BOSTON

756 44 0
                                    

Velicia melangkah keluar setelah merapikan dirinya sebentar. Ia duduk di samping Edgard. Ia membuka paperbag dan mengeluarkan makanan yang dipesan tadi.
Ia menyodorkan pada Edgard.

"Ayo makan Ed. Aku lapar".

"Padahal aku ingin mengajakmu keluar"jawab Edgard.

"Aku lelah Ed. Aku baru selesai 3 meeting di luar dan kau ingin mengajakku lagi".

"Oh ya..pantasan kau bilang kau lelah. Kalau begitu aku mengerti sekarang"jawab Edgard.

"Thanks Ed. Aku janji lain kali pasti aku ikut".

Edgard mengangguk sambil mengunyah makanannya.

"Oh ya Ed, karena kau disini aku langsung saja. Aku membutuhkan sistem keamanan ganda untuk penthouse_ku yang ada di Miami...".

Velicia menjelaskan hasil rapat tadi pagi pada Edgard secara detail. Edgard hanya mendengarnya dan sesekali menjawab dengan singkat.

Ia hanya terpesona dengan kecerdasan seorang Velicia. Entah kenapa ia begitu menginginkan perempuan ini untuk menjadi masa depannya kelak.

"Jadi,bagaimana Ed?"tanya Velicia.

"Aku akan melakukannya dengan sempurna untukmu".

"Apa maksudmu?"tanya Velicia.

"Karena kau yang memintanya jadi kau akan segera mendapatkannya Vel".

Wajah Velicia bersemu merah. Ia tak berani membalas tatapan Edgard padanya.

Ingat Vel, seseorang telah mencuri hati Edgard.

Velicia membereskan meja dari sisa-sisa makanan mereka lalu mencuci tangan.

"Duduklah. Aku ingin bicara"kata Edgard serius.

Velicia duduk disampingnya.

"Jadi kapan kau akan ke Boston?"tanya Edgard.

Velicia tak menjawab. Ia baru sadar dan teringat tadi ia telah memberikan jawaban ya pada Noel.

"Vel...jika kau ragu. Aku akan menemanimu ke Boston".

Velicia mengangguk dan menatap Edgard. Ia benar-benar tak bisa berpikir apapun saat ini.

"Baiklah Ed"jawabnya singkat.

"Apa kau baik-baik saja?"tanya Edgard.

"Aku tak tahu".

Ucap Velicia sambil memijit keningnya.

Edgard segera meraihnya dalam pelukannya.

"Hei kau akan baik-baik saja. Ada aku di sisimu jadi jangan pikirkan apapun. Ingat kau harus tegakkan kepalamu di hadapan mereka".

"I know Ed. I need you".

***

Velicia menepati janjinya pada Noel.  Ditemani Edgard mereka tiba di Logan International Airport sore hari. Mereka lalu menuju hotel yang telah direservasi atas nama Edgard.

Tiba di hotel resepsionis menyerahkan 2 buah kunci. Mereka segera naik lift diantar oleh pelayan.

"Istirahatlah. Kau harus terlihat cantik. Jangan pikirkan apapun"kata Edgard di depan pintu kamar Velicia.

Ia merapikan anak rambut di telinga Velicia.

Velicia masuk ke kamarnya dan duduk di ranjang. Ia menarik napas panjang. Ia tak membayangkan akan menginjakan kakinya disini lagi.

Ia meraih ponselnya dan menghubungi Noel. Ia meminta Noel untuk merahasiakan kehadirannya dari siapapun.

Noel menjawab ya dan mengirimkan lokasi tempat acara malam ini pada Velicia.

Tepat jam 7 malam Edgard mengetuk pintu kamar Velicia. Ia tampak gagah dengan tuksedo navy khas pria maskulin dan berkelas.

Velicia membuka pintu dan Edgard mengagumi penampilannya.

"Kau selalu terlihat cantik kapanpun itu Vel"puji Edgard.

Velicia dengan gaun malam panjang berwarna biru tua yang menjuntai. Rambutnya sengaja disanggul rendah di lehernya dan beberapa helai dibiarkan jatuh begitu saja di pipinya.

"Aku sudah siap Ed".

Edgard mengambil sebuah kotak dari saku celananya dan membukanya. Sebuah kalung emas putih dengan mata berlian biru kecil berbentuk huruf V.

Ia memakaikannya di leher Velicia. Terlihat pas dan elegan.
Velicia terlihat canggung. Ia teringat dulu Pirentz melakukan hal yang sama.

"Sempurna. Ini bukan apa-apa. Aku melihatnya di suatu tempat dan aku rasa cocok untukmu jadi aku membelikannya untukmu".

"Thanks Ed. Tapi ini ....".

"Ssstt..jangan katakan apapun. Aku hanya ingin melakukannya untukmu"kata Edgard meletakkan jari telunjuknya di bibir Velicia.

"Ayo berangkat. Kita akan telat dan menjadi pusat perhatian"kata Velicia cepat.

Pipinya bahkan sudah panas sekarang.

Mobil membawa mereka ke aula salah satu hotel ternama di Boston. Velicia tahu ini masih ada di bawah kekuasaan Pirentz.

Ia menelan ludahnya beberapa kali saat menginjakan kaki di karpet yang disediakan. Tanpa diminta Edgard ia memegang lengan Edgard kuat. Ia hanya mencoba menenangkan dirinya dari ketegangan.

Noel segera menghampiri mereka. Memang sedari tadi ia sengaja berdiri di sudut untuk bebas melihat ke arah pintu masuk. Ia membiarkan ibunya menemani beberapa tamu penting.

Ia tahu ini tak mudah bagi Velicia dan ia yang akan bertanggungjawab jika sesuatu yang tak diharapkan terjadi pada Velicia.

"Aku sangat bahagia kau datang Vel".

Noel langsung memeluknya erat. Ada rasa senang dan rindu pada sahabatnya ini.

" Aku sangat merindukanmu Noel"Velicia memeluknya erat.

Matanya berkaca-kaca. Ia bahkan tak ingin melepaskan pelukannya.

"Hei, apa kau baik-baik saja? "tanya Noel.

" Jangan tanyakan apapun. Aku hanya ingin memelukmu seperti ini Noel"ucap Velicia pelan.

Tenggorokannya tercekat. Ia benar-benar merindukan sahabat yang telah menemaninya berjuang saat ia begitu terpuruk dan bukan apa-apa seperti sekarang.

Noel mengangguk. Ia mengelus punggung Velicia lembut. Ia mengurai pelukannya dan menangkup pipi Velicia.

"Kau akan baik-baik saja. Ada aku disini. Tidak ada yang berubah di sini".

Velicia mengangguk dan menggenggam tangan Noel erat. Sedangkan Edgard hanya berdiri mematung menyaksikan mereka.

" Oh ya Vel. Kau tak mengenalkan diriku pada... "Kata Noel.

" Maaf. Ini Edgard. Dan Ed., ini Noel"kata Velicia sambil menyikut lengan Edgard.

Setelah melepas rindu, Noel membawa kedua tamu jauhnya menuju meja panjang yang berisi aneka hidangan.

"Nikmatilah. Buat diri kalian nyaman. Aku akan segera kembali" Ucap Noel .

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang