkunang- kunang tapi ia memaksakan diri untuk membuka pintu.
Hingga akhirnya pintu terbuka dan ia pingsan sebelum keluar dari mobil.
Sebelum itu...
Pirentz yang baru saja tiba di salah satu cabang kantornya di Manhattan mendapat telepon dari Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomansaKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...
