Dering ponsel membuat kedua sepasang suami istri yang sedang tidur sambil berpelukan itu menggeliat sebentar lalu kembali semakin mencari pose nyaman keduanya, tanpa ada niat dari salah satu nya untuk segera menghentikan serangan itu.
Namun,
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
"Aarrgggghhhh" Teriak sang istri membuat suaminya seketika membuka mata lebar dan langsung terduduk menatap istrinya dengan penuh tanda tanya.
Sedangkan sang wanita yang sadar bahwa yang ia peluk bukan guling biasa, melainkan guling hidup, hanya bisa terduduk lemas sambil menghela nafas panjang.
"Kenapa Sayang? Kamu mimpi buruk?" Tanya Adit, sang suami khawatir.
Wanita yang tak lain adalah Maya, enggan membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Adit. Ia hanya bisa memejamkan mata lalu menghela nafas berat kembali. Rasa paniknya mencuat begitu tangannya tadi tak sengaja menyentuh dada Adit membuat tubuhnya meremang dan mengingat malam pertama kali mereka berbagi kehangatan.
Dengan status yang sudah suami istri, harusnya memang ia tidak perlu menghebohkan kegiatan rebahan bersama mereka sampai ketiduran tadi, karena semua itu sah bagi mereka, terlebih yang memancing Adit sampai bisa naik ke ranjang tidurnya, tak lain tak bukan adalah dirinya sendiri. Namun, Maya tetap lah wanita biasa, yang punya rasa gugup dengan kegiatan yang belum terbiasa ia lakukan bersama Adit ini.
"Minum" Ucap Adit sambil menyodorkan segelas air putih yang ada di atas nakas terdekat dengannya.
Melihat Maya yang mendadak histeris seperti itu, Adit menarik kesimpulan bahwa istri nya itu sepertinya bermimpi buruk di tambah terkejut dengan posisi mereka yang tidur dengan berpelukan. Untung saja pakaiannya tidak ia buka seperti biasanya sehingga Maya tidak semakin histeris.
Dengan tenaga yang belum sepenuhnya penuh, Maya menerima uluran air dari Adit dan meminumnya sedikit lalu mengulurkan kembali minuman sisanya itu pada Adit. Dan kejadian tak terduga setelahnya adalah Maya melihat Adit meneguk air sisanya itu sampai ludes tak tersisa, tanpa bisa Maya cegah "Dit..." Panggil Maya lirih.
"Kenapa? Hmm? Kamu butuh sesuatu?"
"Kamu sadar gak sih, kamu habis minum air dengan gelas yang ku pakai loh"
"Terus? Bukan kah kita sudah beberapa kali malah bertukar liur langsung? Malah yang lebih parah kita sudah saling menghangatkan" Jawab Adit santai seakan tidak terhasut dengan ucapannya sendiri. Padahal tubuhnya kembali meremang meski tidak sekuat tadi.
Ekspresi terkejut Maya menjadi hiburan tersendiri oleh Adit. Entah mengapa menggoda Maya sangat menyenangkan. Lelaki itu bahkan harus sekuat hati menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan suara agar Maya tidak merasa ia sedang menertawakannya "Dit...!!!" Teriak Maya tak suka dengan ucapan sang suami.
"Loh kenapa Sayang? Ada yang salah? Atau kamu mau menambah kan? Mungkin ada yang aku lewatkan? Tapi seingat ku memang kita hanya ciuman setelah menikah kali ini, kalau dulu memang lebih dari itu"
Maya menghadiahi cubitan kecil di lengan suaminya itu, membuat Adit sedikit meringis. Meski begitu, sifat jail yang Adit miliki lagi-lagi ia gunakan untuk kembali menggoda Maya "salah ku dimana sih Sayang? Aku bener kan? Atau kamu udah lupa? Mau aku ingetin?"
Tatapan tak terima Maya layangkan pada suami nya itu. Dengan perasaan kesal, Maya memukul-mukul beberapa bagian tubuh Adit. Meski tak merasa kesakitan apapun, Adit cukup lihai memanfaatkan tindakan Maya.
Dengan sekali tarik, Adit sudah bisa mengakusisi kedua tangan Maya lalu menarik istrinya itu agar terjatuh tepat di atas tubuhnya.
"Dit lepas!!" Teriak Maya begitu ia menyadari bahwa posisi mereka ini bukan posisi bagus bagi orang yang sedang menahan hasrat agar untuk tidak saling menyentuh lebih dalam titik-titik sensitif mereka.
Wajah Maya bahkan sudah memerah layaknya kepiting rebus yang terlalu lama di rendam di air panas, jantungnya berdegup kencang tak terkendali, bahkan bulu kuduknya berdiri tanpa di komando terlebih dulu. Wanita itu merasakan kepanasan yang hebat akibat posisi menggoda tubuhnya dan tubuh Adit.
"Adit...lepas!! Please. Kamu katanya gak akan nyentuh aku? Kamu bilang gak mau aku hamil kan? Kenapa sekarang malah kayak gini" Maya benar-benar sedang memohon untuk tidak di ajak menyalurkan nafsu halal mereka pada suaminya sendiri.
Adit belum merespon apapun. Tubuhnya memberi respon tak jauh berbeda dengan respon tubuh Maya. Ia bahkan sudah yakin bahwa Maya pasti bisa merasakan inti tubuhnya menegang dan mengeras di bawah sana.
Tak banyak yang Adit lakukan. Ia hanya mengamati Maya sambil menimbang-nimbang mana kebutuhan yang harus ia dulu kan. Perasaan Maya kah atau kebutuhan biologisnya yang sudah sejak tadi ia tahan dan butuh pelepasan segera.
"Sayang... Aku mau tanya deh"
Mendengar Adit malah mengajukan pertanyaan, membuat kening Maha berkerut. Masalahnya, di tengah-tengah posisi mereka yang hampir mirip orang bersetubuh ini, sang suami malah mengajukan pertanyaannya yang membuat nya juga di landa penasaran "tanya apa? Lepas dulu bisa?"
"No!! Biarkan begini saja. Aku ingin jawab kamu jawab cepat tanpa mikir"
"Baiklah" Akhirnya Maya hanya bisa bernafas pasrah mendengar penuturan Adit. Bukan karena Maya menyukai posisi nya saat ini, hanya saja otaknya berpikir bahwa sepertinya ia akan bisa lepas dengan mudah apabila Adit memfokuskan apa yang ia ingin ketahui saja dan saat itu tiba Maya sudah akan melarikan diri dan lepas dari kungkungan Adit di beberapa bagian tubuhnya.
"Kamu sayang Abang?" Tanya Adit singkat.
Pertanyaan Adit di luar tebakan Maya. Lelaki itu mempertanyakan hal yang seharusnya tidak perlu ia tanyakan pada sang istri yang memang sejak awal sudah merawat anak nya dan Sella itu."Sayang" Jawab Maya singkat tanpa berpikir seperti yang Adit mau.
"Kamu sayang Adek?" Tanya Adit lagi.
Pertanyaan Adit belum ada yang salah sejauh ini. Hanya saja entah mengapa Maya jengah mendapat pertanyaan yang sudah jelas jelas jawabannya apa.
"Kenapa tanya hal gak penting gitu sih? Ada apa?
"Udah jawab aja lah. Aku tanya kamu sayang Adek apa gak?"
"Sayang"
"Sayang Papa gak?"
"Sayang"
"Sayang Mama gak?"
"Sayang"
"Laper gak?"
"Laper"
"Mau makan gak?"
"Mau"
"Ada makanan gak?"
"Ada"
"Ada kb untuk darurat gak?"
"Ada"
Detik kedua setelah Maya menjawab pertanyaan terakhir Adit itu, matanya membola sempurna menatap sang suami yang berada di bawahnya. Radar nya sebagai wanita sudah langsung menyala begitu ia menatap aura mesum terpancar di wajah Adit. Pertanyaan jebakan yang Adit tanyanya sepertinya membawa dirinya di zona bahaya yang ia ciptakan sendiri.
"Lepas..." Ucap Maya mulai memberontak di dalam kungkungan Adit.
Dengan wajah yang mulai menggelap Adit mengatakan sesuatu yang membuat bulu kuduk Maya meremang seketika"Sayang... Aku sudah tidak bisa menahan nya"
.
.
.01092023
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"