Velicia terbangun dengan perasaan lapang. Perlahan ia membuka mata setelah menguap dengan lebar.
"Selamat pagi Velicia".
Sapa Pirentz yang baru saja masuk dengan penampilan yang sudah rapi dan wangi.
" Pukul berapa sekarang? Aku bisa tidur sepulas ini. Rasanya sudah lama sekali aku tak senyenyak ini. Aku sangat malu".
Pirentz mendekat dan mengecup keningnya.
"Jika masih mengantuk tidurlah kembali. Aku akan pergi ke kantor sebentar. Aku akan meminta sarapan untukmu di antar ke kamar saja".
Wajah Velicia sedikit cemberut.
" Kau bahkan bekerja saat aku disini".
"Bukan begitu sayang... ".
Pirentz menghentikan ucapannya. Ia sendiri terkejut mendengar kata sayang yang keluar dari mulutnya.
" Maksudku, kita akan berangkat ke Jerman sore nanti jadi aku perlu memberikan beberapa pekerjaan pada Davina".
Velicia menyibak selimut dan duduk menghadap Pirentz.
"Jangan menahan perasaanmu. Sekarang, aku adalah kekasih dan juga calon istrimu. Kau boleh memanggilku dengan sebutan apapun. Aku ingin kita merasa nyaman satu sama lain".
Velicia mengangkat cincin di jari kirinya yang semalam dipasang Pirentz.
" Maafkan aku. Ini masih terasa sebagai mimpi untukku".
Velicia memeluk Pirentz erat. Ia tahu butuh sedikit waktu bagi Pirentz untuk terbiasa lagi dengan keberadaan dirinya. Bahkan semalam ia sudah berpikir untuk mengajak Pirentz menemui psikolog.
"Maafkan aku telah memberikan siksaan batin untukmu begitu lama. Aku tak pernah berpikir jika akibatnya akan seperti ini. Aku disini sekarang, dan aku akan selalu bersama dirimu".
Velicia melepas pelukannya dan tersenyum pada Pirentz.
" Ayo sarapan. Aku akan membersihkan diri sekilat mungkin".
Pirentz hanya menatapnya dalam diam. Bahkan hingga Velicia menghilang di balik pintu kamar mandi.
Ia membuka lemari dan memilih satu dress selutut berwarna hijau untuk Velicia. Lalu meletakkannya di ranjang. Ia bahkan merapikan ranjang dan membuka semua tirai. Membiarkan sinar matahari pagi masuk.
Velicia keluar hanya dengan menggunakan handuk. Pandangannya jatuh pada dress di ranjang yang telah rapi.
"Terima kasih Rentz. Kau bahkan masih hafal warna kesukaanku".
" Aku akan menunggumu di luar".
Sahut Pirentz lalu berjalan keluar. Ia menunggu di balik pintu. Menyandarkan punggungnya dan menerawang.
Thanks God...
Thanks God...
Lapangkan hatiku agar aku bisa tertawa lepas.
Bersamanya...
Selamanya...Pirentz menarik napas beberapa kali dan membuangnya cepat hingga perasaannya tentram.
"Apa yang kau lakukan Rentz? ".
Tanya Velicia yang sudah berdiri di sisinya dengan tampilan cantik dan harum. Rose. Itu adalah aroma kesukaan dan khas milik Velicia.
" Aku menunggumu. Ayo turun".
Pirentz meraih tangan Velicia dan menggenggamnya lalu keduanya menuruni tangga melingkar.
Di meja makan sarapan telah siap. Seperti biasa ada segelas jus dan kopi milik Pirentz. Roti isi dan salad sayuran juga beberapa potongan buah.

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...