Setelah keadaan Velicia pulih, hari itu juga Velicia diijinkan oleh dokter untuk pulang.
"Habiskan vitamin yang diberikan. Jangan terlalu banyak berpikir yang berat".
Kata dokter yang merawatnya sebelum mereka pulang.
Velicia mengangguk."Aku akan memastikannya dokter, tak perlu khawatir" sahut Edgard.
Dokter tersenyum lalu segera keluar dari ruangan Velicia.
"Aku akan mengantarmu. Adrian harus kembali ke kantor".
"Ya Ed. Aku tak punya pilihan".
Velicia duduk di kursi roda yang disediakan. Edgard mendorongnya perlahan hingga lobi. Sebenarnya Velicia merasa malu tapi ia tahu Edgard akan bersikeras melakukannya. Jadi ia hanya terdiam dan menuruti apa yang Edgard lakukan.
Edgard mengemudi dan Velicia duduk disampingnya. Ia menyetel tempat duduk Velicia.
"Buat posisi dudukmu senyaman mungkin. Aku akan mengemudi perlahan".
"Thanks Ed".
Dalam perjalanan mereka tidak banyak bicara. Velicia ingin bertanya mengapa sampai ia bisa ada di rumah sakit tapi ia malu.
Sedangkan Edgard ingin bertanya banyak hal tapi ia ragu Velicia akan menjawabnya mengingat hubungan mereka hanya sebatas teman dan rekan bisnis.
Mobil Edgard memasuki kawasan penthouse elit di 145 Hudson Street.
Ya, di sinilah Velicia tinggal. Terkadang aunty Marry menginap jika Velicia membutuhkan teman mengobrol atau saat Velicia sakit.
Mereka naik lift menuju penthouse Velicia. Setelah melakukan scaner telapak tangan pintu terbuka.
"Welcome home Edgard"ucap Velicia tersenyum.
"Wahh, ini luar biasa. Cerminan boss V-Realty Trust".
"Kau berlebihan Ed".
Edgard berdiri dan memandang ruang tamu Velicia yang mewah.
Beberapa foto Velicia terletak di nakas. Kesan sejuk dan sederhana tapi perabotnya berkelas. Cerminan diri pemiliknya.
"Apa kau tidak lelah berdiri ?".
Velicia kembali dengan 2 gelas coklat hangat.
"Ayo diminum. Aku tahu kau lelah Ed".
Edgard mengangguk lalu duduk . Mereka saling berhadapan. Ia meraih gelasnya dan minum.
"Aku ke kamar sebentar. Aku ingin mandi dan ganti baju".
"Jangan lama-lama.."goda Edgard.
"Aku bukan tipe seperti itu Ed".
"Yah. I know Vel.."Edgard tertawa.
Velicia menghentakkan kakinya kesal lalu pergi ke kamarnya.
Tak lama kemudian Velicia kembali dengan tampilan lebih segar. Mengenakan kaus oblong longgar dan hot pants jeans. Tak ada make up sama sekali. Tapi ia tetap cantik.
Ia duduk di tempatnya semula."Ternyata kau membuktikan ucapanmu Vel".
"Beginilah aku Ed. Ada atau tidaknya dirimu aku tetap akan selesai dalam hitungan menit".
"Kau ingin makan apa?".
"Apa saja. Aku lebih suka makanan rumahan Vel".
"Aku akan memasak untukmu".
"Kau tidak apa-apa?".
"Hanya beberapa makanan aku sanggup Ed".
"Kalau begitu aku akan menemanimu supaya cepat kelar".
Velicia menuju dapur dan membuka kulkas. Ia mengeluarkan beberapa bahan makanan. Edgard menggulung lengan kemeja.
Velicia memandangnya heran."Aku juga tinggal sendiri dan aku sering melakukannya".
"Baiklah Ed..".
Edgard mencuci semua bahan yang akan dimasak. Velicia menyiapkan bumbunya. Ia akan memasak sup daging, tuna grill dan salad sayuran. Edgard membantu mengupas beberapa buah dan menatanya di meja makan.
Velicia terharu dengan sikap Edgard, sekilas ia ingat kebersamaannya dengan Pirentz dahulu.
Tidak , aku tidak akan terlena.
"Apa yang kau pikirkan Vel?".
"Tidak. Tidak ada".
Setelah selesai,mereka berdua duduk di meja makan. Velicia mengambil makanan dan menaruhnya di piring Edgard.
Edgard hanya memperhatikannya dengan kagum.
"Ayo dimakan. Enak atau tidak diam saja. Jangan protes"kata Velicia.
Edgard hanya tersenyum dan mulai makan.
Mereka makan dalam diam.Setelah makan mereka kembali duduk di ruang tamu.
"Ed,...thanks untuk hari ini"kata Velicia.
"Ah..itu bukan apa-apa Velicia".
"Hmm..apa kau keberatan jika aku bertanya?"kata Velicia lagi.
"Tentu saja tidak Vel. Apapun aku akan menjawabnya".
"Baiklah. Kenapa aku berakhir di rumah sakit?".
"Hmm..itu".
"Bukan. Kenapa kau ada bersamaku di rumah sakit ?" ulang Velicia.
"Sebenarnya aku.."."Kau mengikutiku saat dari rumah lelang?"potong Velicia.
Edgard mengangguk.
"Jadi kau melihatku dan Pirentz??".
Edgard mengangguk lagi.
"Kau melihat dan mendengar semua yang terjadi di taman?".
"Ya Vel."
"Oh tidak. Aku malu sekali".
Velicia menutup wajahnya.
"Hei, kau tak perlu melakukan itu. Anggap saja ini rahasia kita" kata Edgard.
Velicia berdiri dan berjalan menuju jendela besar di sudut. Ia melihat keluar. Hari hampir gelap.
"Begitulah aku Ed. Itulah diriku yang sebenarnya. Aku tak sekuat yang kau lihat".
"Vel, semua orang punya ceritanya sendiri. Kau tak perlu merasa seperti itu. Dengan dirimu yang sekarang, itu membuktikan kau wanita kuat Vel. Aku bangga padamu".
Velicia menyandarkan dirinya di tembok dan melipat kedua tangan di dadanya.
"Apa yang harus aku lakukan Ed? Aku membencinya".
"Apa dengan melakukan itu kau merasa lebih baik Vel?".
"Aku tak tahu Ed. Sudah 10 tahun berlalu tapi rasanya tetap sama saat aku bertemu dengannya. Aku merindukannya dan membencinya di saat yang bersamaan. Aku tak mengerti diriku sendiri".
"Kalau begitu kau harus memilih salah satu Vel. Tetap mencintainya dan memberikan kesempatan kedua dan memulai semua dari awal. Atau membencinya tapi memaafkan dirinya lalu menutup segalanya dan membuka dirimu untuk orang lain ".
Velicia terdiam mendengar apa yang dikatakan Edgard. Ia menarik napasnya dan menghembuskan dengan kasar. Ia merasa bimbang.
"Baiklah. Aku akan memikirkan apa yang kau katakan".
Edgard berjalan menghampirinya.
"Aku akan pulang sekarang. Jangan terlalu lama memikirkannya, itu hanya akan menyakiti dirimu".
Edgard mengacak rambut Velicia dan tersenyum.
"Thanks Ed. Hati-hati di jalan".
Edgard tersenyum dan menutup pintu.
Dia pria yang baik. Pirentz pun pernah memperlakukan aku seperti ini. Apa yang harus aku lakukan ??
Tanya Velicia dalam hati.
***
"

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomantikKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...