44

4K 291 8
                                    

"Papi" Cicit pelan dari mulut Arion cukup membuat Adit terharu.

"Iya ini Papi nya Abang" Jelas Maya sambil mengelus pelan punggung Arion.

Arion memang sering mendengar cerita tentang ayah nya dari Maya. Papi yang sering Maya cerita kan sebagai lelaki pekerja keras karena tidak pernah pulang, hanya untuk memberikan penghidupan yang layak untuk mereka.

Namun di sisi lain, Maya juga mengenalkan Azwin yang memang sejak awal punya kedudukan sebagai "Daddy" di hidup Arion. Bahkan tak jarang posisi ayah selalu diisi dengan hadirnya Azwin, meski tidak semuanya. Azwin sudah berkeluarga dan Maya paham dimana harus menempatkan diri meski Azwin sendiri lah yang membahasakan Arion memanggilnya "Daddy".

"Terus, siapa Ayah Abang yang bener Mami? Daddy atau Papi?" Tanya Arion polos.

Sejujurnya hati Maya teriris saat Arion seakan tidak bisa mengenali siapa sesungguhnya ayah kandungnya karena memang posisi itu tak pernah ditinggali oleh satu orang dalam waktu yang lama. Jadi wajar apabila Arion bingung.

"Daddy namanya siapa Nak?" Ucap Adit mulai buka suara.

"Daddy Azwin"

Kening Adit mengkerut. Mencoba memindai memorinya untuk sebuah nama yaitu Azwin, karena saat mendengarnya nama itu seperti sudah pernah ia dengar sebelumnya. Dan ternyata ingatan nya menunjukkan, nama Azwin punya ikatan kuat dengan mantan istrinya itu.

Rasa penyesalan kembali menghampirinya, andai saja waktu itu, delapan tahun yang lalu Adit tidak begitu saja mempercayai ucapan Azwin mungkin saja ia bisa menemukan Arion dan Maya lebih cepat. Sayangnya, ia terlalu bodoh dan mempercayakan semua itu pada Bagas yang sama-sama menusuknya dari belakang.

"Begini biar Mami jelaskan..." Namun belum sampai Maya menjelaskan semuanya, Adit menginterupsi nya dan meminta ruang agar ia saja yang menjelaskan semuanya pada Arion "boleh aku yang menjelaskannya May?"

Maya mengangguk, mungkin memang sudah saat nya Adit menceritakan sendiri bagaimana diri nya didepan Arion. Memikirkan itu, membuat Maya penasaran, akankah Adit menjadi tokoh antagonis atau protagonis di cerita nya sendiri.

"Abang..." Kabut air mata mendadak menggenang di mata Maya. Ia terharu takkala Adit mulai memperlakukan Arion dengan semestinya. Menyamakan bagaimana Maya memanggil anak sulung keduanya tersebut.

Tapi bukannya menjawab panggilan Adit, Arion malah mengkhawatirkan Maya. Bocah kecil itu mendadak dewasa begitu melihat Maya akan menangis "Mami oke? Ada yang sakit? Kasih tau Abang mana yang sakit Mami"

Maya tersenyum bangga melihat anak angkatnya mengkhawatirkan dirinya hanya karena hal sepele "Mami oke Bang. Mami cuma terharu"

Arion mengangguk-anggukkan kepalanya. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan sang ibu dan menautkan keduanya.

Sungguh pemandangan yang membuat Adit bersuka cita. Maya benar-benar berhasil mendidik anak nya menjadi lelaki yang bisa memperlakukan wanita dengan baik, tidak seperti dirinya yang bahkan selalu menggoreskan luka di tubuh Maya.

"Jangan menangis. Aku gak bisa meluk kamu" Ujar Adit mencoba mencairkan suasana.

Maya tersenyum tipis, namun otak nya memproses semua apa yang ia dengar barusan. Sebuah kalimat sama yang dulu juga pernah Adit ucapkan, saat keduanya masih bersama. Bedanya mungkin dulu masih bisa terjadi tetapi tak ingin dilakukan sedangkan saat ini tidak bisa dilakukan bahkan saat ingin.

"Mami mau dipeluk Papi aja?" Tanya Arion polos.

Maya yang mendengar itu, mencoba mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Arion "Papi dan Mami sudah berpisah Bang" Hanya itu yang bisa Maya jelaskan. Ia tak menjelaskan lebih lanjut karena Arion belum terlalu dewasa untuk mengerti penyebab keduanya berpisah.

"Biar Papi jelaskan Bang" Kata Adit.

Mengambil ancang-ancang dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya, Adit memulai dengan kata-kata yang bahkan tak terpikirkan oleh Maya sebelumnya. Seakan meruntuhkan cerita yang selama ini Maya dongeng kan pada Arion "Papi bukan lelaki yang baik"

"-- Papi mu ini, terlalu sering membuat Mami menangis..."

"Dit... Enggak gitu Bang maksudnya. Kadang kita hanya berdebat karena gak satu tujuan aja kok" Potong Maya cepat.

Adit menatap Maya dan Arion bergantian "tuh liat Bang, Mami selalu seperti itu. Selalu memaafkan Papi meskipun gak cuma sekali Papi bikin sakit hati"

"-- lama kelamaan, Papi ngerasa Papi ini orang jahat dan Papi gak mau terus-terusan jahat sama Mami jadi... Papi meminta Mami untuk berpisah" Ujar Adit pasrah. Ia siap apabila memang hari ini ia dibenci oleh anak kandungnya sendiri karena perbuatannya.

Lelaki dewasa itu pernah berjanji, suatu saat apabila memang ia dipertemukan lagi dengan anak kandungnya, ia ingin menebus segalanya. Waktu yang terlewati tanpa adanya, setiap kesalahan yang membuat Arion selalu menjadi korbannya, ingin Adit perbaiki meski ia tau tak mudah sampai di tahap itu.

"Maksud Papi bercerai?"

Mata Maya membola saat Arion dengan lantangnya menyebutkan kata perceraian. Untuk anak kelas empat sekolah dasar, ia tak menyangka bahwa Arion tau kata tersebut.

"Abang tau dari mana kata-kata itu?" Tanya Maya shock.

"Dari temen Abang. Ayah sama Ibu nya bercerai terus dia bingung disuruh milih ikut siapa?"

Adit dan Maya saling pandang diiringi desahan berat. Keduanya tak menyangka pembicaraan emosional ini berujung dengan pembahasan yang sangat sensitif untuk anak usia sembilan tahun.

"Abang tenang aja, meski pun Mami sama Papi berpisah, Abang gak akan di suruh milih apapun kok. Abang tetep disini dan Papi bisa mengunjungi Abang kapanpun"

Mengalah.

Mungkin untuk saat ini hanya itu yang bisa Maya lakukan. Menyingkirkan seluruh sakit hatinya dan mulai mencoba berdamai dengan masa lalu, meskipun tak bisa dipungkiri, semua perlakuan Adit masih terekam dengan jelas dikepalanya, terutama saat Adit menalaknya dengan sadis.

Hanya untuk Arion.

Itulah alasan Maya legowo apabila kelak di kemudian hari ia akan seringkali melihat Adit di sekitarnya.

"Kita gak bisa tinggal bersama ya Mami?"

"Gak bisa Bang"

"Kenapa?"

"Karena Mami dan Papi sudah berpisah. Dan orang yang sudah berpisah haram untuk tinggal satu rumah"

"Kenapa begitu? Apa Mami gak bisa maafin Papi aja? Trus kita tinggal bareng lagi? Abang janji bakal ngawasin Papi biar gak nakal sama Mami"

"Bang... Gak semudah itu"

"Tapi Abang mau punya ayah kayak temen-temen Abang, Mi"

Sungguh diluar dugaan.

Permintaan Arion sangat sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa Maya mengulang kisah nya sepuluh tahun lalu, dengan Adit yang masih sama. Sangat tidak mungkin.

Oke, Maya akui hati nya sudah memaafkan tapi maaf bukan berarti bisa kembali bukan?
Lukanya memang sudah sembuh seiring dengan berjalannya waktu tapi bekas nya akan selalu ada dan menempel lekat pada tubuh Maya.

"Mami mohon jangan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain ya Bang. Mami gak mau ada iri dengki dalam hati abang"

"Kita bisa bersama kalau Mami mau ngasih kesempatan lagi sama Papi, Bang" Ucap Adit tanpa rasa bersalah.
Lelaki itu sudah paham bahwa Azwin lah yang disebut anaknya dengan sebutan 'Daddy' sebelum ini.

Dan itu pertanda bahwa Maya masih melajang dan belum menikah lagi.

"Kita masih bisa rujuk May"

"Maaf Dit tapi aku akan menikah"

.
.
.

14052023

Borahe 💙

Jangan lupa di komen ya gess 🤭

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang