MEET NOEL

2.4K 139 0
                                        

Banyaknya aset dibawah naungan V-Realty Trust mengharuskan Velicia untuk cermat dan cerdas dalam mengelolanya termasuk pengawasan berkala setiap bulan.

Ia tidak ingin melakukan kesalahan kecil dalam mempertahankan apa yang sudah di bangun dengan keringat dan airmata.

Setelah kembali dari Kanada beberapa waktu lalu, kini giliran hotel Pennsylvania yang akan di inspeksi.

Adrian sudah menyiapkan segal keperluan Velicia. Ia selalu turun langsung untuk melihat secara langsung perkembangan tiap asetnya. Kalaupun ia sibuk,Adrian yang akan menggantikannya tapi itupun yang tidak berkaitan dengan keuangan dan keamanan.

Mereka tiba di hotel Pennsylvania pukul 10.00 pagi. Para petinggi hotel dan manajer sudah menunggunya di lobi.

Velicia turun dari mobil diikuti Adrian di belakangnya. Ia segera berjalan menuju lift yang akan membawanya ke ruangan khusus untuk dirinya di lantai teratas hotel,bersebelahan dengan ruangan meeting.

Setelah merapikan dirinya,ia segera menuju ruang meeting dimana seluruh staf dan kepala bagian telah menunggunya.
Mereka akan melaporkan progress tiap unit selama 1 bulan.

Velicia mendengarkan dengan cermat tiap presentasi yang disajikan dan sesekali menulis catatan -catatan kecil.

Pertemuan berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Setelah itu Velicia melakukan sidak ke berbagai unit bahkan sampai bagian dapur dan cleaning service.

Ia tak akan mudah percaya dengan laporan diatas kertas,ia akan melihat langsung untuk mengkonfirmasinya.

Setelah selesai ia kembali ke ruangannya. Disana pelayan telah menyiapkan makan siang untuknya. Menunya sederhana. Salad sayur, jus buah dan beberapa potong ikan tuna.

Ya. Baginya kesehatan nomor satu. Pola makan sejak kecil hingga sekarang tetap sama. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.
Adrian menemaninya makan.

"Kau harus makan yang banyak Adrian"kata Velicia.

"Tentu saja Miss"Adrian tersenyum.

"Selagi kau di sampingku, belajarlah dengan baik. Mungkin suatu saat kau akan menjadi rival ku"lanjut Velicia.

"Itu tidak mungkin. Aku bukan apa-apa".

"Tidak. Kau harus punya mimpi agar orang-orang tidak meremehkan mu"kata Velicia.

Adrian mengangguk.

"Tidak selamanya engkau akan bergantung padaku,jadi belajarlah dengan baik".
Velicia menatapnya dan tersenyum.

"Aku suka melihat anda tersenyum seperti ini Miss".

Velicia menatapnya datar, ia tahu kadang sisi dirinya yang sebenarnya terkuak meski ia berusaha untuk menyembunyikannya.

Dan jelas Adrian menyadari perubahannya, apalagi sejak Edgard memperlakukan dirinya sebagai wanita dewasa.

"Ayo.kita harus kembali ke kantor"kata Velicia begitu mereka selesai makan.

Adrian mengangguk lalu berjalan mengikuti Velicia menuju lift khusus.

Saat melewati lobi menuju pintu keluar pandangan Velicia terpaku pada seseorang di meja resepsionis. Ia berdiri sejenak untuk memastikan ia tak salah orang.

Deg!!!
Benar dia melihat Noel. Seseorang yang sangat dia rindukan. (Bagi pembaca yang belum tahu silahkan baca terlebih dahulu novel hate you 1%).

Ia berjalan dengan cepat menuju resepsionis. Adrian yang melihat bossnya mengerutkan dahinya.

Velicia memegang pundak Noel.

"Noel..."ucapnya serak menahan tangis yang hampir pecah.

"Ya".
Noel berbalik dan terkejut setengah mati melihat siapa yang ada di hadapannya kini.

"Its me Noel".

Velicia menggigit bibirnya. Suaranya bergetar.

"Apakah ini benar dirimu Vel?". Velicia mengangguk.

Ingin rasanya menghambur dalam pelukan Noel tapi ia tahu ia harus bisa mengontrol dirinya di hadapan karyawannya sendiri.

Ia menoleh pada Adrian.

"Kau kembali ke kantor. Aku masih ada urusan. Tinggalkan mobil, aku akan mengemudi sendiri".

"Baiklah. Aku permisi".

Velicia menoleh pada Noel.
"Ikutlah denganku".

Noel yang masih tak percaya hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Velicia ke mobil.

Velicia mengemudi menuju Peggy Rockefeller Park. Sebuah taman bunga rose yang menjadi tempat favoritnya untuk menenangkan diri.

Begitu tiba di taman Velicia langsung memeluk Noel erat dan menangis terisak. Noel mengelus punggungnya lembut.

Velicia sangat merindukannya, apalagi perpisahan mereka kala itu tidak dengan cara yang baik.

Mereka duduk bersisian di bangku taman.

"Maafkan aku"kata Velicia.

"Kau tahu, aku hampir gila karena mencari mu di seluruh Boston"balas Noel.

"Maaf. Waktu itu aku benar-benar tidak bisa berpikir apapun".

"Apa yang terjadi?". Tanya Noel ingin tahu.

Tapi Velicia menggeleng.
"Itu sudah berlalu Noel. Aku tidak ingin mengingatnya lagi".

Noel mengangguk. Ia tak ingin memaksa. Ia tahu masa-masa berat dalam hidup Velicia.

"Aunty apa kabar?".

"Mom baik-baik saja. Sesekali kunjungilah dia. Dia sangat merindukanmu Vel".

"Aku tak berjanji tapi jika aku siap,aku akan datang"kata Velicia.

"Banyak hal berubah di hari engkau menghilang. Pirentz bahkan mencari mu ke segala tempat, ia begitu putus asa. Berbulan-bulan ia hidup di jalanan hanya untuk mencarimu. Kami hampir memasukannya di rumah sakit jiwa. ...".

"Jangan katakan padanya kau bertemu denganku"potong Velicia.

Noel menatapnya lama.

"Kau tahu Pirentz adalah orang yang paling aku benci di dunia ini seumur hidupku" ucap Velicia getir.

"Aku tahu Vel. Tapi dia hanya ingin meminta maaf padamu. Dia menyesali semuanya"kata Noel.

"Tidak. Aku pernah mencintainya melebihi diriku sendiri. Tapi dia yang memilih agar aku membencinya. Hatiku sudah mati di malam aku meninggalkan Boston dengan luka yang dalam. Dan selamanya aku akan membencinya bahkan di kehidupan berikutnya"jelas Velicia.

"Tolong beri ia kesempatan untuk menjelaskan semuanya"pinta Noel.

"Tidak. Kesempatan itu sudah hilang saat hari kelulusanku. Dia lebih memilih mengikuti Anna. Dia bahkan tak menoleh sedikitpun untuk melihat betapa goyahnya kakiku saat itu".

"I know Vel. Kau berhak memutuskan apapun yang terbaik untuk dirimu"kata Noel pelan.

Mereka berdua masih terus bertukar cerita tentang waktu yang hilang selama 10 tahun. Velicia memberikan nomor ponselnya dan alamat apartemennya.

"Aku sangat bahagia hari ini Noel. Aku menyayangimu. Kau harus mampir ke apartemenku sebelum pulang ke Boston".

"Tentu saja Vel. Aku ingin melihat seberapa kaya kau sekarang"Noel tertawa mengejek.

Velicia mengantar Noel kembali ke hotel. Entah mengapa ada kelegaan di hatinya. Sepertinya selapis dinding es telah mencair.

****

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang