94

2.3K 216 4
                                    

Merengkuh tubuh Maya yang tadi sempat menguarkan hawa panas, membuat Adit tak bisa menyembunyikan senyumannya. Di peluknya tubuh yang lebih kecil daripada tubuhnya itu dengan sangat erat.

Kali ini ia benar-benar merasakan memiliki istri sesungguhnya. Amarah yang sempat Maya tunjukkan tadi, ternyata bentuk dari rasa khawatirnya akan keselamatan Adit. Hal yang mungkin tak pernah ia pahami di rumah tangga mereka sebelumnya.

"Sudah ya jangan marah-marah lagi, aku minta maaf, oke?" Ucap Adit sambil menyesapi aroma tubuh Maya.

"Iya tapi jangan di ulangi, Dit" Jawab Maya sambil mencengkram baju koko yang sejak tadi Adit pakai.

"Iya sayang..."

Reflek Maya memukul dada bidang Adit karena panggilan Adit yang tidak biasa itu selalu sukses membuatnya senam jantung. Tidak peduli seberapa kali pun Adit memanggilnya begitu, dadanya akan berefek yang sama.

Layaknya anak remaja yang baru saja menikmati romansa dengan lawan jenis. Maya pun merasakan hal yang tidak jauh berbeda. Ada perasaan marah, juga resah apabila bertemu dengan Adit.

"Aku sudah terlalu banyak membuang waktu selama ini ternyata" Imbuh Adit.

Maya yang masih dalam dekapan Adit menengadahkan kepalanya ke atas guna menanyakan maksud dari ucapan sang suami "maksudnya?"

Adit menatap balik Maya, dengan penuh senyum ia berkata "Aku tidak tau ternyata mempunyai istri semenyenangkan ini. Dikhawatirkan itu rasanya sangat nyaman. Terima kasih ya Sayang" Di akhir katanya, Adit kembali mencuri ciuman dari Maya, akan tetapi kali ini tempat bibirnya berlabuh berbeda. Bibirnya menempel sekilas pada bibir istrinya. Lelaki itu sudah tidak peduli respon Maya bagimana, ia hanya mencoba menunjukkan perasaannya yang selama ini ia tahan.

Kembali mendapat pukulan di dada, sama sekali tidak membuat Adit kesakitan, yang ada lelaki itu tergelak dengan senyum yang tak pernah padam "jangan mesum pada ku, Dit" Kata Maya memperingatkan.

"Siapa yang mesum Sayang? Cium doang loh"

"Dit..." Maya mulai menggeram. Wanita itu siap untuk marah jilid ke dua, akan tetapi belum sampai amarahnya keluar Adit lebih dulu membuatnya kembali melayang dengan ciuman di bibir yang lebih dalam.

Serangan tiba-tiba yang Adit lakukan, membuat Maya blank seketika. Hampir sepuluh tahun tidak melakukannya tentu membuatnya kikuk. Untungnya Adit paham, ia lebih dominan disini, sehingga Maya hanya mengikuti gerakannya saja.

Hampir lima menit ciuman itu terlepas. Keduanya berebut udara dan mencoba menormalkan kembali irama jantung mereka yang mendadak berdebar "kamu lupa caranya berciuman?" Tanya Adit tanpa sensor, membuatnya kembali mendapat pukulan di dada dan pelukan tiba-tiba. Wajah Maya memerah akibat malu yang tak tertahan saat Adit menanyakan hal lebih intim.

"Dit...." Rengek Maya.

Tawa Adit menggelegar mendengar protes yang Maya berikan. Wanita yang berstatus istrinya itu sungguh di luar ekspektasi nya dulu. Kalau dulu, Adit hanya akan mendapati Maya sebagai patner berdebat, lain hal nya dengan saat ini, Maya lebih lepas dari yang ia kira. Sama seperti wanita di luaran sana, Maya punya sisi manja yang mungkin saja beberapa tahun belakangan ini tak pernah ia munculkan.

"ganti dong panggilannya" Pinta Adit saat ia sudah bisa mengendalikan dirinya.

"Panggilan?"

"Iya Sayang... Masak aku udah manggil kamu sayang, kamu masih manggil aku, Adit sih, gak romantis banget sih istri ku ini" Di akhir ucapannya, dengan gemas Adit mengecup ujung hidung Maya.

"Liat aja nanti deh"

Jawabanan Maya cukup membuat Adit terdiam. Setelah banyaknya kontak fisik hari ini, sepertinya dinding yang Maya bangun belum sepenuhnya runtuh. Sepertinya memang Adit perlu usaha lebih agar tidak lagi ada batasan antara dirinya dan istri karena tidak mungkin bagi keduanya untuk terus menerus menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini. Dan usahanya akan ia mulai hari ini.

"Jalan yuk?" Ajak Adit lagi. Seakan lupa bahwa beberapa saat lalu ajakannya yang sama itu, sempat di tolak dengan sang istri, Adit tetap melancarkan aksinya.

"Lagi pingin rebahan di rumah aja. Kemarin seharian pasien ku rame banget" Lagi, lagi Maya menolak. Tidak ada kebohongan apapun dalam ucapakannya kali ini. Ia memang merasa lelah karena kemarin pasien di poli umum membludak akibat musim yang tidak tentu. Banyak anak-anak sampai orang dewasa mengalami sakit yang sama, bahkan beberapa harus Maya sarankan menginap di rumah sakit karena kondisinya yang cukup parah.

"Kamu menggoda ku?"

Kening Maya mengkerut sambil mencoba menelaah apa yang salah dari jawabannya barusan "menggoda apa sih? Aku ngomong sejujurnya itu"

"Itu rebahan?"

Astaga.
Maya tak habis pikir dengan pikiran Adit saat ini. Mungkin ini efek berkelanjutan akibat sikap mesumnya tadi, sehingga pikiran lelaki yang berstatus suaminya itu hanya tentang hal-hal intim saja.

"Pikiran mu perlu di cuci deh kayaknya Dit"

"Loh ada yang salah? Kan kamu yang mulai"

Mendengar tuduhan tak berdasar yang Adit layangkan padanya membuat Maya melepaskan diri segera. Ia paham, ia harus mulai waspada dengan Adit yang sepertinya menginginkan lebih dari hanya sebuah ciuman.

"Eiiisttt... Mau kemana? Tanggung jawab dulu" Cengiran ala ala om mesum jelas tercetak di wajah Adit. Sisi liat dari Adit yang lain ini membuat Maya bergidik ngeri. Meski dulu saat mereka melakukan penyatuan, Adit memang tidak menyakitinya, tapi tidak ada yang menjamin itu tidak berubah. Semua akan berubah bukan, meski hanya sedikit.

"Lepas Dit... Enggak mau" Maya meronta saat tubuhnya kembali menjadi sasaran dekapan Adit.

"Gak boleh nolak suami loh" Fakta akan hukum pernikahan yang ini, seketika membuat Maya terdiam. Apa yang Adit ucapkan memang tidak salah, tapi bukan berarti harus memaksa kan?

"Gak bisa memaksa dong. Enak aja udah gak nyariin selama ini, trus tiba-tiba dateng ngajak balikan, sekalinya di tolak eh langsung di nikahin paksa" Protes Maya.

"Aku nyariin kamu, Sayang. Serius. Cuma aku salah ngasih kepercayaan Bagas"

"Nyariin aku karena aku bawa anak kamu kan?"

"Ya Allah gak gitu. Sejak awal nikah aku itu kayaknya udah rasa sama kamu, cuma aku masih mengelak. Aku masih jalan sama Sella karena aku gak mau ngejilat ludah ku sendiri yang sempat bilang aku gak tertarik sama kamu. Tapi ternyata tindakan ku salah, perbuatan bejat kami membuat Arion ada dan kamu yang menyelamatkan nya"

"-- kamu tau, saat aku tau kamu dan Sella bersahabat dan Arion adalah anak ku, di tambah keberadaan mu yang gak bisa aku temukan, tidak peduli sebanyak apa detektif yang aku sewa, aku tetep gak bisa nemuin kamu"

"-- aku hampir gila May"

"-- tapi untungnya sebelum itu terjadi, kaki ku membawa ku datang ke rumah kita dulu. Di kamar yang pernah kamu tiduri itu, aku bermimpi bertemu dengan wanita yang wajahnya mirip dengan mu. Wanita itu hanya menepuk pundak ku tanpa berkata apapun. Mimpi itu berulang-ulang dan belakang aku tau bahwa itu adalah Mama mu"

"-- kamu tau kan, aku paling tidak bisa menolak orang tua terutama ibu, tapi meskipun begitu aku menyangkal mimpi itu. Sampai akhirnya Mama datang dan menyentil harga diri ku sebagai laki-laki"

"-- aku minta maaf kalau pernikahan ke dua kita masih dengan penuh paksaan, tapi jujur ini yang aku harapkan. Aku hanya mau kamu, May"

.
.
.

26082023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang