64

2.5K 214 17
                                    

"Kalau gitu, apa Mami itu ibu kandung Abang?"  Tanya Arion.

Adit terdiam sesaat. Memandang jalan tol yang memang terlihat lebih lenggang dari biasa. Ini bukan hari libur jadi sudah bisa di prediksi bahwa tidak akan banyak kendaraan yang melewati jalan bebas hambatan ini, terlebih ini sudah malam.

Pertanyaan Arion, sungguh membuat Adit bingung bagaimana harus menceritakan asal mulai keberadaan bocah itu tanpa harus menjelekkan ke dua ibu nya. Ya, satu ibu yang melahirkannya yaitu Sella dan satu lagi, ibu yang sudah merawatnya yaitu Maya.
Hubungan kedua sahabat itu sungguh erat, tak peduli mereka sudah berpisah alam tetap saja selalu ada benang merah yang menghubungkan antara satu sama lain.

"Papi..." Panggilan Arion membuat Adit sedikit tersentak dari lamunannya akan cerita apa yang akan ia dongeng kan untuk sang anak.

Dua perempuan yang punya cerita dalam hidupnya, Sella dengan hubungan terlarang nya dengan Adit atau Maya dengan kisah nya menjadi pelampiasan akan kebejatan Adit.

Lelaki itu bahkan tidak perlu repot repot memikirkan nama dirinya dalam pikiran anaknya. Bukan karena ia tak penting, hanya saja karena ia pelaku utama dari segala kekacauan yang terjadi dan tidak perlu pembelaan apapun akan hal itu.

"Eh.. Iya Bang, gimana?" Jawab Adit tergagap.

Arion menatap Adit aneh, kemudian mempertanyakan hal yang sama "apa Mami itu Ibu kandung Abang?" Tanya Arion lagi.

Adit hanya mendesah pelan lalu dengan perasaan tak tertentu ia menggelengkan kepalanya lirih.

"Bukan, Mami bukan Ibu kandung" Ucap nya lirih sambil menatap Arion dalam. Menunggu reaksi sang anak saat ia tahu bahwa memang ia bukan anak dari Maya.

Dengan kepala yang ditundukkan Arion berucap "benar berarti apa yang Abang denger waktu itu" Bocah kecil yang usianya hampir sepuluh tahun itu sedang berjuang untuk menahan air matanya tumpah.

Kenyataan akan statusnya yang sudah ia tebak sebelumnya karena mendengar percakapan Maya dan Azwin cukup membuat nya kembali terkejut. Sebaik apapun Arion menyiapkan untuk kesakitan ini, tetap saja tidak mudah bagi seorang anak menerima fakta bahwa ia anak tiri dari wanita yang sudah merawatnya selama ini, bahkan saat sang ayah tidak pernah menampakkan dirinya.

Dirasa tak perlu mempertanyakan apa yang Arion dengar, membuat Adit hanya bisa menarik tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukannya. Penghiburan seadanya saja lah yang mampu Adit lakukan. Ia belum mahir akan hal itu terlebih ini baru pertama kalinya ia merawat anak yang usianya sudah akan masuk masa remaja.

"Maafkan Papi ya Bang. Papi yang salah, papi yang membuat semua kekacauan ini" Ucap Adit tepat di sebelah telinga Arion, tangannya sedari tadi hanya bisa mengelus pelan tubuh kecil yang sedang menangis dalam dekapan nya itu.

Saat tangisnya mulai mereda, Arion mencoba mengurai pelukan sang ayah, kemudian menatap Adit ingin penjelasan.

Adit yang paham akan hal itu, menghembuskan nafasnya pelan "Abang bisa tunggu sampai kita di rumah? Nanti Papi akan ceritakan semuanya. Kita gak bisa terlalu lama diam disini soalnya Bang" Ujar Adit penuh permohonan. Bukan tanpa alasan Adit meminta itu, ia butuh waktu untuk menyusun cerita yang nantinya akan ia ceritakan pada Arion. Dan beruntungnya Arion memberinya jalan mulus dengan anggukan kepala nya. Hal itu membuat Adit tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera melanjutkan perjalanan  ke rumah yang nantinya akan mereka huni bersama.

Hampir satu jam setelah obrolan di tengah jalan tol itu, akhirnya keduanya tiba di rumah yang dulu sempat Arion tinggali saat pertama kali Maya membawanya ke dalam kehidupan rumah tangga mereka. Rumah yang selalu membuat Adit bisa melihat bagaimana tulusnya seorang Maya.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang