Brady terkejut saat membuka pintu kamar tempat Pirentz dirawat. Matanya terpaku pada sosok perempuan disamping Pirentz, sahabatnya, Velicia. Sudah bertahun-tahun tak bertemu. Ada rasa rindu di hati. Tapi bukan pertemuan seperti ini.
Sosok perempuan kuat itu tengah menangis pilu. Menangisi seseorang yang pernah saling mencintai dengan kuat.
Dan yang lebih mengejutkan adalah bulir bening yang mengalir dari sudut mata Pirentz yang terbaring."Velicia... " sapanya dengan suara serak menahan rindu dan haru disaat yang bersamaan.
Velicia mengangkat wajahnya dan menoleh. Lalu melepaskan tasnya begitu saja dan berlari kecil menghambur dalam pelukan Brady.
" Aku merindukanmu dan Nichole. Maafkan aku. Aku tahu kau akan membuat mata Pirentz terbuka kembali. Aku percaya padamu Brad. Kau pernah melakukannya padaku. Dan tolong, lakukan yang sama, lakukan apapun untuknya" tangis Velicia dalam pelukan Brady.
Brady mengelus punggung sahabatnya dengan lembut, seolah ingin menyapu pergi semua beban di sana.
"Pirentz mendengarmu, walau ia menutup mata. Jika ia mau, ia akan membuka matanya besok. Kau tahu aku, Nichole, Jose, Nancy dan Noel juga merindukanmu. Sangat merindukanmu. Tapi...aku benci pertemuan seperti ini. Tersenyumlah. Hapus air matamu Vel".
Bagai mendapat jawaban yang diinginkan, Velicia melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Brady.
" Benarkah? Aku tahu ia selalu baik-baik saja. Karena ada dirimu Brad. Dari dulu aku meyakini tanganmu adalah tangan malaikat. Maafkan aku yang sedikit melupakan kalian. Tapi di hatiku selalu ada kalian semua. Aku menyayangi kalian".
Brady hanya mengangguk pelan. Ia kaget kata-katanya bisa menenangkan Velicia. Kemudian ia menuntun Velicia untuk duduk di sofa di samping Noel.
"Istirahatlah di hotel atau di rumah. Mom juga merindukanmu" Noel melihat arloji di pergelangan tangannya. Brady mengangguk mengiyakan.
"Tidak Noel. Aku akan menemaninya malam ini. Oh God,.. Sebelum ini Pirentz setia melakukan apapun agar aku bisa sembuh seperti ini".
" Kau harus memulihkan dirimu. Aku tahu kau lelah. Lihat matamu begitu sayu"balas Noel.
"Aku mohon, ijinkan aku melakukan sesuatu untuknya. Please... " rengek Velicia sambil menatap Noel dan Brady bergantian.
"Noel... Biarkan ia melakukannya. Siapa tahu akan ada keajaiban untuk Pirentz" kata Brady menyakinkan Noel.
"Apa maksudmu? " mata Velicia terbelalak mendengar pernyataan Brady.
"Kondisinya sangat kritis. Hanya menunggu waktu untuk... Ah!! Ini juga sangat berat untukku, untuk kita semua. Jadi siapkan dirimu jika berita buruk itu datang".
Brady mengelus punggung tangan Velicia yang gemetar.
"Bisakah ia dipindahkan ke New York atau tempat yang... " Ucap Velicia.
Brady dan Noel menggeleng bersamaan.
"Ia hanya bertahan dengan alat-alat itu. Jika di lepas, ia akan... ".
Brady berdiri dan menyugar rambutnya.
"Besok pengacaranya akan datang. Itulah sebabnya aku memintamu pulang Vel" Kata Noel.
"Apa maksudmu? " tanya Velicia.
"Pengacara itu hanya memintaku mengatakan itu padamu. Aku juga masih penasaran. Jadi siapkan dirimu" balas Noel.
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini" gumam Velicia sambil menatap Brady.
"Aku akan keluar untuk menyiapkan makan malam untukmu ".
Brady berusaha mengalihkan pembicaraan.
Velicia mengangguk mengiyakan. Karena memang ia juga sangat lapar. Apalagi akan menemani Pirentz semalaman. Ia harus berjaga-jaga.
Setelah Brady keluar Velicia berdiri dan menghampiri ranjang Pirentz. Ia mengelus pipi yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus. Padahal pertemuan mereka terakhir kali, Pirentz sangat tampan dan terawat.
"Apa ia mengatakan sesuatu padamu sebelum kecelakaan itu? ".
Tanya Velicia penasaran. Mengingat hari itu Pirentz berjanji untuk menemuinya sebelum pulang ke Boston.
Tapi nyatanya tidak. Berhari-hari ia menunggu, Pirentz tak muncul. Bahkan saat menghubungi ponselnya pun tidak aktif.
Noel menggeleng perlahan tanda tak ada.
Tapi kemudian wajahnya menyiratkan ia mengingat sesuatu."Waktu tiba dari Swiss setelah mengantarmu ke apartemen, ia menelponku siang itu katanya ia sedang berada di kantor temanmu".
" Teman?".
Velicia berusaha mengingat siapa temannya yang juga teman Pirentz.
" Ya. Katanya ada hal penting yang ingin ia bicarakan sebelum pulang ke Boston. Itu sangat penting dan mendesak"tambah Noel.
Velicia belum menemukan jawaban apapun.
"Atau kau bisa menghubungi Davina, sekertarisnya. Ia pasti tahu".
" Kau benar. Aku jadi penasaran siapa yang ia temui di New York".
Gumam Velicia sambil menatap wajah Pirentz yang tertidur damai. Sementara tetes infus masih terus memberikan asupan kehidupan pada pria itu.
"Bangunlah dan katakan apapun padaku Rentz. Kau tahu, hari ini sangat melelahkan untukku".
Ucap Velicia setengah berbisik.
"Apa kau membawa pakaian ganti?" tanya Noel. Velicia menggeleng.
"Tadinya aku pikir akan langsung pulang ke New York, jadinya aku tidak menyiapkan apapun. Mungkin di pesawatku ada pakaian. Aku akan menghubungi anak buahku nanti".
" Tak usah Vel. Aku akan membawa pakaian untukmu. Lagi pula kau masih punya rumah disini. Mansion pemberian Pirentz di hari ulang tahunmu yang ke-20. Apa kau lupa?".
Velicia terkesiap tapi kemudian ia menarik napas kasar.
" Aku sudah mengembalikannya waktu itu".
"Tapi Pirentz tetap mengatakan itu milikmu. Bahkan semua dokumen masih atas namamu. Hanya saja aku tak tahu dimana dokumen itu".
" Aku tak ingin membahas itu Noel".
"Jika sempat, datanglah kesana. Tak ada yang berubah Vel. Pirentz juga mempekerjakan orang untuk menjaga dan membersihkan mansion itu. Bahkan kami berenam selalu merayakan ulang tahun Pirentz di bulan September dan ulang tahunmu di sana setiap tahun. Pirentz akan menaruh kue ulang tahun besar di depan pigura fotomu lalu kami bernyanyi dan meniup lilin bersamaan sambil tertawa bahagia. Seakan dirimu ada disana juga".
Velicia mematung mendengar satu kenyataan lagi. Ia menarik kursi dan duduk di samping ranjang Pirentz.
"Kenapa kau selalu melakukan hal-hal bodoh Rentz. Aku ingin memukul kepalamu sekarang. Cepat bangun agar aku bisa mengomelimu".
Velicia menggenggam tangan Pirentz dan berbicara dengan air mata yang kembali mengalir.
Memorinya sedikit membawanya kembali pada masa lalu. Saat kata-kata cinta dan sanjungan Pirentz selalu membuatnya menjadi ratu dalam perlakuan-perlakuan Pirentz padanya.
Entah di apartemen, di pesta , acara-acara privat Pirentz dan kolega bisnisnya maupun saat berjalan berdua di trotoar. Pirentz selalu membuat perasaannya berbunga-bunga. 3 tahun menjalin cinta, tak pernah satu haripun Pirentz melewatkannya tanpa hal-hal romantis.
"Kau bodoh... ".
Velicia meletakkan kepalanya di sisi kasur tempat ia menggenggam tangan Pirentz. Ia benar-benar lelah dan dalam hati ia memohon untuk bisa tidur dengan perasaannya yang seperti ini.
Tuhan, aku hanya ingin menikmati malam ini dengan perasaan hangat di hatiku. Kalaupun besok hal buruk itu datang, tolong berikan aku hati yang luas untuk bisa menerima kenyataan itu...
***

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomansaKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...