68

2.7K 218 19
                                    

Prasetyo menatap jengah Maya yang sedang melamun. Sudah hampir satu bulan ini perempuan yang sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri itu merasakan gundah gulana yang amat sangat.

Sejak kepergian Arion malam itu, Maya tak lagi bisa menghubungi nya. Arion seperti di sembunyikan. Bahkan Bagas yang Maya kenal dan selalu bisa di hubungi dulu nya itu, tidak merespon apapun pesan Maya.

Jangan tanyakan mengapa Maya tidak menghubungi Adit, karena sampai beberapa kali mereka bertemu, Maya tidak pernah meminta nomor telepon mantan suaminya itu.

"Belum bisa di hubungi?" Tanya Prasetyo yang sudah masuk ke dalam ruangan kerja Maya sambil menenteng paper bag berisi makan siang untuk keduanya.

Sambil menunggu Maya menjawab pertanyaan nya, Prasetyo mengeluarkan kotak berisi gado-gado yang memang menjadi menu makan siang hari ini.

"Belum. Kayaknya aku perlu pulang deh Bang" Jawaban Maya ini, menghentikan gerak tangan Prasetyo yang sedang mengeluarkan botol berisi air ion yang menjadi pelepaa dahaga keduanya.

Tak membantah apapun ucapan Maya, Prasetyo sibuk dengan makan siang mereka. Setelah dirasa semuanya sudah siap untuk di santap, ia mendudukkan dirinya di depan Maya sambil menatap wanita itu dengan serius "kamu mau ketemu dia?"

Dia, yang di maksud Prasetyo tak lain dan gak bukan adalah Adit.

"Hmm... Hanya itu cara nya untuk bertemu Arion"

"Kamu gak kepikir kan kalau ini akal-akalan dia biar kamu dateng?"

Tubuh Maya membeku, kepalanya sedikit membenarkan apa yang Prasetyo katakan. Terlebih saat terakhir Maya berbincang dengan Adit, lelaki itu masih memintanya untuk kembali bersama dan menjalani kehidupan berdua.

"Terus aku harus gimana Bang?" Tanya Maya setelah memikirkan ke mungkinan itu.

"Ya udah pergi aja" Jawaban Prasetyo membuat Maya menaikkan alisnya sebelah. Wanita itu tak mengerti apa maksud sahabat Azwin ini berbicara seperti itu. Bukan kah tadi ia membuat Maya berpikir yang tidak-tidak terhadap Adit? Lalu sekarang malah menyuruhnya untuk bertemu dengan mantan suami nya?

Tak merasa bersalah dengan ucapannya yang ngawur, Prasetyo malah mulai memamah gado-gado yang tadi memang ia beli. Mencoba mengabaikan ekspresi Maya yang seakan bingung dengan penuturannya baru saja.

Ada alasan mengapa Prasetyo mengatakan hal yang gila itu pada Maya, ia ingin melihat respon Maya bagaimana akan menindaklanjuti tingkah mantannya yang tidak berhenti untuk memilikinya. Prasetyo bahkan ingin memberitahu Maya tentang percakapan nya dengan Adit terakhir kali.

Selain untuk melihat tanggapan Maya, Prasetyo juga sedang meng kroscek apakah benar Maya serius dengan perasaannya pada Prasetyo. Ia tak ingin hanya di jadikan pelarian semata hanya untuk membuat masa lalu Maya kembali, terlebih Prasetyo tidak bisa membalas perasaan Maya kepadanya.

Kalaupun nantinya perasaan Maya masih dengan orang yang sama, orang di masa lalu, bagi Prasetyo bukan sebuah kesalahan. Tidak peduli seberapa banyak luka yang sudah di toreh, apabila hati sudah berkata iya, sebagian apapun orang lain di depannya pasti pemenangnya tetap masa lalu.

Memang ada ke khawatiran tersendiri Maya akan disakiti kembali, namun bukan kah manusia juga pasti berubah? Sebagai seseorang yang mempunyai iman di dalam dirinya, tentu kita tidak boleh menilai orang hanya dalam satu waktu saja karena bisa jadi orang yang kita nilai buruk itu, di mata Allah menjadi orang yang paling baik.

Terlebih, perbincangannya dengan Adit beberapa waktu lalu. Mantan suami Maya itu menemuinya secara langsung dan memintanya menikahi Maya. Sungguh hal bodoh bukan bagi seorang laki-laki yang masih memiliki rasa malah meminta orang lain menikahi wanita yang di cintainya?

"Abang gak jelas" Ucap Maya kesal, sambil memasukkan sesendok makanan dengan banyak sayur tersebut ke dalam mulutnya.

"Dia sempat menemui Abang setelah dia membawa Arion kapan itu"

Gerakan sendok Maya terhenti di udara. Fakta akan Adit yang menemui Prasetyo secara pribadi tanpa sepengetahuan nya, sungguh di luar dugaan. Namun karena tak ingin di bilang masih memikirkan masa lalu, dan tak ingin di anggap tidak menghargai Prasetyo, Maya dengan cepat mengubah rasa kagetnya menjadi se normal mungkin dan kembali melanjutkan makannya tanpa mengomentari apa yang Prasetyo katakan tadi.

Senyum samar tercetak di bibir Prasetyo. Sekarang ia paham, bahwa tebakannya tak meleset dari perkiraan. Keterkejutan Maya sudah menjelaskan semuanya. Terlebih Maya langsung bungkam dan tidak merespon apapun. Hal itu biasanya di lakukan oleh orang yang mencoba mengingkari isi kepala dan hatinya yang berbeda.

"Dia minta Abang nikahin kamu" Ucap Prasetyo lagi.

Kali ini Maya tidak bisa lagi menutupi apa yang ia rasakan. Di letakannya sendok yang ia gunakan untuk makan, lalu membuka botol minum kemudian hampir menegak habis air di dalamnya.

Dengan tatapan tajam, Maya menatap Prasetyo dalam dan mulai bertanya dengan nada terburu "trus Abang jawab apa? Kenapa dia nemuin Abang?"

"Kamu mau dia nemuin kamu?"

"Eh, bukan gitu, ma-maksud aku....." Maya tak bisa meneruskan ucapannya. Ia kemudian hanya menunduk sambil mengucapkan kalimat peredam emosi yang di ajarkan agamanya "astaghfirullah... Astaghfirullah..." Lirih namun masih bisa di dengar oleh Prasetyo.

Prasetyo yang melihat itu hanya bisa mengusak pelan kepala Maya yang tertutup dengan hijab. Beruntung ia tak pernah mengiyakan ajakan membina rumah tangga yang akhir-akhir ini getol Maya utarakan.

Menerima semua masa lalu yang menyakitkan itu memang tidak mudah, tapi tidak memaafkan juga bukan hal yang baik.
Perselingkuhan yang di lakukan Adit, sampai menghasilkan anak memang tidak bisa dibenarkan, namun menjalin hubungan dengan orang lain saat hati masih tertaut dengan masa lalu tidak seharusnya di lakukan. Bukan membenarkan perselingkuhan tapi lebih pada menjaga diri agar tidak semakin tersakiti dan menyakiti orang lain karena keputusan yang bertentangan dengan hati dan pikiran.

"Sulit ya? Abang tau sangat sulit"

"Apanya?"

"Jangan pura-pura. Abang bukan orang bodoh yang gak tau apa-apa tentang kamu. Kita sudah hampir sepuluh tahun bareng, Abang sudah kenal kamu luar dalam May"

Hembusan nafas lelah, Maya keluarkan setelah mendengar pernyataan Prasetyo. Ada perasaan tak nyaman begitu lelaki di hadapannya ini bisa dengan mudah mengetahui apa yang ia rasakan tanpa ia menceritakan apapun.

"Semua berposes dan Abang tau prosesnya gak mudah meski sudah bertahun-tahun. Kalau memang belum bisa memaafkan sudah jangan dipaksa. Kalau mau nangis, ya nangis aja. Kalau mau bilang sakit, yang bilang aja. Kalau masih sayang, yang ngomong aja. Jangan ditahan. Kalau kamu saja enggak jujur sama diri mu sendiri, lalu siapa lagi yang bisa kamu andalkan? Sedangkan sebaik-baiknya penolong itu ya diri sendiri"

.
.
.

06072023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang