"Maafkan aku" Ucap Adit di sela-sela tangis Maya.
Tubuh yang tadinya menolak habis-habisan saat Adit memeluknya, kini mulai mengendur. Tenaga Maya sudah habis akibat menangis terus menerus, apalagi hari ini cukup melelahkan baginya bahkan terakhir ia mengisi perutnya saat di rumah sakit dengan Dokter Prasetyo, hanya soto ayam pula.
"Lepasin aku, Dit" Kata Maya lirih. Ada nada kesakitan terselip di antara nadanya. Bukan karena pelukan Adit yang terlalu kencang pada tubuhnya, namun lebih kepada luka di hati yang terus menerus di gores dengan orang yang sama.
"Aku gak bisa ngelepas kamu. Aku nyesel Maya. Aku salah selama ini dan aku mau memperbaiki semuanya" Sungguh ucapan yang Adit ucapkan benar-benar menyiaratkan bahwa lelaki, mantan suami Maya itu menyesali apa yang sudah ia lakukan selama ini tapi tetap saja itu tak membuat hati Maya luluh begitu saja.
Hembusan nafas lelah dari bibir Maya membuat Adit mengendurkan pelukan nya. Maya yang merasakan itu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk lepas dari kungkungan Adit.
Hanya saja, insting ke lelakian Adit cukup kuat. Dengan mudah Adit bisa langsung mengetahui gerakan Maya setelahnya hanya dengan menganalisa gerak gerik wanita itu.Hal itu membuat Maya kembali terjebak dalam pelukan nyaman Adit, karena saat ia akan melangkah Adit lebih dulu menarik tangannya dan memutar tubuh nya sehingga bagian depan tubuh Maya terhimpit dengan bagian depan tubuh Adit.
Pose intim keduanya saat ini, membuat Maya mengingat malam panas pertama dan terakhir keduanya.
Tak bisa Maya pungkiri, Maya pernah merindukan wangi Adit, belum lagi pelukan Adit memang nyaman untuk bersandar. Sungguh mengingat itu membuat tubuh Maya gerah seketika, pipi nya memanas dan jantungnya berdetak lebih cepat.Di geleng kan nya kepala nya pelan, mencoba menghalau perasaan yang tak seharusnya kembali ada. Sebagai wanita yang belum pernah tersentuh sebelumnya, membuat Adit punya kesan tersendiri di tubuh nya. Terlebih saat penyatuan mereka dulu, Adit memperlakukannya dengan lembut.
"Mikirin apa hayo? Kenapa kok kepala nya di geleng-geleng? Mesum ya?" Goda Adit mencoba mencairkan suasana.
Maya yang tersadar akan apa yang terjadi, mencoba melepaskan dirinya dari kungkungan Adit "enggak... Lepasin Dit. Pliss"
"Aku lepasin kalau kamu mau ngasih aku kesempatan lagi"
"Aku gak bisa Dit. Aku menyukai Bang Yoyo"
Ada perasaan kecewa melingkupi Adit. Memang ini konsekuensi dari keterlambatannya. Namun Adit bisa apa, saat ia membutuhkan Maya.
"Bang Yoyo siapa?" Tanya Adit pura-pura tidak mengetahui bahwa lelaki yang di maksud Maya sudah pernah ia temui sebelumnya.
Lelaki di rumah sakit itu memperlihatkan bahwa tidak ada batasan apapun antara dirinya dan mantan istrinya itu. Bukan tanpa alasan Adit menarik kesimpulan seperti itu, karena dari sikapnya, Adit pun setuju bahwa Maya merasa nyaman di dekat lelaki itu, tersenyum lebar dan beberapa kali merengek manja, bahkan Adit sempat melihat Dokter yang menangani Ibu Susan itu mengelus pelan pucuk kepala Maya dan herannya mantan istrinya tidak menepis nya sama sekali. Tidak seperti saat bersama dirinya, Maya selalu menolaknya seperti beberapa saat lalu, meski pada akhirnya tetap Adit paksa tapi tetap saja semua itu tidak sama.
Pun saat seperti ini, memang saat ini Maya dalam pelukannya akan tetapi saat kesadaran wanita itu kembali, sudah di pastikan pipi Adit tidak akan aman.
"Itu Dokter yang kemarin kamu ketemu di rumah sakit"
"Kalian pacaran?"
"Enggak"
"Lalu?"
"Aku gak mau bahas apapun"
Lagi, lagi Adit hanya mendesah. Meski ia percaya bahwa kesempatan untuk nya masih ada, jelas semua tidak ada artinya saat hati Maya lebih memilih orang lain ketimbang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"