93

2.4K 233 8
                                    

"Enggak mau!"

Penolakan Maya di tempat membuat Adit seketika membeku. Saran dari mertua untuk mengakrabkan diri sepertinya pupus sudah. Maya masih membuat benteng di antara dirinya dan Adit tanpa wanita itu sadari. Entah apa yang membuatnya begitu marah pada Adit, Adit sendiri pun tak mengerti.

Jangan pernah tanyakan lagi tentang kemajuan hubungan mereka karena jawabannya, jelas tidak ada kemajuan yang berarti. Adit yang memang sejak awal belum bisa memposisikan dirinya serta masih terbayang kesalahannya, membuatnya tidak bisa bergerak bebas seperti sebelumnya.

Sedangkan Maya, ekspektasi nya terhadap hubungan mereka yang kedua ini terlalu tinggi, sehingga ia kalah karena ekspektasi itu sendiri. Maya memang sudah menerima pernikahan dadakan nya dengan mantan suaminya yang sudah lalu ini, tapi ia juga ingin melihat usaha Adit untuk perkembangan hubungan mereka, tapi Adit tetap lah Adit yang kurang peka.

Karena nyatanya ia salah, menggantung kan harapan itu pada suaminya. Adit hanya diam di tempat tanpa melakukan usaha apapun, ia bahkan pulang dua minggu setelah diskusi panjang dan pertemuan mereka yang terakhir.

Lalu tiba-tiba dengan ide dadakan nya mengajak Maya jalan-jalan?
Sungguh terlihat guyonan sekali bukan?

Untungnya, Pak Hasan yang saat itu juga mendengarkan penolakan Maya akan Adit mengambil inisiatif untuk memberi ruang pada kedua orang dewasa itu. Dengan dalih ingin ber jalan-jalan, Pak Hasan mengajak Pak Amir dan Bi Sri untuk turut ikut mengantar Hawa ke sekolah.

Tentu tak mudah bagi Maya melepas sang papa pergi begitu saja dan menyisakan dirinya dengan Adit di villa sendirian. Maya tentu menolak ide itu "kenapa Papa gak boleh jalan-jalan? Papa bosen May di rumah. Atau kamu mau ikut saja?"

Mendapat tawaran untuk ikut serta jalan-jalan di hari liburnya memang tidak lah buruk, hanya saja, penolakannya pada Adit tadi menjadikan dirinya seperti wanita dewasa yang masih labil. Dengan ia mengiyakan ajakan Pak Hasan tentu Adit akan merasa Maya sedang mempermainkan nya dengan menolak ajakannya yang lebih dulu ketimbang ajakan Pak Hasan.

"Maya lagi gak ingin pergi" Jawab Maya akhirnya menyerah. Ia akan menerima keadaan bahwa memang hari itu mengharuskannya untuk hanya berdua dengan Adit.

"Oke. Ayo Cucu Kakek yang paling cantik, kita let's Go"

Setelah sedikit drama akan keberangkatan mereka. Akhirnya Maya bisa bernafas lega, meskipun tidak terlalu nyaman hanya tinggal berdua dengan Adit, perempuan itu tetap mencoba seperti biasanya.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Adit saat melihat Maya sedang membersihkan meja makan.

Tangan Maya yang tadinya bergerak lincah mendadak diam akibat ucapan Adit, namun itu hanya berlangsung beberapa detik saja karena setelahnya Maya bersikap seperti tidak pernah mendengar perkataan Adit baru saja

"Sayang..." Kali ini Adit sedikit menekankan panggilan nya pada Maya. Berharap wanita itu menoleh dan memperhatikan dirinya. Akan tetapi harapan Adit tak kunjung membuahkan hasil. Maya tetap membisu sambil membereskan sedikit lagi kerusuhan yang mereka semua ciptakan pagi ini.

"Aku tidak akan memaksamu kalau begitu. Aku akan mengerjakan pekerjaan ku di paviliun. Emmm, tapi kalau boleh, aku ingin membuat kopi terlebih dulu, dimana letak kopinya May?"  Tanya Adit sudah bersiap akan masuk ke dalam dapur, namun aksinya itu langsung tercegah oleh Maya, dengan dalih Adit nantinya akan merusak dapur, Maya berinisiatif untuk membuatkannya saja.

"Selera nya sudah berbeda ternyata" Gumam Maya saat mulai menuangkan kopi ke dalam cangkir.

Adit sudah lebih dulu menghilang dari dapur karena Maya usir. Sejujurnya, tak ada pekerjaan yang akan Adit selesaikan saat ini, sebab sebelum memutuskan untuk mendatangi Maya dan mengambil libur sejenak Adit sudah menyelesaikan pekerjaannya semua.
Ia hanya mencari alasan agar tidak membuat situasi di antara nya dan Maya semakin memburuk. Kalau memang Maya masih butuh waktu untuk menyesuaikan semuanya yang serba mendadak ini, Adit dengan senang hati memberi waktu itu agar nantinya Maya lebih nyaman menjalin hubungan dengannya.

"Ini kopi nya" Ucap Maya tiba-tiba. Karena asik dengan lamunannya, Adit sampai tidak menyadari bahwa Maya sudah masuk ke dalam paviliun.

"Terima kasih" Kata Adit sambil mulai menggeser cangkir berisi cairan hitam itu ke depan tubuhnya.

Melihat kopi nya akan di nikmati, Maya memilih untuk beranjak dari tempatnya berdiri. Akan tetapi belum sampai kakinya melangkah Adit lebih dulu menahan lengannya "butuh apalagi?" Tanya Maya tanpa membalik tubuhnya.

Adit menatap punggung Maya dengan perasaan tak menentu. Ketidakinginan Maya untuk menatap nya, sudah bisa di pastikan sebagai cara istrinya itu menolak kehadirannya "kamu gak nyaman ya aku disini?" Tanya Adit pelan.

Helaan nafas dalam Maya hembuskan melalui hidungnya dengan kasar "sok tau" Jawab Maya masih dengan posisi yang sama.

"Bukan sok tau May, tapi sejak aku datang tadi pagi, kamu terlihat marah. Apa aku membuat kesalahan? Atau kamu sedang ada masalah dengan orang lain? Ceritakan pada ku, seperti biasanya saat kita chat gak papa"

Mendengar penuturan Adit yang melebar kemana-mana, dengan berat hati Maya membalik tubuhnya menghadap pada sang suami. Wajahnya yang kesal cukup menjadi perhatian Adit. Dugaan akan Maya sedang ada masalah semakin menguat di pikiran Adit "cerita lah, aku siap mendengarkan" Ucap Adit santai.

Bukannya menyuarakan masalahnya, yang ada Maya melepaskan cekalan tangan Adit dan memberi laki-laki itu sedikit pelajaran dengan memukul dadanya. Untung saja tenaga yang di gunakan Maya tidak terlalu kuat, sehingga Adit tidak sampai terdorong kebelakang karena ulah istrinya "loh kenapa aku yang di tonjok? Aku salah apa?" Tanya Adit bingung.

"Kamu masih tanya salah mu, Dit?"

"Serius May, aku gak tau salah ku dimana? Bukannya terakhir kali kita komunikasi tidak memperdebatkan sesuatu? Lalu kenapa kamu marah?"

Maya geram dengan umpan balik yang Adit berikan. Lelaki di hadapannya ini seperti lelaki yang tidak mengenal wanita sebelumnya. Padahal sepak terjangnya sebagai lelaki nakal tidak di ragukan lagi "terakhir kamu pamit sama aku kemana Dit?" Tanya Maya mulai emosi.

"Pulang" Seakan tak terpengaruh dengan kemarahan yang Maya tunjukkan, Adit dengan santainya malah menjawab pertanyaan Maya dengan cepat.

"Pulang? Lalu kenapa kamu disini? Pulang kemana yang kamu maksud?" Maya sepertinya tak menyadari bahwa dirinya kini seperti istri sesungguhnya. Memberikan ocehan pada sang suami saat apa yang suami katakan tidak sesuai dengan kenyataannya.

"Aku memang pulang May. Aku pulang ke rumah ku"

"Tapi nyatanya kamu disini. Rumah mana yang kamu maksud? Kamu sudah berbohong, Dit"

"Enggak, aku gak berbohong sedikitpun. Karena rumah yang ku maksud itu kamu, Sayang. Kamu itu rumah ku, kamu tempat ku untuk pulang. Mengerti kan maksud ku sekarang?"

.
.
.

24082023

Borahe 💙

Yookkk yookkk yookkk
Komen dong, tim ngejedotin Adit ke dinding apa tim baper berjamaah? 🤭

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang