A CALLING

866 49 0
                                        

Sejak memaafkan dan melepaskan Pirentz, kehidupan Velicia menjadi lebih baik. Ia mulai bisa membuka dirinya terhadap hubungan dengan orang lain.

Keberadaan Edgard disampingnya menjadi salah satu penopang semangat saat terkadang ia merasa akan goyah.

Sebuah perasaan damai dan tentram memenuhi hati dan perasaannya. Jika dulu sebelum ia bertemu Pirentz ia akan menutup semua akses komunikasi pribadinya kecuali bersama Adrian dan aunty Marry.

Sekarang ia lebih terbuka dan ramah. Bahkan ia selalu akan tersenyum jika berbicara dengan kolega bisnisnya bahkan para karyawan yang bekerja padanya.

Sungguh, siapapun yang mengenalnya sebelum ini paati merasa bahwa kutub es di Utara telah mencair dengan sempurna.

Hal ini berdampak pula bagi gurita bisnisnya. Banyak kerjasama dan permintaan penggunaan jasa berdatangan. Ia bahkan kadang harus merelakan kehidupan pribadinya untuk melebur dalam pekerjaannya.

Tapi satu hal yang membuatnya menjadi lebih baik adalah kini ia punya seorang teman yang akan menemaninya kapan saja, apapun kondisinya,yang siap mendengarkan keluh kesahnya bahkan menghabiskan waktu dengannya.

Dialah Edgard Rayyan. Lelaki tampan yang tak pernah menyerah untuk mendekatinya, bahkan di hari-hari tersuram pun ia selalu ada untuk Velicia.

Velicia baru saja pulang dari kantor. Ia begitu lelah. Beberapa meeting di luar kantor menguras tubuh dan pikirannya.

Ia segera mandi dan mengenakan pakaian rumah yang santai. Ia menuju dapur dengan handuk yang masih melilit di kepalanya.
Ia baru saja keramas untuk mengusir penat di tubuhnya.

Ia mengambil sebungkus makanan cepat saji dan memanaskannya. Sebenarnya aunty Marry selalu menyediakan makanan di kulkas hanya kadang Velicia ingin makan makanan cepat saji.

Apalagi dalam kondisi penat, ia ingin cepat makan dan tidur.

Ting!!! Tong!!!

Bunyi bel pintu. Velicia menekan sebuah tombol pada ponselnya dan pintu terbuka.

Ya. Penthouse tempat tinggalnya dirancang dengan keamanan tingkat tinggi. Dan untuk lantai tempat tinggal Velicia itu bukanlah hal yang mudah untuk seseorang bisa menginjakan kakinya disana.

Untuk sampai ke lantai ini anda harus melewati screening komputer yang tentu saja telah diprogram oleh pemilik penthouse. Jadi singkatnya, pemilik penthouse akan memasukan data dan profil dari orang yang ia inginkan untuk mengunjunginya.

Jadi jika anda berniat untuk datang sembunyi-sembunyi maka lift tidak akan terbuka untuk anda karena ada sensor gerak yang dipasang di sana. Kecuali anda telah melewati screening di resepsionis.

Edgard menghampiri Velicia di dapur. Ia mencium aroma yang sangat enak.

"Aku tahu kau disini Vel. Aroma masakan menyambutku di pintu masuk".

Sapa Edgard sambil memasukkan tangannya ke saku celana.

"Kalau begitu duduklah. Aku akan membuat satu porsi untukmu".

"No. Aku tidak suka makanan cepat saji Vel".

"Aku memaksamu. Kau harus mencobanya. Ini enak Ed".

Velicia membuat wajah  memelas.

"Aku tidak pernah menang berdebat denganmu kan?".

Velicia tersenyum penuh kemenangan. Ia pergi ke dapur dan memasak satu porsi lagi. Setelah siap ia meletakkannya di meja.

"Ayo Ed. Aku sangat lapar"ajak Velicia.

Edgard masih memandang makanan berkuah di hadapannya.

"Buka mulutmu Ed".

Velicia mengarahkan sendoknya ke mulut Edgard. Edgard menerima suapan Velicia dengan canggung dan mengunyahnya.

"Ini enak".

Ia lalu mengambil sendok dan mulai makan seperti Velicia.

"Kau akan ketagihan Ed. Aku yakin".

"Asalkan kau yang membuatnya untukku" .

Ujar Edgard spontan.

Velicia merona mendengar ucapan Edgard. Ia berusaha menetralkan perasaannya.

"Kalau begitu kau yang akan membeli bahannya"balas Velicia.

"Apa kau lupa aku orang kaya? Aku bahkan bisa membeli perusahaannya jika kau mau".

"Sombong sekali kau Ed".

Mereka berdua tertawa. Edgard merasa senang akhirnya satu persatu karakter asli Velicia terkuak. Ia merasa beruntung bisa menikmati perubahan Velicia.

Setelah makan Edgard mengajak Velicia untuk jalan-jalan.

"Tidak. Kau tahu di luar sana paparazzi berhamburan".

"Hei, ini hanya sebentar. Tanpa mobil,bhanya berjalan kaki Vel".

"Justru itu akan menjadi santapan empuk mereka. Aku tidak mau".

"Kau pakailah sweater dan sneackers. Aku tunggu".

"Tapi Ed...".

Edgard mendorong Velicia sampai depan pintu kamarnya.

Tak lama kemudian Velicia keluar. Walaupun membantah tadi tapi ia tetap menuruti apa yang Edgard suruh.

Edgard membuka topi Adidas_nya dan memakaikan di kepala Velicia.

"Perfecto Vel. Lets go".

Mereka segera turun ke bawah.
Benar. Mereka hanya berjalan kaki menyusuri trotoar.

Edgard menutup kepalanya dengan topi hoddie miliknya. Mereka jalan bersisian layaknya sepasang kekasih.

Velicia sangat menikmati momen ini.

"Ini benar-benar menyenangkan Ed. Rasanya sudah lama sekali perasaanku tak sebebas ini".

Velicia menatap Edgard bahagia.

"Aku senang mendengarnya. Aku suka melihat dirimu seperti ini"balas Edgard.

Velicia melihat sebuah truk makanan.

"Ed, aku ingin makan itu. Bisakah kau membelikannya untukku? Aku tidak membawa dompet"rajuk Velicia.

"Aku kira kau tak menyukai itu. Baiklah kau harus menggantinya nanti"canda Edgard.

"Ya. Berapapun aku akan membayarmu. Ayo. Aku benar-benar menginginkannya".

Velicia menarik tangan Edgard mendekati truk makanan.

Ia memesan 2 hotdog medium dan 2 sosis. Tak lupa cola dingin.

Setelah mendapat pesanan, mereka duduk di bangku yang tersedia tak jauh dari situ.

"Ini sangat enak. Aku merasa seperti mahasiswa sekarang"ucap Velicia senang sambil mengunyah hotdog_nya.

Ia menyodorkan bekas gigitannya pad Edgard dan menganggukan kepalanya. Edgard menatapnya sebentar lalu menggigit hotdog dari tangan Velicia.

Perasaannya sudah tak karuan. Ia menahan napas untuk tak bertindak ceroboh.

Setelah menghabiskan makanan mereka, keduanya beranjak pulang. Mereka harus istirahat, besok harus kerja.

Kembali menyusuri jalan yang dilalui, Edgard memberanikan diri menyisipkan jarinya di telapak tangan Velicia. Ia menggenggamnya.

Velicia kaget dan hendak melepas tautan tangannya tapi Edgard menahannya dengan kuat.

"Aku hanya ingin melakukannya Vel. Ijinkan aku sebentar saja"kata Edgard serak.

Velicia diam dan membiarkan Edgard menggenggam tangannya.

Genggaman itu begitu hangat. Ia kembali teringat saat bersama Pirentz.

Tiba di penthouse Edgard langsung pulang. Velicia segera masuk ke kamarnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia melihat layar dan nama Noel tertera disana.

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang