DON'T WORRY

341 30 3
                                        

Velicia mengikuti langkah kedua pengawal itu hingga gerbang. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat kalau-kalau Edgard menyusulnya.

Pikirannya sungguh sudah menduga ada yang tak beres. Tapi demi keselamatan dirinya ia pura-pura masa bodoh hingga mereka berhenti di luar gerbang.

Ia sudah menduga sesuatu yang buruk. Ia lalu mengambil ponselnya dan melihat lokasi di GPS. Betapa terkejutnya ia karena mereka ada di Staten Island.

Dengan ketikan cepat ia mengirim lokasi itu pada Adrian dan meminta dijemput dengan kode darurat.

Hawa malam mulai menyusup di kulitnya. Ia hanya menatap gerbang menjulang di depannya sambil berharap Edgard datang atau setidaknya ada taksi yang lewat.

Tapi itu mustahil. Karena hari sudah malam dan kawasan ini adalah kawasan elit yang memiliki tingkat keamanan tinggi.

Ia tetap berdiri sambil menatap ke langit malam yang dipenuhi bintang.

"Kau lihat Rentz... Kau pasti tertawa dari atas sana. Tapi , jangan khawatir. Seperti katamu dulu, aku adalah wanita yang kuat. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti aku lagi".

Velicia bergumam sendiri dan tanpa sadar dua buliran bening lolos begitu saja di pipinya yang dingin.

Tiba-tiba dua buah mobil muncul dan mengedipkan lampunya. Velicia menarik napas lega.

Adrian turun dan menghampirinya dengan wajah pucat.

"Aku akan membunuh siapapun yang melakukan ini padamu".

Velicia menggeleng perlahan.
" Ayo pulang. Aku baik-baik saja".

Tanpa menunggu Adrian , ia segera masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Adrian menyusul dan memberikan jasnya pada Velicia.

"Minumlah ini. Masih hangat".

Adrian menyodorkan segelas coklat hangat yang dibelinya tadi. Velicia tersenyum dan mengacak rambutnya.

" Kau memang diciptakan Tuhan menjadi adikku, hanya saja Ia menitipkan mu di rahim orang lain. Aku menyayangi mu".

"Jangan seperti itu. Sudah jadi kewajiban ku untuk menjamin kau baik-baik saja".

" Oh ya, sebenarnya apa yang terjadi? ". Lanjut Adrian penasaran.

" Hanya masalah kecil. Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja".

Adrian mengangguk mengerti. Sebenarnya ia sangat penasaran, tapi mendengar ucapan Velicia ia yakin kakaknya itu benar.

Lagipula ia selalu menghargai Velicia dan kehidupan pribadinya.

Tak terasa mereka telah tiba di penthouse Velicia. Sebenarnya Adrian ingin menjemputnya dengan helikopter tapi Velicia menolak dengan alasan sudah malam dan akan menjadi perhatian orang-orang.

"Menginaplah disini Adrian. Aku hanya butuh teman".
Kata Velicia saat Adrian pamit ingin pulang.

" Baiklah".

Jawab Adrian lalu melangkah masuk mengikuti Velicia.

"Aku akan membersihkan diri lalu kita makan sesuatu yang enak".
Kata Velicia.

Sepeninggal Velicia, Adrian membuka kulkas dan mengambil beberapa potong roti tawar. Memasukan daging dan sayuran segar lalu menghangatkannya di Oven.

Kemudian ia mengambil beberapa minuman kaleng dengan alkohol rendah dan alkohol sedang dan menatanya di meja.

Tepat saat bunyi denting oven, Velicia muncul dengan tubuh yang segar dan wangi.

" Hanya dari aromanya saja air liurku sudah meleleh".

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang