Kembali dari Grindelwald Velicia masih harus menjalani beberapa check up sebelum keduanya meninggalkan Swiss.
Setelah beristirahat di penthouse mewah milik Pirentz, sore harinya barulah mereka menemui Andrew di rumah sakit.
"Bagaimana liburannya Vel?" sapa Andrew saat mereka ada di ruang kerjanya.
Velicia tersenyum dan memandang Pirentz sejenak. Kemudian ia menatap Andrew.
"Aku benar-benar menikmati surga. Ini tepatnya lebih seperti bulan madu ".
Andrew tertawa dan melirik Pirentz sambil mengedipkan matanya.
" Aku senang kau menikmatinya. Oh ya, sebaiknya kita ke bawah karena dokter sudah menunggu. Beberapa hari lalu ia sangat gelisah saat Pirentz menelpon".
Velicia menatap Pirentz sebentar.
"Dia terlalu berlebihan. Aku hanya butuh istirahat lebih hari itu".
Andrew manggut-manggut sambil tersenyum pada Pirentz.
" Kau tau Vel, kadang cinta membuat seseorang melupakan akal sehatnya".
Pirentz maju selangkah dan menonjok bahu Andrew pelan.
"Hei bro! Aku mengatakan yang sebenarnya. Ya kan Vel?".
Velicia tertawa kecil melihat aksi dua sahabat itu.
" Aku rasa dokter sudah terlalu lama menunggu. Ayo! "kata Andrew menyudahi kelakar mereka.
Ketiganya keluar dan berjalan menuju lift yang membawa mereka turun ke lantai bawah. Sepanjang jalan Pirentz menggenggam tangan Velicia erat. Ia tahu waktunya bersama Velicia semakin sedikit. Cepat atau lambat segalanya akan kembali seperti sedia kala.
Saat memasuki ruang pemeriksaan Velicia mengeratkan genggamannya. Ia ragu dengan diagnosa dokter nanti. Ia terlihat gugup.
"Semua akan baik-baik saja".
Pirentz mengelus rambutnya lembut. Andrew hanya menatap keduanya dengan senyum kecil.
"Selamat datang Ms. Thompson. Senang bertemu Anda lagi" sapa Dokter.
"Terima kasih Dok. Semua berkat dirimu juga. Maaf membuatmu menunggu lama" balas Velicia.
Kemudian dokter mempersilahkan Velicia untuk berbaring di tempat tidur karena ia akan melakukan beberapa pemeriksaan.
Sementara Velicia melakukan itu, Pirentz meminta izin untuk berbicara dengan Andrew di luar. Mereka pun meninggalkan ruangan itu.
Pirentz meminta sebuah ruangan kosong untuk berbicara serius dengan Andrew. Andrew pun menurut walau dilanda keheranan.
"Apa kau gila?" protes Andrew saat Pirentz mengatakan keinginannya.
"Tentu saja tidak Drew. Kumohon, kabulkan permintaanku kali ini saja".
Andrew menggeleng berulang kali lalu berdiri dan bersandar di jendela.
" Kendalikan dirimu. Tak ada yang akan terjadi di masa depan".
"Tidak Drew. Aku sudah pikirkan semua matang-matang. Dan aku sudah memutuskan" Pirentz tetap bersikukuh.
"Jalani saja semua apa adanya. Jangan hukum dirimu terlalu lama Rentz. Biarkan semua berjalan mengalir seperti air".
" Ku mohon Drew. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah ingatan Velicia pulih lagi. Aku takut ia akan kembali membenciku".
Lidah Andrew kelu, ia tahu perjuangan keras Pirentz untuk bisa memulihkan hubungan mereka. Bahkan walau sudah sepuluh tahun berlalu.
"Kalau ia masih mencintaimu maka ia tak akan melakukan itu lagi. Mengingat akhir-akhir ini kalian sudah melewati banyak momen indah bersama. Percayalah padaku".
Pirentz menggeleng dan menyugar rambutnya frustasi.
" Masalahnya dia memiliki orang lain saat ini"nada suara Pirentz menggantung. Desahan napasnya terasa sesak.
Terlebih lagi Andrew. Ia sangat terkejut atas perkataam Pirentz barusan.
"What? Velicia punya kekasih? Lalu dimana kekasihnya? Apa ia tahu Velicia bersamamu?".
Pirentz menghembuskan napas kesal.
"Kau bertanya seperti dunia akan kiamat saja".
" Hei, apa yang akan kau katakan pada kekasihnya? ".
"Mereka hanya dekat. Bukan kekasih. Tapi aku merasa Edgard lebih baik dari diriku. Dan jujur, aku merasa bersalah padanya".
" Wait.. Apa yang kau maksud adalah Edgard Rayyan. Ahli IT itu? ".
Pirentz mengangguk.
" Percayalah padaku. Ia sudah tahu keberadaan kalian. Dan kalaupun ia tak menghubungi Velicia atau dirimu itu artinya dia mempercayai kalian dan dia mau kalian menyelesaikan masalah kalian berdua. Aku cukup mengenalnya dengan sangat baik. Ia adalah tipe pria dewasa dan penuh pengertian".
"Kau benar. Aku akan berbicara jujur dengannya saat tiba di New York nanti. Aku tahu ia pria yang tepat untuk Velicia. Makanya aku meminta hal itu padamu".
Andrew terdiam. Ia kembali teringat permintaan Pirentz beberapa saat yang lalu.
" Baiklah. Tapi aku akan melakukannya jika pria itu adalah Edgard. Kalau orang lain, maka maaf aku tidak bisa"pasrah Andrew pada akhirnya.
Air muka Pirentz berseri. Ia bangkit dan memeluk Andrew erat.
"Aku selalu yakin, bahwa aku dapat mengandalkanmu dalam situasi sulit. Thanks bro! ".
Andrew menepuk bahunya.
" Itulah arti dirimu untukku. Aku hanya tak percaya takdir cintamu begitu rumit".
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
Kemudian keduanya keluar dan menyusuri lorong menuju kamar periksa Velicia.
"Kalian begitu lama" protes Velicia manja.
Pirentz mendekatinya dan mengecup keningnya.
"Aku hanya membicarakan beberapa rencana kerja sekaligus pamit pada tuan Andrew".
" Oh ya... Bagaimana Dok? "tanya Pirentz.
" Seperti katamu. Dia wanita kuat. Jadi semua baik-baik saja. Bahkan ingatannya semakin baik. Aku pastikan, ketika tiba di New York, segalanya akan kembali seperti semula. Selamat untuk kalian berdua".
Penjelasan dokter membawa kegembiraan untuk mereka semua. Kecuali Pirentz. Setiap kalimat yang di dengarnya seperti menggeser langkahnya mendekati lubang hitam. Jantungnya berdebar kencang. Tapi ia berusaha menekan perasaannya.
"Terima kasih banyak dok. Aku berutang budi padamu. Kapan-kapan singgahlah di New York. Kami akan mentraktirmu" kata Pirentz.
"Tentu saja Mr. Ronald. Aku harap kalian selalu sehat dan bahagia".
" Kami harus pamit sekarang. Penerbangan kami jam 07.00 malam. Sampai jumpa lagi".
Mereka saling berpelukan. Velicia memeluk Andrew erat dan mengucapkan terima kasih.
Andrew mengantar mereka ke lobi. Setelah masuk ke mobil, sekali lagi Velicia mengucapkan terima kasih dan melambaikan tangan.
Andrew membalas lambaian tangan mereka hingga mobil menghilang di gerbang rumah sakit.
Setelah itu ia kembali ke ruang kerjanya yang berada di puncak tertinggi bangunan ini. Sambil berjalan ia terus memikirkan permintaan Pirentz.
Baru kali ini ia menemukan permintaan yang aneh sekaligus luar biasa.
Semoga aku bisa melakukannya Rentz...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
Любовные романыKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...
