67

2.4K 227 15
                                    

Penyesalan ada untuk memberi tahu bahwa ada kesalahan yang perlu diterima. Banyak orang hanya menyesal tanpa bisa menerima kesalahan, karena tidak sedikit orang ingin selalu benar tapi menerima bahwa kita bisa juga melakukan kesalahan itu juga tindakan yang benar. Dan harus jadi pengingat, bahwa diri tidak selalu benar.

Tidak ada pembicaraan apapun setelah Adit dan Bagas keluar dari rumah Azwin. Meninggal kan Arion di rumah kakak Maya jelas memberi kan pukulan telak bagi Adit. Bahkan dua bogeman yang Azwin hadiahkan untuknya tadi tidak berarti apapun daripada dirinya harus berjauhan dengan Arion.

Mungkin hukuman atau sebuah pembalasan tunai yang Allah berikan akibat perilakunya di masa lalu. Berpisah, sepisah nya dengan semua darah dagingnya bisa saja bagi Allah yang terbaik. Ketidak menerima nya Adam dan Hawa akan kehadirannya mungkin itu juga jalan agar tidak ada hati anak nya yang akan di sakitnya seperti Adit menyakiti Arion.

"Gue langsung ke Batu Gas" Ucap Adit begitu kaki mereka baru saja menginjak bandara kota Surabaya.

Ucapan Adit akan keinginannya melihat Maya menikah sepertinya tidak main-main. Ia bahkan tidak berpikir apapun saat ini, pikirannya hanya terfokus pada keinginannya untuk bertemu dengan Prasetyo.

"Mau gue temenin?" Tawar Bagas.

"Gak perlu. Lu tenang aja, gue gak akan ketemu Maya kok. Gue gak akan ke villa. Mungkin hanya ke rumah sakit ketemu Dokter itu lalu ke sekolah anak-anak sebentar"

Bagas hanya menganggukkan kepalanya, lalu menepuk pelan bahu Adit sambi berucap "Hati-hati Dit"

Keduanya berpisah disitu. Menaiki mobil dengan warna sama namun dengan tujuan yang berbeda. Bagas dengan segala urusannya dengan pekerjaan dan Adit dengan segala urusannya dengan hati.

Hampir dua jam berkeliaran di jalan bebas hambatan. Akhirnya mobil yang Adit kendarai berhenti dengan mulus di rumah sakit paling besar kota dingin itu, namun sang empunya tidak langsung turun. Adit menyiapkan dirinya agar tidak terlihat rapuh di depan pesaingnya.

Dengan bermodalkan informasi dari Susan, Adit bisa mengetahui jadwal praktek Prasetyo di rumah sakit itu. Dan beruntungnya malam hari ini Prasetyo sedang bekerja sebagai dokter jaga sehingga Adit tidak perlu bertemu Maya karena jadwal praktek mantan istrinya itu hanya lagi hari.

"Permisi" Ucap Adit begitu ia sudah sampai di ruangan Prasetyo setelah di antarkan oleh salah satu suster yang sedang berjaga.

Prasetyo yang sedari tadi sibuk dengan komputer jinjingnya cukup terkejut dengan kehadiran Adit. Akan tetapi, ia segera menormalkan kembali raut wajahnya dan beranjak dari tempat duduknya berpindah ke sofa serta mempersilahkan Adit duduk tak jauh dari nya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Prasetyo datar.

Adit yang sudah faham bahwa ia kurang di terima di sini, memutuskan untuk langsung saja mengutarakan maksud dan tujuannya menemui dokter yang Maya sukai ini "tolong nikah Maya"

Sebuah permintaan yang tidak pernah terpikir oleh Prasetyo, kini di ucapkan oleh Adit. Kalau di luar sana banyak orang yang bertemu dengan rivalnya untuk merebut wanitanya, lain hal nya dengan Adit, ia bahkan menyuruh pesaingnya itu untuk menikah dengan mantan istrinya. Sungguh di luar nalar.

"Saya?" Tanya Prasetyo sambil menunjuk dirinya sendiri "kenapa harus saya? Kenapa bukan anda saja yang menikahi Maya?"

"Maya menyukai Anda, bukan saya"

"Lalu anda diam saja? Tidak ingin berjuang dulu?" Prasetyo memang sengaja memancing Adit untuk mengetahui alasan di balik permintaan tak masuk akal Adit.

Semua orang bahkan tau, bahwa pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa di mainkan atau di paksakan. Tetapi sepertinya pernyataan ini tidak berlaku bagi Adit, karena lelaki yang sedang menatap Prasetyo serius ini malah memintanya menikah dengan Maya selayaknya ia sedang meminta untuk di traktir makan saja. Terlihat sangat menyepelekan.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang