REASON

449 25 0
                                        

Begitu tiba di kantor Edgard Velicia langsung masuk. Sekuriti yang berada di gerbang utama mengangguk hormat padanya. Velicia menenteng tas makanan dan juga tak lupa kaca mata hitam  bertengger cantik di hidungnya.

Beberapa karyawan tampak berjalan keluar. Memang jam makan siang tiba, jadi semua orang bergegas untuk mengisi perutnya.

Ia memandang paper bag di tangannya dengan senyum sambil menunggu pintu lift terbuka.

Beberapa menit kemudian ia sudah tiba di atas. Ia melangkah dengan anggun sambil menghampiri sekertaris Edgard.

Wajah sekertaris itu kelihatan tak seperti biasanya. Ia seperti tak suka Velicia ada disana.

"Maaf Ms. Thompson tapi jika anda ingin bertemu Mr. Rayyan, ia tak ada di kantor".

" Ohh... Jadi apa boleh aku menunggu? "tanya Velicia walau ia sudah bisa menebak.

" Sebaiknya tidak. Mr. Rayyan akan kembali sore nanti" ucapnya sambil melirik paper bag di tangan Velicia.

"Dan jangan meninggalkan makan siang untuknya karena jujur saja aku sudah kenyang saat ini" tambahnya lagi.

Velicia bukan orang bodoh. Ia paham sekali maksud dari perkataan sekertaris itu. Ini artinya waktu itu Edgard sama sekali tidak menerima makan siang yang ia titipkan.

"Baiklah kalau begitu. Aku permisi" balas Velicia singkat sambil berbalik dan melangkah pergi.

Di dalam lift ia berusaha menata perasaannya. Ada kecewa dan sakit di sudut hatinya.

Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya cepat.

Ting!!!
Dentingan lift dan otomatis pintu terbuka. Seketika ia melihat ke meja resepsionis dan ia memutuskan untuk menghampirinya.

"Selamat siang Ms. Thompson. Lama  tak berjumpa. Apa kabar? ".

" Terima kasih. Aku buru-buru jadi ini untukmu"ujar Velicia sambil meletakkan paper bag di depan wanita cantik itu.

Tanpa menunggu jawaban ia langsung berjalan dengan langkah lebar. Tiba-tiba saja hatinya rapuh, matanya berkaca-kaca.

Ia melewati sekuriti sambil melambaikan tangan. Setengah berlari ia menghampiri mobilnya dan segera masuk.

Begitu menutup pintu mobil, air matanya tumpah begitu saja. Ia menutup mulutnya untuk menahan isaknya.

"Kenapa Ed. Ada apa dengan semua? Katakan padaku jika ada yang salah. Jangan hukum aku seperti ini. Rasanya sangat menyakitkan Ed".

Velicia meraih tisu dan menyeka wajahnya. Kini ia merasa kecewa pada dirinya. Ia tak ingat apa kesalahannya sampai sahabatnya Edgard tidak menghubunginya sama sekali.

Baru saja ia menghidupkan mobil, pandangannya tertuju pada pintu masuk kantor dimana Edgard bersama seorang wanita sebaya dirinya sedang berbicara dengan sekuriti tadi.

Velicia menganggukan kepala berulang kali sambil tersenyum pahit.

"Baiklah Ed. Aku mengerti sekarang alasanmu".

Ia melajukan mobilnya menuju jalan raya. Tak hentinya ia menertawakan kebodohannya.

" Kau benar Adrian, setiap orang punya prioritasnya sendiri"gumamnya  sambil menggigit bibirnya.

Sebelumnya....

Edgard sedang bersama temannya di ruang kerjanya. Rencananya ia akan mengadakan kegiatan amal. Teman wanitanya baru tiba dari Inggris. Namanya Andrea. Ia adalah seorang pelukis. Dulu mereka satu kampus di Jerman.

Setelah menentukan jadwal pameran yang akan di lakukan Edgard mengajak Andrea untuk makan siang.

Keduanya turun ke bawah dan hendak menuju parkiran. Saat melewati sekuriti ia menitipkan kunci mobilnya karena mereka akan menggunakan mobil Andrea.

