56

3K 228 4
                                    

"Mantan suami?" Ulang Prasetyo setelah mendengar Maya menyebutkan identitas lelaki di hadapannya ini.

Dengan mata laser nya, lelaki berprofesi sebagai dokter penyakit dalam itu memindai Adit dari atas ke bawah. Mengamati tiap jengkal tubuh Adit dan mulai menerka-nerka bagaimana sikap Adit dalam memperlakukan wanita selama ini "jadi?" Imbuh Prasetyo.

"Udah gak usah dipikir Bang, ayo kita harus ke bandara" Ajak Maya mulai beranjak dari tempatnya menuju mobil yang tadi sengaja tidak dimatikan oleh dokter laki-laki itu.

"Bandara?" Tanya Adit menghentikan langkah Maya, namun bukannya berbalik, wanita dengan status mantan istrinya itu hanya berhenti sejenak lalu meneruskan langkahnya kembali kedepan.

Berbeda dengan sikap Maya, Prasetyo malah menatap Adit dengan tatapan tidak suka "ternyata anda biang masalah nya" Ucap Prasetyo geram lalu meninggalkan Adit begitu saja.

Kemarahan Prasetyo jelas membuat Adit bertanda tanya, apa yang melatarbelakangi perubahan sikap dokter itu. Padahal beberapa saat lalu, lelaki yang baru Adit kenal itu sempat memberinya guyonan, namun saat Maya menyebutkan statusnya terlihat kemarahan yang mendalam.

Apa Dokter Prasetyo tahu bahwa misinya mengajak Maya rujuk?
Entahlah.

.

Tak ada percakapan apapun setelah kedua orang dewasa itu meninggalkan villa. Hanya celoteh Hawa yang bertanya ini itu saja yang menghidupkan suasana. Niat membuka obrolan tidak keduanya lakukan, mereka hanya sibuk dengan pemikirannya sendiri dan sesekali menimpali ocehan Hawa.

Sampai pada akhirnya, Hawa terlelap di kursi belakang, menyisakan Maya dan Prasetyo dalam diam.

"Jadi dia alasan mu meminta ku menikahi mu?" Tanya Prasetyo dengan nada penuh ejekan.

Kemarin memang Maya sempat membicarakan hal serius saat keduanya makan bersama. Maya bahkan meminta sesuatu yang menurut Prasetyo sangat janggal.

"Bang..." Panggil Maya saat mereka sedang enak-enaknya menyantap sopo dengan kuah kota khas lamongan itu.

"Hmm"

"Nikah yuk" Permintaan Maya itu jelas seketika membuat Prasetyo menyemburkan makanannya kembali ke dalam ke mangkuk.

Mata lelaki itu mendelik, namun tak urung tangannya terulur untuk mengambil tisu yang tak jauh darinya. Membersihkan mulutnya perlahan, dilanjutkan dengan membersihkan meja bekas semburannya, sambil mencoba menetralisir detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak sangat cepat.

"Ulangi" Titah Prasetyo pada Maya.

"Ayo nikah" Jawab Maya santai, akan tetapi matanya tak lepas dari lelaki di hadapannya tersebut.

Setelah memastikan bahwa pendengarannya tak salah, Prasetyo menegakkan tubuhnya lalu membalas tatapan Maya "kenapa tiba-tiba?"

"Kan itu mau Abang kan?"

"Iya mau ku, tapi itu dulu. Saat kita sama-sama terluka dan aku mengambil keputusan yang salah" Ujar Prasetyo.

Maya menghembuskan nafasnya pelan, lalu merebahkan punggungnya pada leher sofa yang ada di ruangannya. Matanya yang masih menatap Prasetyo mencoba menelisik maksud dari ucapan teman Azwin itu.

"Jadi Abang gak mau nikahin Maya?"

"May! Menikah itu bukan guyonan. Kita sudah pernah sama-sama gagal dan aku tidak mau itu terulang lagi"

"Maya minta maaf sudah pernah menolak Abang, tapi sekarang Maya serius"

"Sudah ada aku di hati mu?"

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang