108

2.3K 196 10
                                    

Maya menghembuskan nafas lelah mendengar maksud dari perbuatan Adit yang tiba-tiba memberi keponakan perempuannya itu kendaraan roda empat dengan harga fantastis.

"Mas... " Panggil Maya lelah ketika ia melihat raut wajah sang abang yang tak jauh berbeda dengan nya, membuat Maya tidak enak hati. Meski sudah banyak berubah Adit tetap Adit yang selalu berpikir bahwa uang selalu bisa membuat semua orang bahagia. Lelaki itu lupa bahwa Azwin bukan orang yang kekurangan, yang bisa pula membelikan keluarganya fasilitas yang memadai.

"Abang tolong bawa Adek sama Aisyah main dulu ya" Imbuh Maya lagi.

Arion hanya menganggukkan kepalanya lalu berdiri menggandeng kedua sodaranya itu untuk pergi dari ruang makan yang sepertinya akan menjadi tempat adu kekayaan oleh papi dan om mereka.

Setelah memastikan bahwa para anak-anak sudah benar di tempat yang di maksud, Maya kembali membuka suaranya dan mulai memprotes tingkah Adit yang lebih mengarah merendahkan harga diri Azwin dengan memberi hadiah sedikit di luar nalar.

Sebagai dokter yang namanya sudah dikenal di mana-mana, tentu membeli mobil untuk keluarga bukan pekara yang sulit bagi Azwin. Akan tetapi, hal itu di abaikan oleh Adit yang malah memesan kan mobil keluaran terbaru bagi anak kakak nya itu.

"Mas bisa jelaskan maksud dan tujuan kenapa ngasih Aisyah kado seperti itu?" Ucap Maya sedikit tidak enak hati melihat ekspresi sang kakak dan kakak iparnya.

"Hadiah karena sudah merawat dan menerima Abang dengan baik Sayang" Jawab Adit santai.

"Kenapa harus mobil?"

"Kamu mau ngasih yang lain?"

"Enggak, bukan begitu.. Aku cuma mau tanya, kenapa mobil?"

"Ya karena kalau tabungan masa depan sepertinya bukan ranah Mas, Sayang" Jawaban Adit sungguh membuat Maya kesal. Bagaimana bisa suaminya itu bersikap lugu di tengah kekekesalan nya.

"Mas... Dengan Mas ngasih mobil bukan berarti Bang Azwin segera ngasih restu ke kita. Yang ada nanti Abang malah jadi ilfeel loh"

"Mas gak ngasih Bang Azwin kok Sayang. Abang ngasih ponakan Abang. Abang juga gak maksud buat merendahkan Bang Azwin. Mas yakin Bang Azwin mampu memberikan semua fasilitas untuk anaknya tapi Mas hanya mau memberikan hadiah untuk semua peran Bang Azwin buat Arion, hanya itu, tidak ada maksud apapun" Jelas Adit.

Kekerasan hati Maya yang sebelumnya tidak bisa menerima alasan yang Adit buat, sedikit demi sedikit mulai terkikis begitu ia melihat mata tulus dari suaminya itu.

Dengan senyum mengembangkan, tatapan Maya beralih pada sang kakak. Mencari aura buruk yang terpancar di wajah Azwin, tapi sampai beberapa saat dirinya tidak lagi mendapati raut horor disana "Abang mau nerima kan? Mas Adit gak ada bermaksud apapun, seperti yang udah di jelaskan" Tanya Maya pada Azwin.

Meski tak terlihat Azwin memahat senyum tipis di wajah nya, kepalanya mengangguk pelan menyetujui bahwa sang anak berhak menerima hadiah yang pamannya berikan "Terima kasih Bang"

"Gak perlu berterima kasih apapun sama Abang, cukup buktikan kamu tidak salah memberi kesempatan pada suami mu itu"

"-- Abang tidak pernah meragukannya sebagai ayah keponakan Abang karena Abang tahu sendiri bagaimana Adit, tapi Abang juga butuh bukti kalau dia tidak hanya bagus dalam mendidik anaknya saja tapi dia harus bagus dalam memperlakukan kamu, kamu ngerti kan Dek maksud Abang?"

Kini beralih Maya lah yang memberi anggukan pada Azwin. Mencoba meneguhkan dan percaya bahwa hati nya tidak salah dalam mempercayai Adit kali ini.

"Ya sudah kalau begitu istirahatlah di kamar mu. Nanti biar Hawa istirahat di kamar Aisyah saja"

"Oke Bang. Mas tolong beri tahu supir untuk membawa koper ke atas ya" Kata Maya pelan. Azwin yang mendengar permintaan Maya seketika melihat Adit yang hanya diam sambil menganggukkan kepalanya.

Menunggu pertunjukan yang akan kembali terjadi di hadapannya, Azwin tersenyum miring dan menjatuhkan bobot badannya kembali di kursi yang hampir ia tinggalkan tadi.

"Abang..." Panggil Adit pada anak sulungnya. Bukannya langsung mengindahkan ucapan Maya, lelaki itu malah membuat Arion berdiri di hadapannya lagi "apa Pi?" Tanya bocah itu.

"Bantuin Papi nurunin barang dari mobil"

Tak banyak kata, Arion seketika itu berjalan ke arah depan rumah Azwin. Tingkah laku Adit, serta gaya interaksi anak dan bapak itu membuat Maya akhirnya mengerutkan keningnya "lohh... Mas, kenapa Arion malah yang di suruh?"

"Memangnya kenapa Sayang?"

"Dia masih kecil Mas"

Belum sampai Adit memberikan jawaban, Azwin lebih dulu menimpali apa yang harusnya Adit jelaskan "suami mu dari dulu begitu. Anak mu itu bahkan tidak boleh di perlakukan baik oleh orang lain"

"Maksudnya?"

"Arion disini tidak pernah kekurangan apapun untuk semua fasilitas nya May, karena suami mu mencukupi semuanya. Namun ada beberapa hal yang menurut Abang sebaiknya diperbaiki, contohnya seperti itu tadi"

"Seperti itu tadi, maksudnya?"

"Sejak awal Arion disini, supir itu tidak boleh melayani Arion dengan baik. Arion masih harus membawa kebutuhannya sendiri. Bahkan pintu mobil saja, tidak boleh di bukakan May. Abang gak ngerti pola pikir suami mu itu seperti apa"

Adit mendengus pelan mendengar rentetan kebijakannya yang akhirnya di bocorkan oleh kakak ipar nya di hadapan sang istri. Paham akan seberapa banyak rasa sayang sang istri pada anak lelaki mereka lah yang menjadikan aturannya ini tidak Adit beritahukan pada Maya, bukan karena ingin membuat kebijakan yang otoriter, namun ia lebih berharap bahwa anak laki-laki mereka harus terdidik dengan benar agar tak ada kesalahan yang pada akhirnya akan disesali oleh Arion suatu hari nanti.

"Bener kayak gitu Mas?"

"Mas punya alasan kenapa Abang harus didik seperti itu, bahkan nanti Adek pun, Mas rasa perlu di didik seperti itu Sayang... Bukan karena Mas tak sayang pada anak-anak kita, hanya saja Mas tak mau semua fasilitas yang kita berikan padanya membuat mereka terlena, gak papa kan?"

"Tapi untuk angkat koper itu terlalu berat Mas"

"Oke, untuk koper nanti bisa Mas bantu. Ya udah Mas bantu Abang dulu ya" Ucap Adit lembut dan mulai menjauh dari tempat mereka berkumpul.

Maya cukup takjub dengan alasan yang suami beberkan padanya. Wanita itu memang melihat perubahan dalam diri Adit setelah menikah, namun ia tak menyangka bahwa Adit sudah berubah bahkan sebelum mereka kembali rujuk. Menyadari hal itu membuat air matanya menggenang "aku gak salah pilih kan Bang?" Tanya Maya sambil menatap punggung Adit yang sudah hampir hilang di balik pintu.

"Enggak, Abang percaya takdir itu selalu mengajarkan yang baik. Tidak peduli seberapa banyak waktu yang harus di tempuh, kalau hasilnya baik makan semua akan terbayar. Bahagia setelah ini ya Dek"

.
.
.

03102023

Borahe 💙

Haii... Aku rindu kalian 😭
Tapi aku bukan sengaja menghilang begitu saja, aku butuh waktu setelah kehilangan cinta pertama ku, semua sulit dan akhirnya aku bisa keluar dari kesulitan itu meskipun masih sering menangis...
Jangan menjadi orang yang menyesal seperti ku ya, perlakukan semua orang tua kalian dengan baik agar nantinya tidak perlu ada yang ditangisi hanya untuk berdoa akan masa lalu...
Sehat sehat kalian, Terima kasih untuk segalanya.. 🙏

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang