"Janji sama Abang untuk bahagia ya Dek. Hubungi Abang kapanpun selama Adek butuh. Selamanya Adek tetep Adek kecil Abang" Ucap Arion sedikit bergetar.
Beberapa jam lagi resmi sudah Hawa dipersunting oleh laki-laki yang menjadi pilihannya. Alif Ramadhan, laki-laki yang mungkin sampai detik ini belum bisa sepenuhnya mendapat kepercayaan Arion untuk menjaga Hawa lahir batin.
Tak ada alasan berarti, hanya saja lelaki berstatus anak sulung di keluarga Wardhana itu mengikuti instingnya untuk tidak sepenuhnya memberikan kepercayaan pada suami Hawa itu. Meski hasil penelusuran yang Arion dapatkan tidak ada tanda merah yang berarti pada adik iparnya tersebut tetap saja ia seakan tidak rela apabila Hawa harus menikah dengan Alif.
Hidup bersama sejak kecil, mengalami pasang surut suka duka bersama tentu membuat Arion beranggapan bahwa hanya dirinya lah yang bisa menjaga sang adik dengan baik. Hak milik yang sudah ia tempelkan pada diri Hawa membuat nya tidak bisa ikut serta suka cita atas terselenggaranya pernikahan Hawa dan Alif. Berkali-kali Arion bahkan mengucapkan hal yang sama sejak tadi subuh pada adiknya itu.
"Iya Bang. Berapa kali Adek harus jawab ya"
"Abang serius Dek"
"Iya Bang, Adek inget Bang. Abang sudah ngomong itu berkali-kali. Udah sana keluar, Adek mau siap-siap" Jawab Hawa sedikit mendorong tubuh tinggi Arion untuk keluar dari kamar yang memang digunakan untuk proses make up.
Dengan berat hati Arion memilih mengiyakan permintaan Hawa itu. Dikecup nya dalam-dalam puncak kepala sang adik, lalu kemudian tangannya terulur untuk sedikit mengusuk kepala yang tertutup kerudung instan itu.
"Kayaknya jadi suami Adek berat ya?" Komentar Hawa melihat tingkah Arion.
Mendapat ucapan seperti itu, membuat Arion mengerutkan keningnya lalu bertanya "kok bisa?"
"Ya iya, gak Papi gak Abang semua sama aja, suka cium-cium sama peluk-peluk, kan Adek sama Mami kadang risih"
Arion meledakkan tawanya mendengar protes yang adiknya layangkan, rasanya ia tak ingin kehilangan momentum seperti ini. Melihat adiknya merajuk dan protes berkepanjangan "salah sendiri jadi perempuan. Coba laki-laki, mana mau Abang sama Papi cium-cium gini, yang ada kita ajak adu jotos"
"Kak Adam selamat deh, Adek yang masih sengsara" Guyon Hawa, namun detik berikutnya perempuan itu menyayangkan ucapannya, karena setelah itu sudut matanya kembali basah.
Kembali menyebut nama Adam dalam percakapannya mereka, membuat rasa duka kembali menggelayut manja. Meski sudah hampir lebih dari dua puluh tahun sosok kembaran Hawa dikebumikan, tetap saja semuanya terasa berbeda terlebih saat keluarga mereka menggelar acara seperti ini. Rindu akan Adam selalu tak bisa surut, meski sebentar.
"Sini" Ucap Arion sambil merentangkan kedua tangannya. Tak butuh waktu lama bagi Hawa untuk masuk kedalam dekapan sang kakak. Hawa tak bisa bayangkan apabila ia tak punya Arion di hidupnya, tentu ia akan menjadi wanita dengan seribu luka yang ia pendam sendiri.
"Dia pasti ngeliat kita dari atas sana Dek. Dia pasti bangga, tau Adek seberani ini. Mungkin kalau dia disini, dia turut bahagia selama Adek bahagia tapi dia kayaknya lebih bahagia di surga deh Dek karena dia aman gak perlu ngusap hidung Adek yang berair. Hahaha" Niat hati ingin membuat Hawa tenang, justru apa yang Arion lakukan membuat dadanya sendiri sesak meskipun lelaki itu mengemas nya dengan sedikit candaan. Jauh dilubuk hatinya yang paling dalam Arion juga merasakan kerinduan yang mendalam pada adik laki-laki nya itu.
"Abang..." Rengek Hawa sambil memukul pelan dada bidang sang kakak.
Melihat kekuatan Hawa yang sudah kembali, Arion dengan pelan mulai mengurai pelukan mereka, setelah memberikan kecupan dalam lagi pada pucuk kepala sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romantizm"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"