YOU CAN

1.1K 64 1
                                        

Pirentz duduk terpaku di hadapan Velicia. Ia benar-benar tak menyangka usaha dan penantiannya selama 10 tahun mencari keberadaan Velicia berakhir seperti ini.

Ia berlutut dihadapan Velicia dan menggenggam tangan Velicia.

"Tolong jangan lakukan ini untukku Vel, please".

Velicia menggeleng. Lehernya tercekat. Aku tak boleh goyah.

Pirentz meletakkan kepalanya di pangkuan Velicia. Ia menangis seperti anak kecil.

"Vel, please...Jangan tinggalkan aku. Aku tak bisa hidup tanpamu".

"Kau tahu aku mencintaimu dan itu tak akan berubah Vel. Percaya padaku. Bukan Anna yang aku inginkan. Anna adalah masa lalu dan kesalahanku. Aku tidak pernah memilih Anna. Dia yang memaksa masuk dalam hubungan kita. Aku hanya berada pada waktu dan tempat yang salah. Selamanya hanya ada dirimu Vel".

Velicia membelai rambut Pirentz. Semuanya masih sama. Aroma tubuhnya. Jantung yang berdebar saat bersama Pirentz. Tapi ada yang tak lagi sama. Perasaan cinta dan sakit yang muncul bersamaan saat mengingat apa yang terjadi di Boston.

"Rentz. Kita tak bisa seperti ini terus. Perasaan itu tak lagi sama. Aku tahu ini berat untuk kita tapi kita harus melakukannya".

"Kau selalu punya tempat yang spesial di hatiku. Selamanya akan begitu. Karena kau yang pertama untukku dalam segalanya. Ciuman,pelukan,dan banyak hal yang tak akan sama jika nanti itu dilakukan oleh orang lain".

"Berjanjilah padaku, kau akan tetap menjadi kebanggaanku. Tetap sehat dan tampan..".

Velicia tertawa kecil dan mengecup puncak kepala Pirentz dengan berani.

Velicia mengangkat kepala Pirentz dari pangkuannya dan mengelus rahangnya.

"Aku mencintaimu untuk diriku sendiri Rentz. Aku akan membawa cintaku untukmu. Aku menyayangimu selalu".

Pirentz memeluknya erat.

"Katakan bagaimana caranya Vel, aku tak tahu. Aku tidak bisa".

Velicia mengelus punggungnya.

"Kau harus bisa. Dan kau pasti bisa. Aku selalu kagum padamu dan aku yakin kau akan menemukan caranya. Hanya butuh sedikit waktu dan kesabaran Rentz".

Pirentz mengangguk. Tak ada gunanya berdebat dengan Velicia, ia tahu dengan Velicia mengajaknya bicara tentu Velicia sudah punya pendirian yang tak akan goyah.

Ia melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Velicia erat.

"Berjanjilah padaku kau akan hidup dengan baik. Dan jika pada akhirnya kau menemukan seseorang dia harus mencintaimu lebih dariku. Jaga dirimu. Jangan terlalu bekerja dengan keras. Istirahatlah jika kau lelah. Aku mencintaimu selalu dan aku akan merindukanmu seumur hidupku".

Pirentz mengecup bibir Velicia singkat dan berbalik menuju pintu keluar. Velicia terpaku di tempatnya. Hatinya seperti dirobek-robek.

Ia tersadar dan mengejar Pirentz. Ia berlari menuju pintu utama bahkan hingga lorong. Lelaki itu telah pergi. Ia berbalik dan hendak melangkah masuk.

Kepalanya pusing. Lututnya goyah. Ia terjatuh di depan nakas. Ia menggigit bibirnya kuat. Air matanya sudah jatuh berderai. Ia menangis histeris. Gejolak perasaannya meledak.

"Rentz !! Rentz!! Aku melepasmu!!".

Tiba-tiba sebuah lengan kekar memeluknya erat. Velicia menangis dengan keras. Ia tahu pemilik aroma tubuh ini. Ia membiarkan dirinya dalam pelukan Pirentz.

"Jangan seperti ini Vel. Aku tak bisa melihatmu begini.
Jangan sakiti dirimu untuk pria brengsek sepertiku".

Velicia menggeleng lemah. Ia seperti kembali lagi pada masa lalunya. Sakitnya bahkan melebihi itu.

Pirentz membalikan tubuh Velicia dan menyeka air matanya.

"Hiduplah dengan baik. Temukan kebahagiaanmu. Aku kembali untuk mengatakan padamu besok pagi aku kembali ke Boston. Suatu saat jika kau tak sibuk, kunjungilah teman-temanmu. Mereka sangat merindukanmu".

Pirentz berusaha tegar padahal hatinya jauh lebih hancur.

"Jangan menangis. Itu hanya akan semakin menghancurkan aku. Ingatlah selalu hal-hal yang membuatmu tersenyum. Berbahagialah ".

Velicia mengangguk perlahan.
Ia memeluk Pirentz erat dan membenamkan kepalanya di dada Pirentz. Menghirup sebanyak mungkin aroma pria yang paling dicintainya dulu.

"Maafkan aku untuk semua kesalahanku Rentz. Sampaikan salamku untuk Nancy, Jose,Brady,Nichole dan Noel. Katakan pada mereka aku merindukan mereka".

Bisik Velicia lirih.

"Mereka akan sangat senang mendengarnya Vel".

Pirentz mengacak rambut Velicia dan tersenyum.

Ia berbalik menuju pintu keluar. Velicia melambai padanya. Perasaannya sudah lebih baik. Ia menatap punggung Pirentz hingga masuk ke dalam lift.

Ia menarik napas dan menutup pintu apartemennya. Ia menuju dapur dan mengambil segelas air minum.

Setelah itu mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Edgard.

"Aku sudah melakukannya Ed".

Ia duduk di sofa dan menekuk kedua kakinya hingga dada. Bel pintunya berbunyi. Ia menekan tombol di ponselnya dan pintu terbuka. Ia pikir pasti Adrian.

"Hai Vel.."sapa Edgard.

Velicia melompat dari duduknya dan memeluk Edgard.

"Aku pasti bisa Ed. Aku pasti bisa melepasnya Ed".

Velicia kembali menangis. Ia merasakan bongkahan es di hatinya hilang. Tapi ada sesuatu yang kosong di hatinya.

"Aku tahu kau bisa Vel. Semuanya hanya menunggu waktu. Lakukan itu perlahan-lahan. Kau Velicia Thompson".

Velicia mengangguk dan melepas pelukannya. Ia terlihat pucat. Matanya sembab dan merah. Edgard tahu ia sudah menangis dari tadi.

Edgard menuntunnya ke kamar. Velicia merebahkan dirinya. Edgard menarik selimut hingga dadanya.

Ia keluar menuju dapur dan kembali dengan segelas coklat hangat.

"Minumlah. Ini sangat enak".

Velicia menerimanya dan meneguk isinya hingga kosong. Edgard menerima gelas kosong dan menaruhnya di nakas.

"Tidurlah. Jangan pikirkan apapun. Nanti sakit".

Velicia membaringkan dirinya. Ia mencoba memejamkan matanya.

"Ed..."panggil Velicia masih dengan mata terpejam.

"Aku disini Vel. Tidurlah".

Edgard membelai rambutnya perlahan.

Tak lama kemudian napasnya teratur menandakan ia benar-benar tertidur.

Edgard memandang lekat wajah Velicia.

Entah aku harus senang atau sedih mengetahui ini. Tapi aku bangga padamu Vel, kau sudah melakukan yang terbaik untuk dirimu. Kau benar-benar sosok yang kukagumi. Aku benar-benar jatuh hati padamu.

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang