Menjelang tengah malam Velicia baru siuman. Botol infus yang tergantung di sisi ranjang hampir habis.
"Adrian" panggilnya pelan.
Adrian yang duduk dan bermain ponsel tak jauh dari ranjang langsung mendekati Velicia.
"Syukurlah kau baik-baik saja" kata Adrian.
"Kepalaku sedikit sakit. Aku mimpi buruk lagi. Pirentz meninggalkanku" ucap Velicia serak. Keringat bercucuran di keningnya.
"Hei... Itu hanya mimpi. Kata dokter, jangan terlalu stress" ucap Adrian.
Velicia mengangguk pelan.
"Aku hanya merasa sikap Edgard sedikit berbeda"." Hei... Itu hanya perasaanmu. Setiap orang punya prioritas sendiri dalam hidupnya. Jadi ku mohon kembalilah menjadi Velicia yang kuat.Sekuat baja. Tak peduli pada apapun. Jangan sia-siakan perasaanmu dan pikiranmu".
Velicia menarik napas. Dalam hati ia mencerna ucapan Adrian.
"Kau benar. Kenapa aku seperti bukan diriku" Velicia tertawa kecil.
"Aku akan membuat susu hangat untukmu. Berbaringlah lagi".
Adrian meninggalkan Velicia di kamar dan pergi ke dapur untuk membuat susu.
Velicia bangun dan bersandar di kepala ranjang. Dengan tangan kanannya ia memijit pelipisnya pelan.
Pikirannya masih memaksa untuk mencerna segalanya.
" Mungkin prioritas Edgard memang bukan aku lagi".Ia tertawa kecil dan mengusap dadanya.
"Apa yang kupikirkan? Sejak kapan aku jadi seegois ini? Aku Velicia, aku kuat dan baik-baik saja"." Ya. Kau sempurna dan kau tak membutuhkan orang-orang picik dan pengecut"sambung Adrian. Entah sejak kapan ia ada di situ dengan segelas susu dan roti isi di tangannya.
Velicia mengerutkan keningnya sejenak lalu tertawa.
"Give me , please" ujarnya sambil menjulurkan tangan.
Ia mengambil roti isi dan mengunyahnya dengan lahap. Setelah itu ia meneguk susu coklat itu sampai habis.
"Ahhh. Hidupku benar-benar luar biasa. Aku menyayangimu Adrian" ujarnya sambil menyeka susu di bibirnya.
"Aku bersyukur memilikimu dan bibi Marry. Terima kasih".
" Kau pantas untuk bahagia Vel. Ingatlah selalu, aku dan bibi Marry selalu di sisimu"balas Adrian sambil melepas jarum infus dari punggung tangan Velicia.
Walaupun bukan dokter, Adrian selalu belajar hal-hal yang penting dan mendesak. Karena ia tahu, tak selamanya orang akan bertahan di sisi kita.
Ada waktu dimana hanya diri kita sendirian dan kesepian. Jadi sebisa mungkin kita harus prepare segala sesuatu yang dibutuhkan oleh diri kita.
"Aku akan pulang ke apartemenku untuk istirahat. Kalau ada apa-apa telpon aku" pamit Adrian.
"Tidurlah di kamar tamu. Kau pasti lelah. Aku akan membangunkan mu nanti" bujuk Velicia.
Adrian terlihat akan membantah tapi Velicia langsung melanjutkan,
"Tak baik menyetir dalam keadaan mengantuk. Itu berbahaya untukmu dan juga orang lain".
" Baiklah. Aku tak bisa berdebat sekarang. Kau juga istirahatlah sebentar. Kita punya banyak hal yang harus dikerjakan besok bos"kata Adrian.
Velicia mengangguk lalu merebahkan dirinya. Adrian menarik selimut dan menutup kakinya hingga pinggang.
"Akhirnya aku bisa merasakan punya kakak perempuan. Ternyata Tuhan itu adil " gumam Adrian.
Velicia memukul kepalanya dengan guling.
"Ayo, tidur sana. Atau kulitmu akan cepat menua dibanding umurmu".Adrian lalu tertawa dan melangkah keluar. Tak lupa ia mematikan lampu dan menutup pintu.
Tepat pukul 07.00 Velicia telah rapi. Ia mengenakan setelan kerja khas dirinya. Tak lupa kacamata hitam dan tas tangan.
Ia baru saja melapisi rotinya dengan selai saat Adrian muncul.
" Selamat pagi best sister! "Sapa Adrian sambil menarik kursi dan duduk.
Ia lalu menyeruput capuccino yang telah disediakan oleh Velicia.
" Apa agenda kita hari ini? "tanya Velicia sambil memasukan potongan roti ke mulutnya.
Adrian lalu menyampaikan urutan agenda kerja selama hari ini. Velicia mendengarnya dengan saksama. Bagaimana pun juga ia harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Apalagi jika berkaitan dengan keputusannya.
Keduanya lalu berangkat ke kantor. Sepanjang perjalanan Velicia sibuk dengan tablet putihnya. Sementara Adrian mengemudi dengan hati riang. Ia senang Velicia cepat menemukan dirinya kembali.
Tiba di kantor mereka langsung menuju puncak gedung yang merupakan ruang kerja Velicia dan Adrian.
Beberapa pertemuan kecil dilakukan dengan bagian produksi dan promosi. Ada vitur baru yang akan di luncurkan oleh tim IT mereka.
Sebenarnya pertemuan ini dihadiri oleh Edgard seperti waktu-waktu yang lalu. Tapi Edgard tidak hadir. Ketua divisinya yang mewakili.
Velicia merasa sedikit terganggu tapi kemudian ia menyadarkan dirinya sendiri bahwa setiap orang berhak diwakili orang kepercayaannya. Jadi ia langsung fokus pada pertemuan itu dan pembahasannya.
Setelah hampir 3 jam lamanya akhirnya kesepakatan di dapat. Mereka semua menarik napas lega dan kemudian meninggalkan ruang rapat.
Velicia sengaja menghampiri ketua divisi dari Rayyans Techno.
"Bisa kita bicara sebentar? " sapa Velicia. Orang itu mengangguk.
"Apa Mr. Rayyan berhalangan? "tanya Velicia.
" Ya. Beliau sedang menerima tamu jadi beliau mengutus aku"jawabnya ramah.
"Tolong sampaikan ucapan terima kasihku padanya" ucap Velicia.
"Baiklah Ms. Thompson akan kusampaikan begitu tiba di kantor. Aku permisi " jawab pria itu.
Velicia menarik napas lega. Setidaknya dia baik-baik saja, gumamnya seraya melangkah kembali ke ruang kerjanya.
Tiba di ruang kerjanya ia mengambil sebotol minuman dingin dan meneguknya.
Lalu duduk di kursi kebesarannya. Ia melirik arlojinya, jam makan siang hampir tiba. Ia menerawang dan berpikir.Ia baru saja menemukan ide saat Adrian berjalan masuk dengan dokumen di tangannya.
"Ini salinan kesepakatan tadi. Aku minta kau membacanya lagi sebelum memutuskan untuk tanda tangan. Setelah itu aku akan mengirimnya ke Rayyans Techno".
" Baiklah. Taruh saja di laci mejaku. Aku akan makan siang terlebih dahulu. Aku lapar. Rapat tadi benar-benar menguras segalanya"balas Velicia sambil menyambar kunci mobil di hadapannya.
Tanpa menunggu jawaban Adrian ia segera berjalan keluar dengan langkah lebar.
Lalu lintas siang hari sedikit padat. Apalagi jam makan hampir tiba.
Velicia singgah di restoran favorit Edgard dan memesan 2 paket makanan lengkap dengan jus buah.
Matanya berbinar saat menerima paper bag dari tangan pelayan.
Dengan langkah lebar ia menuju mobil dan segera melanjutkan perjalanannya.
Sepanjang jalan ia terus saja tersenyum sambil memandang 2 paper bag yang terletak di kursi kosong sampingnya.
Ia juga bersenandung kecil mengikuti lagu yang terdengar dari pemutar musik mobilnya.
Ia yakin Edgard pasti terkejut melihat kedatangannya. Ditambah lagi hasil kerjasama perusahaan mereka yang berjalan mulus hari ini.
Velicia terus tersenyum.... Hatinya benar-benar berbunga.
Aku merindukan dirimu , Ed...
***
![](https://img.wattpad.com/cover/287526524-288-k558748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...