"Papa belum jawab pertanyaan Maya. Maksud Papa itu Adit? Karena tadi dia...." Maya tidak sanggup menyelesaikan ucapannya. Rasa malunya sudah membuncah, bersamaan dengan rasa kesalnya. Ia tak ingin salah mengira bahwa memang Adit lah yang sudah di jodohkan kembali dengannya. Sebab satu bulan lalu ayahnya hanya mengatakan bahwa ada laki-laki yang akan menjadi oleh-oleh dari perjalanan panjang beliau pulang kembali ke kota.
Sayangnya, sampai kembali ke villa, Pak Hasan tidak lagi menyebutkan siapa. Hanya kemarin sempat mengatakan bahwa nantinya laki-laki itu akan datang dengan sendirinya. Dan kemarin sore ada Dokter Prasetyo yang sudah bertandang ke rumahnya karena ingin mengajaknya makan malam bersama dengan Hawa.
Lalu siapakah laki-laki yang Pak Hasan maksud? Adit? Atau Prasetyo?
"Adit tadi ngapain? Kalian mesum ya?" Tanya Pak Hasan menyelidik.
Maya yang di tanya begitu, seketika salah tingkah. Bukan karena di selidiki apa yang ia lakukan dengan Adit, hanya saja ayahnya memilih kata 'mesum' sebagai kiasan itu, membuatnya tak bisa berkutik. Padahal sudah sering kali, Pak Hasan melihat Maya di perlakukan Adit romantis saat meninggalnya Adam dulu.
"Apaan sih. Mesum-mesum, enak aja, emang Papa kira Maya cewek apaan?" Kilah Maya grogi.
Pak Hasan mengambil satu pisang goreng lagi, namun sebelum pisang goreng itu masuk ke dalam mulut beliau, protes Maya kembali terdengar "tapi Papa gak boleh seenaknya tentang pernikahan loh" Ucap Maya memperingatkan.
"Tenang, Papa kenal anak Papa dengan baik kok"
"Maksudnya? Jangan, jangan Papa sudah ngelakuin sesuatu tanpa sepengetahuan Maya berarti?" Kata Maya ganti menyelidiki sang ayah.
"Ehhh... Bukan gitu maksud nya"
Maya semakin memecingkan matanya menatap Pak Hasan. Entah mengapa hatinya mengatakan bahwa memang ayahnya sudah melakukan sesuatu yang menyangkut hidupnya tanpa ia ketahui "jawab Pa. Jangan bilang antara Adit dan Bang Yoyo sudah ada yang datang ke Papa dan Papa menerima salah satunya? Atau mungkin lebih parahnya, Papa sudah menikahkan Maya tanpa sepengetahuan Maya? Iya? Jawab Pa"
Pak Hasan masih menatap Maya santai, kemudian mengambil tisu untuk menyudahi acara ngemil yang beliau lakukan sejak tadi "iya"
Mata Maya membulat sempurna begitu sang Papa malah mengiyakan tuduhan yang Maya berikan pada beliau. Dengan galaknya Maya langsung memburu sang ayah "siapa? Siapa yang dateng ke Papa?!"
"Kan nanti orangnya pasti ngaku sendiri sama kamu"
"Tapi siapa Pa?! Gak bisa dong Papa seenaknya begitu sama hidup Maya. Papa kan gak tau siapa yang buat Maya nyaman, sama siapa yang Maya suka"
"Kata siapa? Papa ngerti kamu"
"Enggak! Papa gak ngerti aku!"
"Menurutmu siapa?" Tanya Pak Hasan.
Maya yang mendapat pertanyaan itu sontak terdiam. Entah mengapa dari gerak-geriknya ia mengidentifikasi Prasetyo yang sudah mendatangi ayahnya, sebab apabila Adit yang lebih dulu dan mendapatkan hati ayahnya, jelas mantan suaminya itu pasti sudah menempelinya terus-menerus tapi tadi saja tingkah Adit seperti menghindarinya bukan?
"Mungkin Bang Yoyo" Ucap Maya ragu.
Pak Hasan yang mendengar itu tersenyum penuh arti, beliau malah beranjak dari tempat duduknya lalu melenggang begitu saja meninggalkan Maya tanpa permisi.
Melihat sang ayah semakin membuat teka-teki jelas, membuat Maya menahan kesalnya "siapa Pa?" Teriak Maya sambil menyusul Papa nya yang sudah mulai keluar dari villa "Pa... Siapa orangnya?" Tanya Maya lagi.
"Pa..." Rengek Maya masih tertuju pada Pak Hasan, hingga akhirnya wanita itu menyadari dimana saat ini kakinya berdiri "Pa..." Cicitnya lirih di depan paviliun.
Pak Hasan membalikkan badannya sambil tersenyum pada sang anak. Mengusap pelan kepala Maya. Awalnya Maya akan kembali mengeluarkan tuntutannya pada Pak Hasan, hanya saja keberadaan tiba-tiba sosok di belakang sang ayah seketika membuatnya terdiam dan menunduk dalam "kok diam? Kenapa?"
Bukan tidak tahu bahwa Adit berdiri di belakangnya, Pak Hasan hanya sedang menggoda Maya yang terlihat pendiam ketika sudah di hadapkan dengan orang yang menjadi pilihan dalam pikiran nya "Dit... Kamu belum ngomong apapun sama istrimu?" Tanya Pak Hasan.
Kepala Maya langsung tegak begitu ayahnya menyebutkan kata sakralnya, yang menjadi pertanyaannya sejak tadi.
'Istri?'
Maya tidak salah mendengar bukan?
Papa nya baru saja menyebutkan bahwa ia lah istri dari Adit. Ini istri loh, bukan lagi tunangan atau calon pengantin tapi benar-benar sudah diikat kembali dalam ikatan pernikahan.Berbeda dengan Maya yang masih terkejut dengan statusnya yang baru saja terungkap, Adit malah hanya terdiam sambil mengusap tengkuk kepalanya yang tak gatal. Ia memang berencana untuk memberitahu Maya tentang status mereka yang baru hanya saja, tidak seperti ini, yang lebih dulu di bongkar oleh mertuanya sendiri.
"Belum Pa..." Ucap Adit pelan.
Lagi, lagi, jawaban Adit semakin membuat Maya mengeram. Secara tidak langsung, perilaku Adit yang tadi membacakan doa padanya itu merupakan langkah awal mereka.
Dengan diliputi kekesalan yang membuncah, Maya meninggalkan dia lelaki yang sepertinya memang menjadi patner untuk membodohi nya kali ini.
Adit dan Pak Hasan hanya menghela nafas bersamaan. Saling pandang tanpa bisa berbuat apapun. Mungkin memberi waktu Maya sendiri lah yang saat ini bisa mereka lakukan daripada menerima amarah Maya yang lebih memuncak lagi.
"Marah dia" Kata Pak Hasan sambil melihat pintu villa yang di tutup dengan keras. Bi Sri bahkan sampai keluar dari rumahnya karena kejadian itu. Tapi untungnya wanita yang sudah sepuh itu paham akan lirikan yang Pak Hasan dan Adit berikan, sehingga beliau tidak menanyakan apapun dan kembali dengan tertib ke rumah beliau di belakang villa.
"Terus aku harus gimana Pa? Papa sih ngasih tau duluan. Kan aku punya rencana" Protes Adit pada mertuanya.
Bukannya marah akan protes Adit, Pak Hasan yang ada malah tertawa terbahak-bahak "kamu kelamaan. Dari tadi Maya udah mendesak Papa buat ngasih tau yang sebenernya. Tau kenapa?"
"Enggak"
"Karena tingkah mu. Emang kamu tadi di kamar Hawa ngapain dia? Cium-cium ya? Ngasih tau gak bisa, nafsu jalan terus"
Adit tergelak tak percaya dengan tuduhan yang Pak Hasan berikan "Astaga gak begitu Pa... Aku gak ngapa-ngapain Maya, beneran. Aku berani sumpah" Belanya tak terima.
"Halah, sok-sok an mau main sumpah-sumpahan. Noh atasi dulu ngambeknya Maya"
Dengan wajah nelangsa Adit menatap Pak Hasan "gimana caranya Pa?" Tanya Adit.
"Kamu gak ngerti caranya? Astaga, kamu ini bener pengusaha apa bukan sih? Ngambil hati klien aja bisa, masak iya ngambil hati istri yang lagi ngambek gak bisa?" Omel Pak Hasan.
Tak marah akan tudingan mertuanya, yang ada Adit malah mengusap wajahnya frustasi "masalahnya memang salah ku, Pa karena belum ngomong status kita sebenarnya kayak apa"
"Ajak ngomong di kamar aja"
"Hah? Kamar?"
Pak Hasan memukul kepala menantu nya itu sambil berkata "mesum kamu. Maksudnya kalau ngomong di kamar aja biar Hawa gak ngeliat Mami nya marah-marah"
"Ohh.. Kirain"
"Gak usah mengira-ngira. Papa gak yakin sih kalau Maya bisa langsung ngasih jatah ke kamu"
"Pa!!!"
.
.
.09082023
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"