18

3.7K 202 1
                                    

Maya tergesa memasuki rumah begitu beberapa saat lalu suster yang merawat Arion menghubungi nya dan memintanya untuk pulang. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan Arion, akan tetapi saat ia memasuki rumah, matanya dikejutkan dengan beberapa koper yang sudah berjejer rapi diruang tengah lengkap dengan Arion, Bi Narti dan Suster yang seakan sudah bersiap untuk pergi.

"Ada apa ini Sus? Bi? Kenapa banyak koper? Mau kemana?" Tanya Maya menatap heran sekelilingnya.

Bahkan diujung tangga ada koper hitam cukup besar berjejer. Maya sudah bisa menebak, siapa pemilik koper tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri, Adit.

"Mbak sudah pulang? Mau makan dulu?" Tawar Bi Narti.

Seakan pikirannya dialihkan, Maya semakin mengerutkan keningnya dan menatap Bi Narti dengan tatapan yang sulit diartikan "jawab saya, Bi... Ini semua maksudnya apa?" Tekan Maya sekali lagi.

Namun belum sampai Bi Narti membuka mulutnya, dari tangga paling atas, Adit berjalan santai, masih lengkap dengan baju kerjanya yang ia gunakan tadi pagi, mendekati Maya dengan wajahnya yang datar.

"Kita pindah ke apartemen" Ujarnya tanpa ekspresi sambil mendudukkan dirinya didekat Arion.

Suster dan Bi Narti yang paham bahwa keduanya butuh waktu berdua untuk berbincang, meninggalkan mereka diruang tengah.

Tatapan bengis langsung Maya suguhkan pada Adit, meski setelahnya Maya juga membuang dirinya dikursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri "apa maksudmu? Apartemen?" Tanya Maya pada Adit.

"Iya apartemen. Rumah ini akan direnovasi, atau kamu mau membeli rumah lain saja?"

"Bagian mana yang akan direnovasi? Kenapa tidak memberitahu aku sebelumnya Dit? Aku bisa ijin ke Papa atau ke Mama untuk kita tinggal dirumah mereka sementara"

"Satu kamar maksudmu? Kamu ingin kita tinggal bersama begitu?"

"Ti-tidak maksudku tidak seperti itu"

"Tidak bagaimana? Atau jangan jangan kamu sudah jatuh cinta pada ku karena aku memperlakukan anakmu selayaknya seorang ayah?"

Jatuh cinta?

Maya terhadap Adit?

Tak bisa menjawab apapun yang Adit tanyakan membuat Maya hanya terdiam. Sejujurnya Maya sungguh terkejut dengan perubahan sikap Adit semenjak kedatangan Arion. Lelaki itu menunjukkan sisi yang berbeda dari biasanya. Bukan sisi yang lembut seperti saat ia bersama sang Mama, bukan pula sisi yang dingin seperti saat Adit bersama Maya. Ada sikap Adit yang mencerminkan bahwa ia bisa menjadi ayah yang baik untuk Arion.

"Kenapa diam?" Tanya Adit memecah suasana "kamu gak perlu menjawab pertanyaan ku tadi, cukup kemasi barang barang mu lalu kita pindah"

"Tapi untuk apa?"

"Bayi ini bukannya perlu kamar sendiri?"

Jadi, maksud Adit meminta mereka berpindah tempat tinggal untuk merenovasi rumah ini dan membuatkan kamar khusus untuk anak sambungnya?

Mengetahui alasan itu, sisi kecil hati Maya menghangat. Penawaran Adit beberapa bulan yang lalu saat pertama kali Arion bertemu dengannya, benar benar bukan penawaran semua semata.

"Terima kasih Dit"

Tak ada jawaban apapun dari mulut Adit, ia hanya diam memandang wajah Arion yang terlihat nyaman tidur di bantal bulatnya.

Maya yang tak ingin merusak momen tersebut, lebih memilih untuk masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri dan mulai berkemas.  Tak banyak yang Maya bawa hanya beberapa baju kerja serta baju yang nyaman untuk ia gunakan dirumah saat sedang bersama Arion karena tak bisa dipungkiri dengan usia Arion yang sudah menginjak enam bulan, konsumsi asi bayi itu semakin meningkat meski sudah dibantu makanan pendamping asi.

"Kamu hanya membawa itu?" Tanya Adit ketika melihat Maya mendorong 2 koper berukuran sedang keluar dari kamarnya.

"Renovasinya tidak akan terlalu lama kan?" Tanya Maya balik.

"Mungkin beberapa bulan"

"Beberapa bulan? Kenapa lama sekali?"

"Karena seluruh rumah ini akan ditata ulang. Mungkin akan ada dua tambahan kamar diatas dan dibawah. Kamu ingin memeriksanya dulu? Kalau kamu mau, kita bisa bertemu dengan orang yang akan merenovasi nya sebelum pergi"

Maya menghembuskan nafasnya putus asa. Setelah pemberitahuan mendadak akan kepindahan mereka, ia juga menjadi orang terakhir yang tau bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menata ulang rumah ini cukup lama.

"Tidak perlu" Jawabnya singkat.

Namun saat mereka sudah akan meninggalkan rumah ini, tiba tiba suara tangis Arion mengejutkan semuanya. Bayi kecil itu tiba tiba terbangun dan menangis kencang.

"Ehh ehh kenapa ini anak mami kok nangis?" Tanya Maya sambil mengais Arion didalam dekapannya "Rion sedih ya mau pindah? Kata Papi cuma sebentar sayang, nanti kita tinggal disini lagi ya"

Papi.

Ucapan Maya membuat langkah Adit terhenti. Ia menengok kan kepalanya kearah dimana Maya sedang mencoba menenangkan Arion yang mendadak rewel.
Adit tak menyangka bahwa kehadirannya diceritakan dengan baik oleh Maya pada bayi kecil itu. Ia bahkan diberi julukan layaknya seorang ayah pada umumnya. Padahal sempat beberapa kali Adit mengira bahwa sosoknya tidak akan disebut dalam cerita apapun.

"Minum susu dulu yuk. Rion pasti haus ya?"

Gerakan Maya yang sedang menaikkan hijabnya terdeteksi oleh mata Adit. Dengan tergesa gesa ia mengalihkan pandangannya dan beranjak dari tempatnya berdiri. Sayangnya, karena terburu buru Adit tidak menyadari bahwa didepannya ada Bi Narti.

Brukk!!!

Adit terjatuh ke lantai saat ia berusaha untuk terhindar dari sosok wanita paruh baya yang sudah bekerja padanya cukup lama.

"Aduh Mas Adit kenapa buru buru sih" Omel Bi Narti pada Adit.

Adit berdiri dari lantai, lalu memberi kode pada Bi Narti untuk melihat ke arah ruang tengah dimana ada sangat istri sedang menyusui Arion. Namun bukannya Bi Narti mengerti arti kodenya, yang ada Bi Narti malah tertawa terbahak sambil memegangi perutnya.

"Astaga Mas... Bibi kira kenapa, ternyata gara gara Mbak Maya sedang nyusui Rion toh masalahnya. Hahaha"

"Apaan sih Bi, gak jelas" Kesal Adit pada Bi Narti.

"Hahaha. Ya harusnya Bibi yang bilang Mas Adit gak jelas. Orang ngeliat badan istrinya sendiri kok panik"

Mata Adit melotot sempurna mendengar penuturan Bi Narti. Bagaimana bisa wanita dihadapannya menganggap itu hal biasa? Padahal beliau tahu betul bahwa hubungan Adit dan Maya belum sampai pada tahap mengamati setiap lekuk tubuh masing masing.

"Tau ah, Bibi aneh" Ucap Adit kesal.

"Kok Bibi yang dikatain sih? Mas Adit yang aneh. Harusnya saat anak nangis itu bantu nenangin. Istrinya nyusuin itu ditemenin, bukan malah ditinggal kabur. Rion perlu loh Mas ngeliat Mami Papinya akur"

Tak ada jawaban apapun yang keluar dari bibir Adit, yang ada ia malah berjalan keluar rumah lalu mendudukkan dirinya didalam mobil dengan pikiran yang berkecamuk.

.
.
.

Borahe 💙
04022023

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang