MORE THAN I CAN BE

428 23 5
                                        

Sudah hampir pukul 01.00 siang dan Velicia belum kembali. Pirentz baru saja makan siang di kamar hotel. Sedari tadi ia sibuk bekerja memeriksa beberapa email yang masuk di ponselnya.

Sebenarnya ia agak jenuh, tapi ia sadar ini adalah bentuk pekerjaan tambahan baginya jika ia memilih Velicia. Karena nantinya juga Velicia akan melakukan hal yang sama untuknya. Menunggu...

Ia tersenyum kecil saat mengingat percakapan mereka tadi pagi. Berkali- kali ia menatap ponselnya, ada keinginan untuk menghubungi Velicia tapi ia urungkan. Mungkin saja itu akan mengganggu Velicia.

Ia mencuci tangannya dan juga wajahnya di wastafel. Ia hanya ingin berbaring sambil menunggu Velicia.

Baru saja ia meregangkan tubuhnya, ketukan di pintu membuatnya terkejut.

Ah! Mungkin dia...

Batin Pirentz lega. Ia begitu merindukan kekasihnya itu. Ia segera turun dari ranjang dan membuka pintu.

"Selamat siang Tuan Ronalds. Ms. Thompson mengirim paket ini untuk Anda. Anda diminta bersiap secepatnya. Aku akan membantu Anda".

Sapa seorang pria tampan dengan seragam yang berbeda dengan pelayan di hotel ini.

Pirentz hanya memiringkan kepalanya sejenak lalu berbalik masuk diikuti pria itu. Ia meletakkan paket yang diduga adalah pakaian atau semacamnya.

" Apa yang harus kulakukan? Dimana kekasihku? Maksudku Ms. Thompson? ".

Tanya Pirentz sambil melipat tangan di dadanya.

" Anda harus bersiap sekarang. Kekasihmu berpesan untuk tidak terlambat".

Pirentz mengangguk pasrah. Ia lalu melepas kemeja yang digunakannya hingga tersisa singlet putih yang melekat di tubuhnya.

Kemudian ia membuka kotak yang katanya berasal dari Velicia. Sepaket tuxedo hitam. Pirentz mengerutkan keningnya lalu meraih ponsel dan menelepon nomor Velicia tapi nomornya tidak aktif.

"Bisakah Anda bersiap lebih cepat? Aku khawatir Ms. Thompson akan memarahiku nanti".

Pelayan itu menyodorkan kemeja putih lengan panjang. Kemudian disusul dengan celana hingga dasi dan terakhir tuxedo.

" Sudah ku duga, pakaian ini sangat pas untuk Anda. Sungguh tampan".

Pelayan itu terus bicara sambil merapikan rambut Pirentz dan tersenyum puas.

"Kenakan sepatu ini dan kita berangkat. Aku tak ingin membuat kesalahan".

Pirentz menarik napas berat. Ia sungguh merasa aneh dengan ini semua. Ia melirik arloji di tangannya. Hampir jam 03.00 sore.

Tanpa bicara apapun ia memasukkan ponsel ke saku celananya dan berjalan keluar mengikuti pelayan yang menurutnya sangat cerewet.

Tiba di lobi ia mengedarkan pandangan untuk mencari Velicia tapi nihil. Kekasihnya itu tak tampak sama sekali.

"Mari Mr. Ronalds".

Ucap pelayan itu meminta Pirentz mengikutinya keluar. Begitu melewati sekuriti matanya tak percaya sebuah limosin hitam sudah terparkir di pintu keluar. Salah satu pintunya terbuka dan Pirentz segera masuk ke dalamnya.

Ia menghempaskan tubuhnya dengan kesal lalu bersandar di jok. Ia mencoba menghubungi ponsel Velicia tapi tetap saja tak bisa.

Ia mengerang frustasi.

Ini tak lucu Vel...

Batinnya kesal. Akhirnya ia tak bisa menahan dirinya lagi.

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang