70

2.6K 217 12
                                    

Berawal dari kekhawatiran nya terhadap Arion yang memang sudah tak memberinya kabar apapun, akhirnya membuat Maya mendatangi Adit di kantornya. Iya, di kantornya, bukan di rumah Bu Jihan seperti dugaan Bi Narti. Bukan tak ingin menjalin silaturahmi yang baik, ia hanya tak ingin mantan mertuanya itu salah paham dengan kunjungannya kali ini.

Maya cukup tahu kantor Adit masih tetap beroperasi meskipun di saat hari sabtu, namun hal itu tentu tidak menjamin bahwa sang pemilik kantor ada di tempat.

Sampai saat ia sampai di kantor Adit, bukannya mendapatkan akses masuk bertemu dengan Adit, yang ada resepsionis di kantor Adit malah mengusirnya karena tidak membuat janji terlebih dahulu.

Tak ingin terlalu mendapatkan penolakan yang lebih lagi, membuat Maya akhirnya meninggalkan kantor Adit sehening mungkin. Sejujurnya Maya bisa saja menghubungi Bagas dengan mudah karena ia memiliki nomor telepon genggamnya, akan tetapi hal itu tidak Maya lakukan, ia cukup sakit hati atas penolakan Bagas yang enggan memberitahu nya mengenai Arion. Sepertinya, lelaki itu sudah kembali menjadi antek-antek Adit dan menjadikan Maya orang asing, tidak peduli bagaimana hubungan keduanya sebelum Adit menemukan Maya beberapa bulan lalu.

Dan sepertinya, semesta tidak sedang mendukung pikiran Maya. Lelaki yang baru saja dipikirkannya menjadi kaki tangan Adit tiba-tiba muncul di hadapannya dan menghadang jalannya untuk keluar dari kantor mantan suami Maya ini.

"May... Kamu disini" Sapa Bagas ceria.

Bukannya menjawab pertanyaan Bagas, Maya malah mengambil jalan ke samping untuk menghindari tubuh Bagas yang memang tepat di depannya. Sejujurnya sapaan Bagas sedikit membuat Maya kesal. Bagaimana tidak, sahabat mantan suami nya itu seakan lupa bahwa beberapa kali ia menolak keinginan Maya untuk mengetahui keadaan Arion dan dimana anak itu berada.

Melihat Maya yang tidak bersahabat, lagi-lagi Bagas menghalangi jalan Maya. Mencoba membujuk wanita ini untuk mau berkomunikasi dengan baik bersamanya. Bagas bahkan mengimbangi langkah Maya yang ke kiri dan ke kanan, seperti sedang bermain permainan saat ia kecil "May... Kenapa? Aku ada salah?"

Sebuah pertanyaan yang akhirnya membuat langkah Maya terhenti, dan menatap Bagas dengan perasaan sinis "pikir aja sendiri"

"Oke, aku salah, aku minta maaf. Sekarang kasih tau kenapa kamu disini? Mau ketemu Adit?"

"Enggak. Salah tempat"

Jawaban Maya jelas tidak akan membuat Bagas percaya begitu saja. Maya bukan tipe orang yang akan hanya berkunjung untuk sekedar menyapa orang lain, terlebih untuk seorang Adit yang notebene adalah mantan suaminya yang sudah membuat hatinya tidak baik-baik saja.

Tak mau mendapat kebohongan yang lebih dari mulut sang mantan istri sahabat, dengan gerakan super cepat Bagas menarik pergelangan tangan Maya yang tertutup baju untuk mulai mengikuti langkahnya masuk kembali ke dalam gedung.

Hal itu sontak membuat Maya murka, berkali-kali ia menggerang sambil mencoba melepas tangannya dari cengkraman Bagas. Aksi keduanya yang sedang bergandengan tangan dengan peran wanitanya yang meronta cukup membuat beberapa orang berteriak heboh melihat itu.

Mungkin beberapa dari karyawan sudah mulai lupa akan status Maya dulu, namun tidak sedikit pula yang masih mengenalinya sebagai istri dari Adit, si pemilik gedung ini. Hal itu jelas saja membuat beberapa pegawai wanita disana berbisik-bisik membicarakan keburukannya yang berada dalam lingkup dia lelaki petinggi penuh pesona di kantor ini.

"Lepas Gas!!" Teriak Maya sedikit tertahan. Ia jelas tidak ingin semakin menjadi bahan perhatian orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekelilingnya.

"Enggak. Diem kalau gak mau tangan kamu sakit" Maya menatap Bagas tak mengerti. Pasalnya kelakuan Bagas cukup berbanding terbalik dengan sikapnya saat pertama kali mereka dekat. Kalau dulu lelaki ini tidak mau Maya sampai bertemu dengan Adit, lain halnya saat ini. Maya bukan wanita yang bodoh, yang tidak tau kemana ia akan di bawa, terlebih Maya cukup mengenali kantor Adit dengan baik.

Melihat Bagas menekan angka di pintu lift ke lantai dimana ruangan Adit berada, akhirnya membuat Maya mau tidak mau hanya diam mengikuti saja. Tangannya masih di tarik oleh Bagas meski ada lapisan baju yang menghalanginya, genggaman Bagas juga mulai mengendur saat keduanya sudah masuk kedalam lift dan Maya tidak lagi heboh.

"Apa alasan mu seperti ini Gas?"

"Tidak ada" Hanya itu jawaban Bagas, setelahnya lelaki itu tidak mau lagi menjawab pertanyaan Maya yang sedari tadi memaksanya untuk berkomunikasi.

Sampai pintu lift terbuka, raut wajah Bagas semakin mendingin. Dengan masih mengikuti langkah Bagas yang begitu lebar, Maya di tarik masuk ke dalam ruangan Adit tanpa ada salam sedikitpun.

"Dit... Selesaiin sekarang!" Ucap nya dingin.

Maya yang tadinya hanya menunduk kali ini menegakkan kepalanya guna melihat jawaban maupun reaksi Adit saat mengetahui keberadaannya. Namun bukan Adit yang terkejut dengan kedatangannya, yang ada malah sebaliknya, Maya lah yang di buat terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang.

Dari matanya, Maya dapat melihat Adit yang sedang mendongakkan kepalanya sambil menutup matanya, berdampingan dengan Pak Andika, mantan mertuanya. Entah apa yang terjadi yang jelas keadaan keduanya terlihat tidak baik-baik saja.

Pakaian keduanya seperti terkoyak, dengan lengan yang sudah tergulung sampai siku "ada apa ini Pak?" Tanya Bagas tidak mengerti situasi.

"Lu nyuruh gue nyelesaiin apa?" Tanya Adit dengan mata masih tertutup. Terlihat ada sedikit memar di pipinya sebelah kiri.

Sedangkan Pak Andika, terdiam menatap Maya. Ayah Adit itu bahkan mengusap matanya terburu begitu melihat mantan menantunya berada di kantor anaknya sendiri, karena yang beliau tahu, hubungan Maya dan Adit terputus begitu saja semenjak perceraian mereka.

"Maya?" Tanya Pak Andika begitu beliau sudah bisa mengendalikan dirinya.

"Apalagi sih Pa? Kenapa tiba-tiba bahas Maya?" Sampai ucapannya itu, Adit belum mau membuka matanya dan melihat sekitarnya.

"Diem kamu! Papa gak ngomong sama kamu!"

"Kayaknya anak Papa itu Bagas ya? Liat aja nada bicara Papa berubah kalau sama Bagas, sedangkan anak sendiri di hajar sampek begini" Ocehan Adit dengan mata tertutup masih berlanjut. Ia bahkan tanpa sadar membuka aib nya yang sedang bertengkar dengan sang ayah di hadapan Bagas dan Maya, yang sampai detik ini belum diketahui keberadaannya.

Pak Andika yang tadinya sudah marah pada Adit semakin di buat marah karena ucapan Adit yang semakin tidak tentu arah. Dengan kesabaran yang sudah menipis Pak Andika langsung menarik baju depan Adit, membuat lelaki itu sedikit tersentak dan mau tak mau menatap sang Papa bengis.

Mulut Adit sudah terbuka dan siap untuk mendebat sang ayah untuk kedua kalinya, hanya saja saat ekor matanya menatap sosok lain di belakang Bagas, mulutnya kembali terkunci dengan bola mata yang nyaris lepas. Adit tidak percaya ada Maya di dalam ruang kerjanya.

Keterkejutan Adit tenyata tidak hanya berhenti disitu. Keberadaan Maya yang tiba-tiba di hadapannya ini bukan apa-apa dibandingkan dengan tautan yang sedang Maya dan Bagas lakukan.

Bagas yang memang belum melepas genggaman tangan nya di pergelangan tangan Maya, mengerti kemana arah mata sang bos besar. Dengan sedikit salah tingkah Bagas melepas tangan Maya pelan.

"Ada perlu apa kamu kesini?" Pertanyaan dingin Adit cukup membuat Maya tersentak. Sejujurnya sejak semalam Maya sudah menyusun kata-kata umpatan yang memang ia tujukan pada Adit. Akan tetapi untaian kata itu menghilang begitu saja setelah melihat apa yang terjadi di hadapannya.
Wajah rupawan Adit penuh luka, bahkan pelipisnya sedikit mengeluarkan darah.

Masih terdiam mengamati keadaan Adit, Maya dan semua orang di dalam ruangan itu di kejutkan dengan bunyi nyaring ponsel sang CEO. Dengan tergesa Adit menggeser tombol hijau di ponsel pintar nya tersebut.

"Ada apa?" Masih dengan ekspresi dinginnya.

"..." Setelah mendengar jawaban orang di seberang, raut wajah Adit mendadak jadi kaku, dengan mata melotot sempurna, bahkan auranya terlihat menggelap.

"Bawa ke rumah sakit terbaik disana. Saya akan datang secepatnya"

"..."

"Tidak perlu, dia ada bersama saya" Ucap Adit sambil menatap Maya.

.
.
.

14072023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang