Setelah menjalani serangkaian prosedur maka tim dokter memutuskan untuk segera melakukan tindakan operasi terhadap penggumpalan darah yang ada di kepala Velicia.
Pirentz berada di ruangan sahabatnya Andrew untuk menandatangani beberapa berkas.
"Tolong lakukan yang terbaik" ucap Pirentz getir.
"Trust me bro! Jangan cemas berlebihan" Andrew menepuk pundak Pirentz.
"Baiklah. Aku pegang kata-katamu".
Keduanya lalu turun menuju ruangan persiapan. Pirentz merasa begitu gugup. Ia tak menyangka jalan hidup dan kisah cintanya akan serumit ini. Andrew membuka pintu dan tampaklah beberapa perawat baru saja selesai memasang alat-alat kelengkapan di tubuh Velicia.
Hati Pirentz begitu remuk melihat pemandngan ini. Ia maju mendekati meja operasi. Matanya menatap lekat Velicia.
"Aku akan meninggalkanmu sebentar. Kau tahu Rentz, walau mata tertutup sekian lama, tapi telinga seseorang selalu bisa mendengar".
Ia menepuk pundak Pirentz lalu memberi isyarat pada semua untuk keluar sebentar.
Pirentz menggenggam tangan Velicia di sela-sela kabel infus. Tangan itu begitu dingin.
"Hai Vel...Maafkan aku untuk segalanya. Melihatmu seperti ini aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku mohon ijinkan aku untuk melakukan sesuatu untukmu. Aku tahu kau membenciku tapi... aku lebih suka kau memaki atau menjauhiku atau apapun asalkan kau membuka matamu dan baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padamu, akulah yang harus disalahkan. Tetaplah kuat Vel, aku mencintaimu, aku menyayangimu dan jika mungkin aku ingin menukar sakitmu untukku. Aku percaya kau akan baik-baik saja. Lihatlah aku begitu menyedihkan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku selalu disisimu. Walau dihatimu mungkin sudah ada orang lain tapi aku Pirentz selalu mencintaimu. Tolong buka matamu dan bertahanlah. Aku menunggumu".
Pirentz menempelkan pipinya di pipi Velicia lalu mencium keningnya lama dan dalam.
"Lihatlah, bahkan aku mencuri ciuman darimu Vel. Ayo, bangun dan pukul aku".
Butiran air mata Pirentz jatuh begitu saja.
Rasa sesak yang luar biasa menghimpit hatinya. Ia mengecup tangan Velicia berkali-kali.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan Andrew masuk.
"Saatnya memberi waktu orangku bekerja. Ayo".
Pirentz mengecup kening Velicia lalu berjalan mengikuti Andrew keluar.
Tim dokter mulai melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan di luar Pirentz begitu gelisah. Andrew menyodorkan sekaleng minuman alkhohol.
" Ini akan sedikit melegakan tenggorokanmu".
Pirentz menerimanya dan meneguknya sekaligus.
Setelah itu ia mengambil ponsel dan menghubungi Adrian.
"Operasinya sedang berjalan".
" Aku percaya ia akan baik-baik saja. Dia wanita yang kuat"jawab Adrian di seberang sana.
"Ya. Kau benar. Dia akan baik-baik saja".
Setelah mengakhiri telponnya ia berniat menghubungi Edgard. Tapi ia merasa ragu. Ia pun tak tahu seberapa dekat hubungan Edgard dan Velicia apalagi melihat Velicia pulang waktu itu. Ia mengurungkan niatnya.
Sisi yang lain dalam dirinya cemburu. Ya. Pirentz cemburu jika memikirkan hubungan Edgard dan Velicia. Ia takut Velicia sudah jatuh cinta pada Edgard. Apalagi mereka berdua selalu bersama dalam beberapa momen.
Pirentz mendesah frustasi. Andrew memperhatikannya.
" Apa sesuatu mengganggumu?".
"Tidak" balas Pirentz singkat.
"Tapi kau gelisah dan terlihat kesal".
" Aku baik-baik saja Drew".
"Tidak. Kau berbohong. Oh ya, kau berutang penjelasan padaku".
Pirentz berpikir sejenak. Mungkin ada baiknya aku berbagi kisah ini sambil menunggu dokter bekerja.
" Baiklah".
Pirentz mulai menceritakan segalanya. Dimulai dari awal berjumpa, bagaimana ia jatuh cinta dan hal buruk itu datang dan menghancurkan segalanya. (Untuk pembaca yang belum tahu silahkan baca dulu cerita Hate You 1 %)
Andrew tak percaya begitu Pirentz mengakhiri ceritanya. Ia bahkan tak menyangka perempuan yang sementara terbaring di meja operasi adalah boss V-Realty Trust.
"Wow... Ini kejutan. Kau tahu Rentz aku banyak mendengar tentang pemilik V-Realty Trust. Kupikir orang-orang hanya mengarangnya saja. Tapi mendengarnya langsung darimu rasanya kekagumanku padanya semakin bertambah".
" Berjanjilah Drew untuk merahasiakan ini sampai Velicia benar-benar sembuh".
"Baiklah. Aku tahu apa maksudmu".
Pintu ruangan operasi terbuka. Pirentz berdiri cepat menghampiri dokter.
" Semuanya berjalan dengan lancar. Setelah ini ia akan segera dipindahkan ke ruang perawatan".
"Apa ia baik-baik saja?" tanya Pirentz cemas.
"Seharusnya begitu tapi kita akan memastikan itu saat ia membuka mata".
" Apa maksudnya?".
"Biasanya untuk kasus ini ada beberapa kemungkinan. Seperti sembuh, kehilangan sebagian ingatan atau hilang ingatan total".
" Drew... ".
"Percaya padaku ia baik-baik saja".
Andrew berusaha menenangkan Pirentz.
"Kita akan memastikan itu nanti. Aku permisi" Pamit dokter itu.
Tak lama kemudian beberapa perawat mendorong brankar Velicia menuju ruang perawatan VVIP.
Pirentz dan Andrew pun tak ketinggalan. Kepala Velicia masih di perban. Wajahnya terlihat pucat.
Setelah mengatur segalanya para perawat meninggalkan ruang perawatan.
"Jangan cemas. Ia pasti akan membuka matanya. Aku akan menyuruh anak buahku mengatur keperluanmu".
" Thanks Drew. Aku berutang budi padamu".
Andrew tersenyum lalu meninggalkan Pirentz.
Pirentz duduk disamping ranjang Velicia dan menggenggam tangannya.
"Terima kasih sudah kuat dan bertahan hingga saat ini sayang".
Ia mencium tangan Velicia. Walau merasa lelah tapi ia sedikit lega karena Velicia baik-baik saja sampai saat ini.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/287526524-288-k558748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomantizmKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...