57

2.9K 238 5
                                    


Awalnya alasan mengapa Azwin ada di kota ini tak lain dan tak bukan untuk membahas hubungan Maya dengan Prasetyo, terlebih saat sahabatnya itu memberinya kabar kemarin malam bahwa Maya memintanya untuk menikahi wanita itu.

Sungguh, sebuah kejanggalan bagi Azwin mendengar Maya tiba-tiba mau menjalin hubungan serius dengan lawan jenis sampai menikah, yang bahkan Maya sendiri yang memintanya. Bukan karena Maya sudah berbelok, hanya saja selama hampir sepuluh tahun ini Maya sudah banyak menolak lelaki yang datang untuk meminangnya dan Prasetyo merupakan salah satu di antara lelaki itu.

Itulah yang membuat Azwin harus segera mungkin datang ke tempat tinggal Maya. Ia tak ingin adiknya kembali salah dalam mengambil langkah. Namun ternyata, kejutan yang Maya berikan tidak hanya itu saja, fakta bahwa Adit telah kembali juga menjadi pekerjaan rumah sendiri untuk Azwin. Bahkan sudah bisa dipastikan, ia tidak akan menginap hanya semalam tapi beberapa malam guna untuk memproteksi adik nya itu.

Sejak tadi Azwin memang sengaja berdiam di teras villa hanya untuk menunggu apakah benar Adit yang Prasetyo maksud adalah Adit yang pernah membuang adiknya begitu saja. Dan benar ucapan Prasetyo bahwa masa lalu Maya telah kembali di lihat sendiri oleh Azwin.

Beberapa saat lalu Adit turun dari mobilnya dan berjalan terburu kearah paviliun, untungnya mantan suami adiknya tersebut tidak menyadari ada sosok lain yang sedang mengamatinya dari jauh.

"Permisi, siapa?" Tanya Zara begitu ia sampai di teras villa, membuyarkan lamunan Azwin yang sedang bergelut dengan pikirannya. Zara menatap Azwin dari atas ke bawah dan begitu pula sebaliknya, Azwin juga mengamati Zara dari atas ke bawah.

Belum sampai menjawab pertanyaan wanita muda di hadapannya, suara bocah laki-laki menginterupsi keduanya "Daddy..." Panggil Arion lantang.

"Yess boy, what happen?"

"Let's eat now"

"Oke, come on boy"

"Wait Dad...Ohh Tante Zara, ayo makan juga" Ucap Arion begitu menyadari bahwa tidak hanya Azwin yang ada di situ tapi juga adik sang papi.

"Tante nanti nyusul ya Bang, Abang duluan aja"

"Oke, ayo Daddy" Ucap Arion menggenggam tangan Azwin sambil mengajaknya masuk. Respon Azwin yang langsung menyambut Arion, tak luput dari pengamat Zara.
Zara bahkan kaget melihat interksi kedua lelaki beda periode itu. Belum lagi panggilan yang Arion sematkan pada lelaki dewasa itu sungguh membuat Zara shock seketika.

"Daddy" Ulang Zara lirih saat Arion dan Azwin sudah beranjak dari tempatnya berdiri.

Pikirannya sudah berkecamuk membuat Zara ingin segera mengetahui apa saja yang Maya sembunyikan selama ini, dengan cepat ia memutar kembali kakinya dan mendatangi paviliun tempat sang kakak tinggal selama disini. Karena sangat tidak mungkin baginya menanyakan hal memang belum Maya sendiri ungkapkan "Mas... Mas Adit..." Teriak Zara tak sabar.

Adit yang mendengar nada panik di panggilan Zara buru-buru keluar dari kamarnya dan menemui adik perempuannya tersebut "apa ada Ra? Kenapa teriak-teriak?" Tanya Adit sambil mulai membuka beberapa kancing kemejanya.

"Mas tau di dalam sedang ada seorang laki-laki?" Tanya Zara tidak sabar.

"Di dalam mana? Villa? Mana Mas tau Ra, kan Mas gak bisa masuk kesana, emang ada laki-laki?" Tanya Adit balik.

Zara menganggukkan kepalanya antusias "siapa?" Tanya Adit lagi.

"Gak tau makanya Zara tanya"

"Oke, Mas cek sendiri"

Namun belum sampai Adit melangkah, Bagas tiba-tiba mendatangi kedua kakak beradik ini dan turut mendudukkan diri nya di kursi tak jauh dari keduanya. Tangannya terlipat didepan dada, seraya berucap "jangan. Jangan kesana" Membuat Adit dan Zara menatap Bagas penuh tanda tanya.

"Kenapa?" Tanya Zara.

Tak ada perubahan apapun dengan Zara dilihat dari kacamata Bagas. Wanita berusia hampir kepala tiga itu semakin menggebu-gebu untuk menyatukan Adit dan Maya tanpa berpikir panjang dampak apa yang akan ditimbulkan dari sikapnya kelak.

"Itu Dokter Azwin" Jawab Bagas santai.

Mata Adit membola mendengar nama Azwin mulai menyelip di perbincangan mereka, ada perasaan takut Maya akan kembali disembunyikan oleh Azwin, terlebih saat abang Maya datang itu bertepatan dengan keberadaannya di villa ini.

"Gue balik sekarang" Putus Adit mendadak.

"Bukannya masih nanti jam sembilan Mas?" Tanya Zara.

Adit menatap Zara dengan perasaan tak tentu. Kalau boleh jujur jelas saja ia akan lebih memilih untuk tetap disini dekat dengan anak-anak nya, terlebih kedua anaknya dengan Maya belum bisa menerima kehadirannya tapi di sisi lain, Adit juga tidak ingin keberadaannya menjadi alasan bagi Azwin untuk kembali menjadi jauhkan Adit dengan Maya juga anak-anak nya.

"Ra denger, kalau sampai Abangnya Maya tau Mas disini, bisa dipastikan besok bukan Mas yang pergi tapi Maya" Jelas Adit.

"Memang apa hubungannya laki-laki itu sama Mbak Maya?"

"Itu Abangnya"

Zara melempar punggungnya kesadaran kursi yang sedang ia duduki. Bayangan Maya kembali pergi, mawutnya sang kakak, serta hilangnya keponakan nya membuatnya tak bisa berpikir apapun selain mengiyakan apa yang Adit katakan. Zara bahkan hanya bisa menatap Adit berkemas tanpa ada niat membantunya.

"Ini berkas yang harus lu bawa ke kantor pusat" Ucap Bagas pada Adit yang sudah bersiap akan pergi. Bagas sudah mengatur semuanya sesenyap mungkin agar keberadaan sahabat nya itu tidak sampai diketahui oleh Azwin "mobil sudah siap di luar villa Dit. Hati-hati" Imbuh Bagas sambil menepuk pundak Adit.

Jelas, sebagai sahabat Adit, Bagas merasa iba dengan saat ia harus melihat Adit harus diuji pada kisah cintanya, tapi bukan berarti kemudian ia rela dan membantu Adit untuk mendapatkan Maya. Jelas, itu tidak bisa Bagas lakukan saat ini, terlebih saat Bagas belum yakin apakah Adit benar-benar masih layak untuk Maya.

Dengan jalan mengendap-endap tanpa diantar oleh Zara dan Bagas, Adit mulai keluar dari paviliun. Akan tetapi langkahnya terhenti tak kala ia mendengar perbincangan dari jendela dapur. Obrolan yang malah menahan langkahnya dan cukup mengganggu hatinya.

"Kamu gila Dek. Harusnya kamu ngobrol dulu sama Abang tentang keputusanmu mengembalikan Arion sama bajingan itu. Kamu gak ingat gimana perjuangan kita membesarkan Arion?" Kata seorang laki-laki yang bisa Adit tebak, itu adalah Azwin.

Jantung Adit berdetak kencang menunggu jawaban apa yang nantinya akan Maya berikan pada Azwin. Takut akan aksesnya bertemu Arion dan anak-anak nya kembali tertutup membuat Adit memasang benar-benar telinganya kali ini.

"Bang, Abang harus tau kita tidak punya hak apapun atas Rion. Abang ingat tujuan pertama kita? Kita ingin membuat nya mempunyai keluarga yang utuh dan sekarang ayah kandungnya kembali, itu berarti sudah saatnya Rion merasakan kasih sayang ayah nya, Bang"

"Abang bisa ngasih itu Dek, tidak perlu dari lelaki bajingan seperti Adit! Kamu pikir apa mantan suamimu itu pantas menjadi ayah Rion?! Satu lagi, Abang gak mau kamu kembali padanya!"

"Aku gak bodoh Bang. Aku tau Adit seperti apa, bahkan dengan hanya melihatnya Maya bisa tahu Adit gak pernah berubah. Dia masih Adit yang lama, masih Adit yang seenaknya sendiri, masih Adit yang arogan dan Adit yang masih cinta Sella"

"-- tapi Abang tau, sejahat-jahatnya Adit sama Aku, Dia gak pernah jahat sama Rion, Bang. Aku tau dia sayang Rion dan itulah yang membuat aku mau melepas Rion meskipun setelahnya aku akan menangis karena kehilangan anak yang membuat ku menjadi ibu"

.
.
.

19062023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang