Dini hari Velicia tersadar. Ia merasakan sakit di kepalanya. Ia membuka matanya perlahan.
"Ed...."panggil Velicia.
Edgard meraihnya dalam pelukannya.
"Jangan katakan apapun sekarang"pinta Edgard.
"Apa kau sudah lebih baik?"
Velicia menggeleng.
"Kepalaku terasa nyeri".
"Jangan pikirkan apapun sekarang"Edgard menarik napas berat.
Velicia mengambil tangan Edgard dan meletakannya di dadanya.
"Di sini terasa sesak dan sakit Ed".
Edgard merasa kerongkongannya sakit. Jujur, ia tak sanggup melihat Velicia yang seperti ini. Ia mengeratkan pelukannya.
"Hei, aku di sini. Aku di sini untukmu"kata Edgard serak.
"I know Ed,tapi aku ....".
"No Vel. Kau pasti bisa. Kau sudah berjanji padaku dan Pirentz. Kau tak boleh seperti ini".
Velicia mengangguk berulang kali. Pelupuk matanya menghangat. Ia menggertakan giginya kuat-kuat.
Aku tidak boleh jatuh lagi. Tidak boleh.
Edgard merasa degup jantung Velicia memburu. Ia tahu Velicia berusaha menekan perasaannya.
"Menangislah jika kau ingin. Aku di sini".
Edgard menepuk punggungnya lembut.
Pertahanan Velicia hancur. Ia menangis lagi. Menangis dalam diam. Setelah beberapa saat, ia merasa lega.
Ia menyeka airmatanya dan melepaskan pelukan Edgard.
"Maafkan aku. Aku terlihat kacau Ed".
"Setiap orang punya cara sendiri untuk menghadapi masalah. Jika menangis bisa membuatmu lebih baik maka itupun tak masalah Vel".
"Hanya kau yang aku punya sekarang Ed. Tak mungkin aku membiarkan Adrian melihatku seperti ini".
"Jangan cemari Adrian dengan cerita yang sedih Vel"canda Edgard. Velicia tersenyum kecil.
"Bersihkan dirimu. Aku akan melihat sesuatu di dapur"kata Edgard.
Velicia memutuskan untuk berendam air hangat. Ia memasukan sedikit essensial aromaterapi rose kesukaannya.
Ia memejamkan mata menikmati aroma itu.
Sementara Edgard menelepon sekertarisnya untuk membawa beberapa pakaian untuknya.
Kemudian ia memasak bubur untuk Velicia sarapan. Sayuran dan potongan ayam ia masukan dalam bubur. Tak lupa segelas susu hangat dan kopi untuknya.
Ia kembali ke kamar Velicia dengan nampan di tangannya. Ia melihat Velicia sedang bercermin.
"Kau sangat cantik. Jangan menangis lagi".
Edgard menyelipkan anak rambut di telinga Velicia. Pipi Velicia panas.
Edgard benar-benar gila sekarang. Aroma rose dari tubuh Velicia semakin membuat naluri laki-lakinya berontak.
Ia mengambil tangan Velicia dan menggenggamnya.
"Tolong jangan menangis lagi, lakukan itu untukku. Aku tidak tahan melihatmu seperti ini".
Ia menunduk dan mencium kedua tangan Velicia.
Velicia salah tingkah, ia benar-benar tak menyangka Edgard akan memperlakukan dirinya seperti ini.
"Aku jatuh cinta padamu Vel. Jauh sebelum aku tahu masa lalumu".
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...
