THE SCREAMS

383 19 3
                                        

Pirentz menemani Velicia hingga ia tertidur karena kelelahan menangis. Setelah menyelimuti Velicia ia segera keluar. Ia butuh segelas minuman untuk mengobati perasaannya.

Tiba di lantai bawah semua orang sedang berkumpul kecuali Grandma. Ini sudah malam jadi Pirentz berpikir Grandma mungkin sudah tidur.

"Aku akan menginap disini. Jika kalian ingin kembali ke Manhattan aku tak ikut. Aku ingin semua bukti lengkap supaya polisi segera bertindak".

Mereka saling berpandangan dan mengangguk mengerti.

" Jangan khawatir. Aku telah meminta anak buahku untuk membawa ponsel dan tablet milik Edgard yang dia ambil pada hari kecelakaan itu. Dan juga kamera yang ada di mobil, mudah-mudahan itu bisa menjadi petunjuk juga".

Andrew angkat bicara dengan yakin. Ia pun ingin kasus ini segera terungkap agar Velicia bisa kembali hidup normal. Jujur, ia juga sangat iba melihat kondisi Velicia. Dan apa lagi jauh di dasar hatinya perasaan bersalah masih menuduhnya.

" Jujur, aku tak bisa melihatnya  seperti ini... Sungguh  dia sangat hancur. Apapun yang terjadi, kita akan membuatnya berdiri lagi, seperti dahulu".

Pirentz menyeka buliran air mata yang jatuh begitu saja. Ia sudah menahannya sejak tadi.

Jika di masa lalu ketika Velicia terluka, ia akan berteriak , marah bahkan hampir bunuh diri.

Apalagi luka kali ini. Kenyataannya lebih mengerikan. Velicia hanya terdiam, membisu bersama air mata yang jatuh dalam isak kecil. Air mata tanpa harapan. Yang menyayat hati setiap orang yang melihatnya.

Dan Pirentz sangat takut, jika Velicia akan kembali nekad menyakiti dirinya seperti dahulu. Atau melakukan hal buruk lainnya.

" Aku harus pulang ke penthouse di Hudson Street. Ada beberapa email masuk yang harus dikerjakan. Aku akan datang besok setelah dari kantor, jadi kita bisa bergantian. Maafkan aku sudah merepotkan kalian".

Kata Adrian sambil menatap mereka satu persatu. Ia pun tahu semua yang ada disini tak kalah sibuknya. Bahkan Andrew harus meninggalkan pekerjaannya di Bern selama beberapa hari ini.

Juga Jose dan Noel. Mereka harus meninggalkan Boston dan ada disini hanya untuk mendukung Velicia.

"Kami semua menyayangi Velicia. Ini bahkan sebelum dia sukses seperti ini. Jadi, apa yang kami lakukan disini tulus untuknya. Orang baik pantas diperlakukan dengan baik juga".

Timpal Jose yang sedari tadi menatap Adrian. Ia tahu pria yang lebih muda darinya itu sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada boss- nya.

Seorang pelayan muncul dengan beberapa minuman hangat. Ia meletakkannya di meja.

"Nyonya Besar akan turun sebentar lagi".

Kemudian ia berbalik pergi.
Tak lama kemudian Grandma muncul dari lorong. Ia berjalan menghampiri mereka dan duduk di kursi.

" Bisakah aku memintamu tinggal sebentar? ".

Kata Grandma pada Pirentz yang duduk di hadapannya.

" Tentu saja Grandma".

"Adrian akan membantuku 2 hari mulai besok untuk mengurus semua dokumen perusahaan atas nama Edgard. Aku ingin melakukannya dengan cepat sebelum para pemegang saham curiga. Aku sudah menghubungi pengacara Edgard. Jadi, selama aku sibuk, aku ingin seseorang yang tepat menemani Velicia".

" Jangan khawatir Grandma. Kami akan membantumu. Lagi pula aku juga memahami betul apa yang terjadi karena aku pernah ada di posisimu".

Giliran Noel yang bicara. Matanya melirik pada Pirentz. Pirentz melotot padanya.

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang