Lelaki berbaju hitam, dengan jas warna serupa duduk dengan wibawa menatap pantulan proyektor yang sedang memperlihatkan hasil rancangan hotel yang sedang ia gadang gadang akan dibangun dalam waktu dekat.
Meneliti kembali lebih detail tentang rencananya untuk memperluas bidang bisnis yang sedang ia tekuni. Bisnisnya dipasar multimedia tidak diragukan lagi, aplikasi pintar yang dikembangkan guna untuk berbelanja tanpa harus datang ke toko sangat di gandrungi khalayak ramai, belum lagi aplikasi pemesanan aspek yang meliputi hiburan dan liburan, sangat berkembang pesat.
Hal ini membuat Adit akhirnya mengerahkan kemampuannya untuk tidak hanya berbisnis di bisnis yang tak kasat mata saja, ia ingin ada bisnisnya yang lain yang bisa saling menunjang.
Salah satunya dengan mendirikan Hotel.
Bisnis properti yang mungkin saja, di kedepannya nanti akan menyaingi bisnis sang ayah.
Ya, satu bulan semenjak perceraiannya dan perpisahannya resmi dengan Maya, Adit membuat dirinya semakin gila kerja.
Hampir semua waktunya ia habiskan hanya untuk memeriksa dokumen dan meeting dimana dimana.Mungkin benar memang, semua harus dialihkan agar pikiran tidak terlalu tertuju dengan sesuatu yang sudah hilang tapi bukan berarti akhirnya melupakan yang lain bukan?
Hidupnya kini hampir dua puluh empat jam pindah ke kantor. Apartemen yang sebelumnya menjadi tempat singgah, sudah tak pernah lagi Adit kunjungi dan itu cukup membuat Bagas khawatir.Guna mengantisipasi kegilaan Adit yang semakin menjadi, Bagas akhirnya semakin gencar mencari keberadaan sang kekasih bos nya itu. Ini semua Bagas lakukan hanya untuk membuat bos nya kembali ke setelan awal sebagai manusia.
Karena tak sedikit yang berpendapat "melupakan seseorang itu akan lebih mudah dengan menghadirkan seseorang yang baru"
Dan Bagas mencoba membuktikan apakah benar seperti itu. Tidak ada niat untuk mendukung, hanya saja ia merasa ini harus dilakukan.
Akan tetapi hasil penelusurannya sungguh membuatnya tercengang. Fakta besar yang akhirnya ia tau mungkin akan semakin membuat Adit menggila.
"Gas, ada apa? Ada masalah?" Tanya Adit sedikit memberi teguran pada Bagas yang sedari tadi terlihat melamun dan tidak menyimak pemaparan didepan.
Bagas tergagap saat Adit menatapnya dengan tajam, memberinya peringatan bahwa tak seharusnya ia seperti itu disaat sedang bekerja "tidak Pak"
"Fokus" Tekan Adit.
Anggukan kepala Bagas akhirnya membuat Adit menatap kembali layar didepannya.
Sampai akhirnya rapat mereka selesai dan berjalan lancar."Ada masalah apa lu sampek kayak gitu tadi?" Tanya Adit saat mereka sudah kembali keruangan CEO.
"Enggak ada"
"Yakin?"
"Yakin"
Hening. Tak ada percakapan lagi antara keduanya.
Namun Adit tau saat Bagas masih berdiri didepan mejanya berarti masih ada hal lain yang harus Bagas utarakan. Dan Adit sedang menunggu itu dengan berpura pura sibuk dengan berkas berkas diatas mejanya."Dit, hari sabtu lu bisa nemenin gue pergi?" Ucap Bagas sambil sedikit ragu. Tak biasanya sahabatnya itu berbicara dengan nada hati hati. Bagas yang Adit kenal, adalah Bagas yang tidak ragu dalam mengemukakan pendapatnya.
Bersandiwara layaknya orang yang sedang bekerja, Adit meletakkan pena yang ia gunakan barusan dengan pelan, lalu menatap wajah sang asisten sekaligus sahabatnya itu dengan tatapan tanda tanya "pergi? Tumben pingin gue temenin? Kemana?"
"Semua nanti gue yang urus" Ucap Bagas tak ingin memperjelas.
Kerutan kening jelas tercetak di wajah Adit. Lelaki itu menangkap keanehan dari Bagas. Memang Bagas sudah terbiasa mengurus semua nya sendiri tapi untuk menawarkan seperti ini cukup langka jadi tak salah bukan, kalau seandainya Adit penasaran?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"