109

2.3K 181 5
                                    

Dan ya, tidak peduli seberapa berat prosesnya, akhir bahagia lah tetap yang menjadi tujuan utama. Bukan karena prosesnya tidak penting, namun semua luka akan mengering dan menghilang apabila dosis obatnya tepat.

"Abang mana?" Tanya Maya begitu ia hanya melihat Hawa yang turun ke meja makan seorang diri.

Seminggu setelah Arion di boyong untuk kembali pindah ke kota asal orang tuanya, hari ini merupakan hari pertama kakak beradik itu kembali masuk sekolah, di sekolah baru yang di harapkan tidak akan mendatangkan kasus yang sama dengan sekolah lama.

Sekolah internasional berbasis islami kembali menjadi pilihan Maya dan Adit menyekolahkan anak mereka. Bagi kedua orang dewasa itu, pondasi agama yang kuat akan menguatkan pula hati anak-anak mereka agar tetap memegang teguh islam sebagai pedoman hidup.

Pergaulan remaja yang sudah diambang batas di era yang tidak baik-baik saja ini lah yang menjadi acuan utama untuk membekali Arion dan Hawa ilmu agama. Masa lalu Adit mungkin saja bukan contoh yang baik untuk anak mereka, namun bukan berarti lelaki itu akan membiarkan anaknya mencontoh perilaku begajulan nya, oleh karena itu pemilihan sekolah tentu menjadi hal yang terpenting.

"Tuh" Jawab Hawa sambil mendatangi Kakek, Nenek dan ayah nya yang sudah lebih dulu duduk di meja makan, dan mengecup satu persatu pipi orang dewasa disana.

Arion pun melakukan hal yang sama dengan apa yang Hawa lakukan, meskipun bocah itu tidak mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya.

"Uang saku nya Mami taruk di tempat biasa Bang, nanti Adek nya di tungguin pulang nya ya? Pulang nanti di jemput Pak Ujang, kalau berangkatnya sama Papi, oke?" Ujar Maya.

"Untuk apa uang? Kan Abang bawa bekal" Jawab Arion santai.

Hawa yang mendengar itu, seketika berbinar "Adek aja kalau gitu ya jajan pakai uang Abang boleh?"

"Boleh"

"Abang memang Abang ter the best"

Bu Jihan dan Pak Andika seta Maya tertawa melihat tingkah Hawa, sedangkan Adit hanya menggelengkan kepalanya mendengar permintaan sang anak bungsu. Sebagai anak terkecil jelas Hawa tau betul keistimewaan yang ia dapatkan, termasuk menjarah jatah sang kakak yang memang tidak pernah memusingkan hal-hal itu.

Sedang Arion yang paham betul posisinya sebagai anak sulung, ia memperlakukan Hawa layaknya kakak yang akan selalu menuruti kemauan adiknya selagi hal itu masih wajar.

Tak ada yang berubah bahkan sampai dewasa Arion tetap memperlakukan Hawa layaknya adik kecil berumur lima tahun. Semua menjadi cerita tersendiri saat mereka beranjak dewasa. Bahkan saat keduanya sudah mulai bekerja, Arion tetap memprioritaskan Hawa diatas kepentingannya sendiri.

"Abang hari ini kerja sampai jam berapa?"

"Jam enam mungkin, kenapa?"

"Adek mau pergi sama Manda, anterin ya Bang?" Pinta Hawa.

Sikap overprotective yang Adit berlakukan pada Hawa tentu menghambat gerak sang anak, akan tetapi semua berjalan lancar begitu Hawa mendapat penjagaan dari Arion. Papi nya itu mempercayai kakak nya untuk menjaga Hawa dengan baik, sehingga apabila Hawa ingin sedikit terbebas cukup melibatkan Arion maka urusan semua akan beres.

"Kemana? Sampai jam berapa?"

"Ke panti asuhan ikut Manda bakti sosial"

"Oke, Abang tunggu di cafe deket sana nanti"

"Abang boleh ikut kok"

"Tumben"

"Ihhhh... "

"Kan biasanya Abang disuruh nungguin di tempat lain" Jawab Arion sambil menaik turunkan alisnya yang tebal.

Mendengar jawaban telak yang Arion berikan membuat Hawa sedikit meringis. Ia tak punya pembelaan apapun untuk itu, karena bagaimana pun Hawa kerap kali memperlakukan Arion seperti yang di ucapkan oleh kakak nya itu.

"Kan ini beda, ini bakti sosial Bang"

"Ohh kalau bakti sosial itu Abang nya boleh ikut? Tapi kalau jalan-jalan ke mall, Abang nya di suruh nunggu di tempat lain?"

"Yups, Abang betul sekali, karena kalau ke mall itu cewek-cewek suka gak nyaman kalau ada yang buntutin" Jawab Hawa terkekeh.

Arion tidak lagi membalas ucapan sang adik, lelaki yang berusia hampir dua puluh delapan tahun itu hanya mengusak pelan rambut adik nya yang tertutup dengan hijab panjang.

"Temen Adek hanya Manda aja ya?" Tanya Arion mencoba memecah keheningan di antara dirinya dan Hawa.

"Kenapa?" Tanya Hawa sedikit heran. Tidak biasanya Arion membahas pertemanan yang sedang ia lakoni. Abang nya itu memang terkesan dingin dan cuek tapi Hawa tak bisa menampik bahwa di balik itu semua Arion lah yang paling perhatian padanya setelah orang tua mereka. Namun, entah mengapa, pertanyaan Arion kali ini membuat Hawa terheran.

"Abang hanya kenal Manda aja"

"Kenal? Yakin?"

"Beberapa kali kita bertemu kan?"

"Tapi ngobrol?"

"Pernah, saat berkenalan pertama kali"

"Hanya itu kan?"

"Hemm"

Hawa menepuk jidatnya sendiri mendengar jawaban yang Arion berikan. Kepribadian keduanya memang terkesan bertolak belakang. Hawa dengan sifat riangnya, sedangkan Arion dengan sikap pendiam nya. Oleh karena sikap itu lah Arion kadang salah menafsirkan tindakannya sendiri.

Kalau Hawa beranggapan berkenalan itu selayaknya dua orang saling bertukar infarmasi, lain hal nya dengan Arion yang menganggap berkenalan itu cukup dengan menyebutkan nama saja, tidak peduli setelah nya tidak ada interaksi berkelanjutan.

"Bang... Jawab Adek ya Bang, Abang punya pacar gak?" Tanya Hawa.

"Enggak, kenapa?"

"Ada perempuan yang Abang sukai?"

"Enggak"

"Abang pernah sakit hati sama perempuan? Di tolak mungkin?"

"Enggak juga"

"Atau Abang punya sahabat cewek?"

"Enggak juga, kenapa sih?"

"Tapi Abang normal kan?"

"Maksud kamu?!"

"Ehh, bu-bukan begitu. Maksud Adek itu, Adek kan gak pernah ngeliat Abang jalan sama cewek, terus Abang juga nganggep perkenalan laki-laki dan perempuan itu hanya sebatas menyebutkan nama.. Jadi wajar dong Adek mempertanyakan kelelakian Abang"

Mendengar penjelasan Hawa akan spekulasi nya, membuat Arion menghela nafas berat. Tidak sedikit dari orang-orang disekitarnya menganggap berbeda dari kebanyakan laki-laki di luaran sana. Dengan pekerjaan tetap bahkan bisa di bilang, hanya ia lah yang menjadi tonggak bisnis di keluarga mereka, di tambah dengan tampang yang di atas rata-rata jelas membuat sebagaian orang mempertanyakan kelelakian nya yang sampai usianya hampir tiga puluh tahun tidak ada tanda-tanda apapun untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis nya.

"Abang hanya belum ingin. Lagian kalau Abang nanti menikah, Adek gimana?"

"Kenapa harus mikirin Adek? Nanti Adek akan cari laki-laki yang sama seperti Abang, yang bisa jagain Adek kayak Abang"

"Bawa laki-laki seperti itu ke depan Abang lebih dulu, setelahnya nanti Abang bakalan mikirin diri Abang sendiri"

"Tapi..."

"Dek, kamu gak perlu memusingkan hidup Abang. Abang hanya belum ingin terikat dengan siapapun. Ada Mami, Papi dan kamu yang harus Abang prioritaskan"

"Tapi Abang juga harus mikirin diri Abang sendiri"

.
.
.

08102023

Borahe 💙

Menuju end ya gess

Arion dan Hawa sudah pada gede nih, habis itu kita pindah lapak di "KARUNA" ya 🤭

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang