45

4.1K 306 10
                                    

"Ayo pikirkan Arion"

Maya tersenyum tipis mendengar permintaan Adit.

Memikirkan Arion?

Bukankah harusnya itu yang Maya ucapkan pada Adit? Bukan sebaliknya. Kenapa jadi bertukar peran begini.

Apa Adit sedang membuat lelucon?

Harusnya mata Adit sudah terbuka bukan melihat Maya masih tetap merawat Arion meski mereka sudah berpisah? Tapi lelaki itu seakan menutup mata untuk semua yang sudah Maya perjuangkan.

"Abang ingin punya Ayah?" Tanya Maya mengacuhkan ucapan Adit.

Dengan segera Arion menganggukkan kepalanya cepat. Terlihat dari mimik wajah Arion yang menjadi terang begitu ia tau Maya mengerti apa yang Arion mau "iya Mami, Abang mau"

Maya menatap putra sulungnya dengan tatapan gundah.

Impian Arion yang Maya kira selama ini hanya berputar dari materi saja, mainan, liburan dan fasilitas yang memadai tapi ternyata itu semua tidak ada artinya, Arion memimpikan memiliki keluarga yang utuh. Bukan lagi Mami nya sendiri yang hidup bersamanya dan kedua adiknya tetapi ada sosok lelaki pemimpin yang bisa mengayomi nya.

Sulit memang untuk Maya memutuskan langkah mana yang akan diambilnya.

Ada banyak kemungkinan yang mungkin bisa membuat keduanya bahkan seluruh anaknya kesakitan. Kali ini Maya ingin mencoba menjalani hidupnya dengan tanpa menyesal.

Maya mau bukan hanya dirinya yang bahagia tetapi semua anak-anaknya. Ia sudah lelah berkorban, dan menutupi rasa sakitnya yang selama ini Maya rasakan sendiri. Membuat Maya berani mengambil resiko yang besar.

"Arion boleh tinggal bersama Papi"

Arion melonjak kegirangan saat apa yang Maya ucapkan memang sesuai apa yang bocah lelaki itu mau "Abang punya Papi, yeyyyy"

"Kamu serius May?"

"Hmm"

"Thanks May"

"Hmm"

Raut wajah Adit yang terlihat sangat bahagia tidak luput dari perhatian Maya.

Dengan berat hati Maya membenarkan tindakannya kali ini. Ternyata hanya mengembalikan posisi Adit sebelumnya sudah membuat Arion dan Adit bahagia bersamaan. Hal itu membuat Maya tak ingin lama-lama menjadi orang ketiga diantara Arion dan Adit.

Maya paham posisinya, dan mungkin sudah saatnya ia memberi ruang untuk keduanya lebih dekat selayaknya anak dan ayah sesungguhnya, agar ia tak banyak berbohong dan mendongeng lagi tentang sosok ayah pada Arion.

"Thanks Mami" Ucap Arion sambil mengecup pelan pipi Maya.

Diperlakukan oleh Arion sebegitu baiknya itu membuat Maya sedikit merasa nyeri. Ia menyadari, ada beberapa kebahagian Arion yang mungkin saja ia tak bisa mendampingi secara utuh meskipun Maya bisa menjadi ibu dan ayah dalam waktu yang bersamaan. Di lain sudut pasti akan lebih baik bila Adit lah yang mampu mengisi tempat itu, tempat ayah sebenarnya.

"Bang, boleh Mami bicara sama Papi berdua? Abang siap-siap pergi ke sekolah ya?" Tak ingin Adit salah paham akan keputusannya kali ini, Mata merasa keduanya butuh waktu berdua untuk membahas bagaimana kehidupan ketiganya nanti di masa depan dan pembahasan itu, tidak perlu Arion ketahui.

"Boleh Mami. Bye Papi, bye Mami"

Sepeninggal Arion, mata Maya menyisir halaman villa yang sudah hampir lebih dari delapan tahun ia tinggali.

Ada perasaan haru ketika mengamati satu persatu sudut yang menjadi saksi bagaimana ia bangkit dari rasa sakit yang diciptakan dari lelaki dihadapannya ini.

Terekam jelas, pertama kali saat kakinya menginjakkan halaman villa ini, membawa Arion yang tertidur dalam gendongannya seorang diri dengan tangan lain menyeret koper berisi perlengkapannya dengan bayi mungil itu.

Langkah awal kaki Arion dapat berdiri tegak sendiri juga menjadi cerita tersendiri di halaman itu. Bagaimana Arion berlari, bermain tanah serta bermain hujan menjadi memori yang tak pernah Maya bisa lupakan seumur hidupnya.

Merawat dan membesarkan anak hasil dari perselingkuhan mantan suaminya, menjadi tantangan tersendiri bagi Maya. Berusaha sekuat hati menahan diri agar tidak selalu menyalahkan Arion atas dosa yang Adit dan sahabatnya lalukan adalah hal yang tersulit.

Bayangkan saja, ia bukan wanita suci dengan hati bersih tiba-tiba harus memakai topeng Malaikat selama bertahun-tahun lamanya.

Lelah. Pasti.

Dan untuk itu, saat ini Maya ingin mengakhiri sandirawanya dan menjelma menjadi wanita biasa, wanita akhir jaman yang bisa mengeluh sakit dan lelah, yang bisa marah dan yang egois memikirkan dirinya sendiri demi kebahagiaan nya sendiri.

Bukan kah banyak diluar sana, statemen yang mengatakan 'bahagiakan diri mu sendiri, maka kamu akan membahagiakan sekitar mu juga' dan itu ingin Maya coba.

"Kamu serius kan May, ngasih aku kesempatan lagi? Lalu pernikahan mu?" Tanya Adit membuyarkan lamunannya akan kisah tragisnya.

Maya tersenyum sesaat sambil memandang Adit lalu membuang kembali pandangannya pada hamparan luas rumput hijau didepan villa.

"Kamu mau Arion punya Papi kan?"

"Iya?"

"Lalu dimana salahnya? Bukankah keputusan ku tadi sesuai keinginanmu?"

"Lalu pernikahan mu?" Lagi-lagi Adit menanyakan hal yang belum Maya jawab.

"Aku akan tetap menikah"

Adit menatap Maya heran. Lelaki itu tidak bisa mengerti kemana arah tujuan dari ucapan yang Maya ucapkan.

"Arion boleh tinggal dengan ku tapi kamu tetap menikah? Maksud kamu? Aku gak ngerti May, coba jelaskan lagi. Tidak mungkin kan, kamu akan bersuami dua? Aku gak akan mau"

Ungkapan penolakan yang Adit kemukakan itu membuat Maya tertawa kecil mendengarnya. Sejak kapan mantan suaminya itu menjadi dungu dan tidak mengerti kemana arah perginya percakapan keduanya? Padahal kemampuan bisnis Adit sudah tidak diragukan lagi, apalagi saat ia mencoba melobi klien yang beraneka ragam pasti selalu berhasil, tapi entah kenapa, kali ini Adit tidak mengerti apa yang Maya katakan? Padahal Maya tidak menggunakan istilah-istilah yang sulit dalam ucapannya.

"Sejak kapan seorang wanita boleh bersuami dua Dit?" Ucap Maya malas.

"Lalu maksud mu? Jangan hanya memberi Arion harapan palsu May, aku gak ingin Arion terluka"

Pandangan Maya kembali menatap inti dalam mata Adit. Bertanya-tanya, mengapa lelaki dihadapannya ini seakan mudah sekali berubah sikap.

Semalam saat keduanya bertemu Maya seperti melihat Adit di masa lalu tapi pagi ini, ia seperti melihat Adit versi lain. Selayaknya manusia biasa yang punya hati untuk bisa merasakan perasaan orang lain.

"Aku serius dengan ucapan ku, May. Aku ingin memperbaiki semuanya. Ayo memulai semuanya dari awal lagi dan mencoba saling menerima" Imbuh Adit.

Maya mendengar penuturan Adit dengan mata berkabut. Wanita itu seakan dejavu dengan apa yang Adit katakan.

Memulai baru?
Bukan kah dulu pembicaraan itu pernah terjadi juga?
Tapi lihatlah sekarang, tak ada perubahan apapun meski ia dan Adit sama-sama menyetujui itu.

"Aku gak bisa Dit"

"Untuk Arion"

"Aku hanya bisa mengembalikan Arion pada mu"

"Maksud mu?"

"Bawa Arion pergi dari sini dan tinggal bersamamu"

"May!!"

.
.
.

18052023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang