Kalian pernah bermimpi pernikahan kalian seperti apa?
Maya sebenarnya berharap ia akan menikah dengan seseorang yang memang akan menjadikannya ratu, memperlakukan dengan baik, dan memberikan hatinya seluruhnya hanya pada wanita itu.
Namun sekuat apapun impiannya, kalau semesta sudah menuliskan kisahnya tak semulus itu, apa boleh buat.
Hidup hanya tentang roda berputar. Jika hari ini kamu menangis maka kamu hanya cukup menunggu saat waktu memperbolehkanmu untuk tertawa.
Cukup menikmati takdir tanpa bisa menawar atau menentangnya. Hanya menunggu takdir Sang Pemberi Hidup, karena Ia tidak akan memberi apa yang menyenangkan melainkan yang terbaik.
Dan Maya menerima takdir hidupnya ini, meski tak tau apakah jalan yang diambilnya ini jalan yang terbaik.
"Waktunya ijab Dok" Bisik suster Inggit ditelinga Maya.
"Sella belum dateng?" Tanya Maya sedikit cemas.
Sella, anak yatim piatu yang menjadi sahabatnya sejak mereka berada di sekolah menengah atas. Wanita itu tau perjalanan hidup yang Maya alami.
Tapi tidak untuk kisah Maya kali ini.
Dua sahabat itu hidup saling berjauhan. Sella hidup di kota metropolitan sedangkan Maya hidup di kota besar dengan kesibukannya.
"Mbak Sella kayaknya gak akan dateng deh Dok. Jakarta - Surabaya itu jauh Dok"
Perasaan Maya cukup sesak meski baju yang ia kenakan tidak menempel erat pada tubuhnya. Keinginan akan didampingi orang orang terkasih harus pupus di tengah jalan karena banyak sebab.
"Sudah selesai Mbak ijabnya, ayo keluar" Ucap salah satu pegawai yang membantu Maya dan Adit untuk pernikahan ini.
"Saya gak keluar Mbak. Sudah kesepakatan dengan suami kalau suami yang akan datang kesini"
Cukup aneh memang keinginan keinginan yang Adit utarakan perihal pernikahan ini. Mulai dari kebaya yang di pesan khusus dengan hijab sampai menutup dada, cadar yang juga menutup sebagian wajah Maya, belum lagi keinginannya agar Maya tidak keluar dari kamarnya meski prosesi akad sudah selesai.
"Ada hati yang harus dijaga ya? Sampai sampai harus menyembunyikan saya?" Tanya Maya begitu mereka selesai meeting terakhir untuk pembahasan pernikahan mereka.
"Tidak. Hanya aku ingin sekali menjaga marwah istriku" Sebuah jawaban yang berbanding terbalik dengan tujuan pernikahan ini.
Andai boleh terbuai, mungkin Maya akan terbuai dengan kata kata Adit apabila perilaku lelaki itu selama ini tidak jauh beda.
Sayangnya, semua terlalu seperti drama Korea yang hanya indah di layar kaca "Hahaha. Terima kasih Anda sudah bersikap seperti seorang suami yang baik"
"Aku mungkin tidak bisa memperlakukan mu dengan baik tapi aku cukup tau bagaimana harus menjaga wanita"
Kilatan gombalan Adit saat itu mendadak buyar karena pintu kamar Maya diketuk pelan. Dibaliknya ada suara pria yang sangat ia kenal sedang mengucap salam dan meminta izinnya untuk masuk.
"Waalaikumsalam... Masuk saja" Hanya itu yang bisa Maya ucapkan.
Dari ujung mata Maya, ia bisa melihat sepasang sepatu mengkilap dengan merk mahal sedang berjalan menuju kearahnya. Lalu mulai mendudukkan diri dipinggiran tempat tidur tak jauh dari tempat Maya duduk.
"Kenapa menunduk? Malu?" Tanya Adit sarkas.
"Tidak"
"Terus? Kenapa?"
"Hanya tidak nyaman"
"Kita hanya akan berfoto sebentar setelah itu kamu boleh lepas kebaya mu"
"Ap-apa maksud anda?!" Ucap Maya ketakutan.
Adit sedikit menyentil roncean bunga melati yang ada dibahu Maya. Maya langsung reflek beranjak dari tempatnya duduk dan menjauh dari sang suami "jangan macam macam anda" Teriak Maya pelan.
"Respon mu terlalu berlebihan. Aku hanya memberitahu mu kalau kita hanya akan berfoto setelah itu kamu bebas untuk melepas atribut mu itu"
Maya mendengus kasar. Ia tak habis pikir dengan pikiran lelaki disebelahnya itu. Bayangkan saja sudah dari sejak subuh ia merelakan wajah dan tubuhnya di rias dengan penuh bedak dan sebangsanya, lalu dengan gampangnya Adit seolah mengatakan itu semua hanya untuk kebutuhan kamera yang tidak lebih dari satu jam.
"Kenapa? Ada yang salah dengan ucapan ku?" Tanya Adit tak mengerti.
"Enggak"
"Terus kenapa wajahmu seperti itu? Kesal? Bukankah aku benar, tujuan dari semua ini hanya untuk foto?"
"Anda memang benar benar!"
"Simpan marahmu sampai nanti kita tiba di Hotel. Aku tak ingin punya foto pernikahan jelek"
Tangan Maya mencengkeram baju yang dipakai nya kuat kuat. Wanita itu sedang mati matian menahan emosinya pada Adit. Andai memukul suami itu tidak dosa, mungkin Maya sudah memukulnya sejak tadi.
"Ayo" Ucap Adit sambil mengulurkan tangannya pada Maya.
Tak ada respon apapun dari Maya akan tindakan Adit itu. Ia hanya mengamati telapak tangan besar Adit yang masih melayang di udara.
"Ayo" Ulang Adit sekali lagi.
Namun Maya belum juga merespon apapun pada panggilan Adit yang kedua itu.
"Ayo, Adzkia Maya Hasan binti Rohan Hasan. Kita akan mulai berakting sekarang. Jadi jangan berpikir aku mencari kesempatan memegang tanganmu. Ini hanya bagian dari skenario yang biasa terjadi"
Maya hanya memutar bola matanya malas sambil menyambut tangan sang suami.
Untuk pertama kalinya mereka bersentuhan kulit.
"Jangan sampai anda menikmati peran anda" Ancam Maya sambil berbisik.
"Kamu tenang saja. Aku sudah handal dalam dunia sandiwara"
Sepertinya pernikahan ini memang sangat salah. Terbukti dari dua tokoh utamanya yang hanya akan menjalan skenario tanpa mau repot repot untuk mencoba menjalani sebagaimana semestinya, menikmati posisi masing masing dan mencoba membuka hati masing masing. Entahlah.
"Masyaallah... Menantu Mama cantik sekali. Gak salah kan Mas pilihan Mama?" Sapaan Mama Adit cukup membuat Maya salah tingkah. Untungnya saat ini ia sedang mengenakan cadar yang menutupi sebagaian wajahnya. Kalau tidak, pasti rasa malunya akan terlihat dari pipinya yang bersemu merah.
"Semua wanita cantik kali Ma" Komentar Adit itu langsung dihadiahi pukulan ringan oleh sang ibu. Senyum Maya langsung menghilang begitu mendengar ucapan sang suami.
"Udah kita foto aja deh. Males Mama ngomong sama kamu, gak romantis. Ayo Mas Rohan, Papa, Adik Zahra segera ambil posisi" Kata Bu Jihan sambil menatap kesal sang putra.
Sesi pengambilan gambar dengan keluarga sudah selesai. Dilanjutkan dengan sesi foto hanya untuk mempelai pria dan wanita.
Awalnya memang hanya foto formal biasa. Foto dengan pose hanya bersisihan. Akan tetapi lama kelamaan sang fotografer mulai mengarahkan gaya saling berhadap hadapan dan cukup intim.
"Coba sekarang foto dengan pose kening saling menempel dan bertatapan" Arahan dari fotografer.
Awalnya Adit dan Maya tidak mau melakukan hal itu. Akan tetapi untuk hasil yang baik, akhirnya mereka mengalah agar semuanya segera selesai.
"Jangan sampai kamu jatuh cinta sama aku" Bisik Adit sambil menatap dalam manik mata Maya.
"Tidak akan! Yang ada anda nanti akan masuk dalam pesona saya"
Adit hanya diam mendengar perkataan Maya, matanya masih tertuju pada bintik hitam dalam bola mata Maya. Sampai akhirnya, tanpa sadar bibirnya mengecup pelan ujung hidung sang istri.
Cup.
.
.31102022
Menurut kalian, Siapa yang akan terjebak lebih dulu? Adit atau Maya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"