Saat itulah tanpa sengaja sekuriti itu mengatakan bahwa Velicia baru saja meninggalkan kantor. Edgard sedikit terkejut tapi kemudian ia mencoba untuk bersikap biasa saja.

Kemudian ia mengajak Andrea menuju mobil. Mereka akan makan di restoran favorit Edgard.

Velicia memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam restoran yang ia datangi sejam yang lalu.

Ia memesan sup ikan dan jus lemon. Sambil menunggu pesanannya ia menelpon Adrian.

Tak lama kemudian pelayan menyajikan makanannya. Ia mulai makan dengan cepat karena waktu istirahat sudah selesai. Ia harus kembali ke kantor.

Baru saja ia selesai makan dan meminum ice lemon nya, pandangannya terpaku pada sepasang pria dan wanita yang duduk tepat di pintu keluar. Mereka sedang makan  sambil berbicara dan tertawa bersama.

Velicia membuang pandangannya ke luar jendela. Ia merasa semakin bodoh di hadapan Edgard.

Bisa-bisanya sekertaris mengatakan Edgard sedang keluar lalu menolak makan siangnya dan sekarang Edgard sedang makan bersama seseorang yang terlihat akrab.

Ia membuka dompetnya dan menaruh beberapa lembar dolar kemudian memakai kacamatanya dan berdiri.

Ia menghembuskan napasnya pelan lalu melangkah melewati meja-meja jamuan di sekitarnya.

Pandangannya lurus ke pintu keluar. Ia tak berniat sedikitpun untuk menoleh pada Edgard dan wanita itu.

Bagai gerakan lambat ia melewati meja Edgard sebelum mencapai pintu keluar.

Lututnya terasa bergetar tapi ia berusaha keras menjaga langkahnya untuk mencapai pintu keluar. Ia bahkan menahan napasnya beberapa detik. Dan ia berhasil mencapai pintu kaca itu dan keluar.

Sementara itu Edgard yang duduk membelakangi meja Velicia tadi merasa familiar dengan aroma parfum yang baru saja berlalu melewati mejanya.

Tidak mungkin Vel!
Kau tidak mungkin disini... Batinnya.
Lalu matanya menangkap punggung seseorang yang baru saja mencapai pintu kaca dan keluar.

Ia terkesiap. Itu benar-benar Velicia. Ada rasa bersalah dan cemas yang menghampirinya. Entah kenapa, tapi ia takut Velicia salah paham.

Tapi kemudian ia kembali sadar, bahwa ia tak harus merasa begitu karena mereka  berdua tidak memiliki ikatan apapun. Jadi ia memutuskan untuk membiarkan semuanya.

"Ada apa Ed? " tanya Andrea melihat perubahan raut wajah Edgard.

"Tidak An. Aku kira aku melihat temanku, tapi ternyata itu orang lain. Ayo makan" jawab Edgard sambil berusaha bersikap biasa saja.

Andrea tertawa sambil memukul bahu Edgard pelan.
"Kau tak pernah berubah Ed. Rasanya masih sama seperti kuliah dulu".

" Kau juga sama. Hanya saja sekarang kau sedikit kurus"balas Edgard tak kalah.

"Tuntutan pekerjaan membuatku seperti ini. Tapi jika itu membuatmu tak suka aku akan makan banyak supaya terlihat berisi" kata Andrea masih dengan senyum sumringah.

Edgard sedikit terkejut dengan ucapan Andrea, mungkin Andrea salah menangkap maksud ucapannya tadi. Telinganya memerah.

"Apapun itu yang penting tubuhmu sehat. Ayo makan, aku masih ada beberapa meeting setelah ini" kata Edgard berbohong.

Bayangan Velicia terus menghantuinya dari tadi. Apa yang akan dipikirkan Velicia?
Ucap Edgard dalam hati.

Sementara itu Velicia berusaha sekeras mungkin untuk menahan dirinya, perasaannya dan air matanya.

Sepanjang perjalanan ia menyetir dengan kencang, berharap bisa tiba di kantor dan melepaskan semuanya.

Aku tak akan membiarkan diriku terlihat bodoh di hadapan siapapun! Tekadnya dalam hati.

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang