58

2.7K 268 17
                                    

"Papi gak kesini Mami?" Tanya Arion pada Maya ketika mereka sedang makan malam bersama.

Hembusan nafas lelah keluar dari mulut Maya. Pasalnya sudah tiga hari ini Arion selalu menanyakan keberadaan Adit yang mendadak pulang ke rumahnya tanpa berpamitan pada anak-anak nya.

"Kenapa sih Abang tanya Papi, Papi terus setiap hari. Adam bosen dengernya" Protes Adam yang berhari-hari jera mendengar Arion selalu menanyakan hal yang sama.

Tak jauh beda dengan Adam, Hawa juga sependapat dengan sodara kembarnya itu. Bagi bocah perempuan itu ada tidak adanya Adit tidak berpengaruh apapun untuk hidupnya karena dalam pikirannya tetap sama hanya Azwin lah yang menjadi Daddy mereka "sana cari sendiri" Omel Hawa.

Arion yang memang sudah gelisah sejak kepergian Adit tersulut emosi akibat perkataan kedua adiknya itu, membuatnya langsung meninggalkan meja makan tanpa sepatah katapun.

Maya yang melihat itu hanya pasrah. Disuruhnya kedua anak kembarnya itu melanjutkan makannya sedangkan dirinya menyusul anak sulungnya di kamarnya.

"Bang... Mami boleh masuk?" Sapa Maya di balik pintu bertuliskan 'Arion World'.

"Masuk Mami" Jawab Arion pelan.

Mendengar persetujuan Arion yang memperbolehkannya masuk, Maya mulai memulai knop pintu dan melangkah kedalam kamar sang anak.

Kamar Arion mempunyai ornamen unik di antara kamar anak-anak Maya yang lain. Seluruh dindingnya memang sengaja di cat putih, hanya satu dinding di atas ranjangnya saja yang diberi warna biru gelap serta diberi gambar replika bumi memenuhi dinding.

Rasa penasaran Arion tentang tata surya membuatnya mengaplikasikan imajinasinya pada kamar pribadi nya. Bahkan dulu Arion sempat merengek karena Maya menganggap itu terlalu mewah untuk anak berusia enam tahun yang baru saja dipisah tidur dengan adik laki-laki nya yang lain.
Akan tetapi kali ini, Maya menatap kamar yang menurutnya aneh itu menjadi kamar paling berkesan diantara kamar anak-anak yang lain.

Berjalan mendekati ranjang yang warnanya dibuat senada dengan gambar bumi di belakangnya, Maya seakan tercubit dengan posisi Arion yang tengah tertidur dengan meringkuk, lengkap dengan selimut yang menutupi sebagian tubuh kecilnya.

"Abang sakit?" Tanya Maya mulai duduk di pinggiran kasur Arion sambil mengelus pelan tubuh bocah itu dari luar selimut.

Arion yang memang sejak tadi belum tertidur, membuka matanya perlahan lalu menatap Maya sendu. Maya bisa melihat kesedihan kembali menghampiri Arion setelah sekian lama.

Kalau dulu Arion selalu sedih karena di bully tidak memiliki orang tua yang lengkap, sekarang ia bersedih karena ayahnya pergi tanpa ada kabar sedikitpun. Bahkan Zara dan Bagas yang baru tadi pagi juga kembali ke kota tempat tinggal mereka seakan diam, tak berniat memberi tahu apapun pada Arion atau Maya tentang kepergian Adit yang mendadak itu.

"Enggak Mami" Jawab Arion masih lirih.

Rasa sesak menghampiri Maya. Andai boleh meminta, ia tak ingin Adit menemukan keberadaannya apabila setelahnya hanya kesedihan lagi yang lelaki itu tinggalkan. Mungkin bagi Maya, pergi dan datangnya Adit sudah hal lumrah karena dulu saat masih berumah tangga sikap Adit pun tidak ada bedanya, hanya saja, semua itu menjadi lain cerita begitu Adit berhadapan dengan Arion. Rasanya semua kata manis yang sempat Adit ucapkan hanya angin segar yang berhembus sesaat, membuat Maya tidak bisa merubah persepsinya pada mantan suaminya berubah.

Adit tetap Adit.
Adit masih sama.
Dan Adit tak akan bisa berubah.

"Ada yang mau abang ceritain ke Mami?" Tanya Maya pelan.

Dengan nada sedih Arion mulai menceritakan apa yang membuatnya galau belakangan ini "Abang salah ya Mi kalau Abang kangen Papi?"

"Abang kangen Papi?" Tanya Maya tak percaya.

Arion menganggukkan kepalanya seraya bangkit dari tidurnya, sambil menatap Maya. Bagi Maya rasa rindu Arion cukup menjadi tanda tanya besar, pasalnya Arion menang belum banyak berinteraksi dengan Adit, namun nyatanya, kehadiran ayah kandung Arion itu cukup membekas dan akhirnya menumbuhkan rasa rindu di hati anak usia sembilan tahun itu.

"Siapa yang bilang begitu? Enggak dong, gak salah. Malah itu bener Bang, karena itu tandanya Abang sayang sama Papi"

"Tapi adek..."

Dengan mengusap punggung Arion, Maya mulai menjelaskan alasan apa yang membuat Adam dan Hawa selalu tidak suka apabila Arion membahas tentang ayah mereka "Mami minta Abang ngerti bisa? Karena Adam dan Hawa itu masih kaget kalau ternyata mereka punya Papi lain selain Daddy Azwin"

"Iya Abang ngerti Mi"

"Terima kasih ya Bang" Ucap Maya sambil mulai mendekap Arion.

Entah bagaimana kerjanya hati, harusnya setelah mendekap Arion, Maya akan lebih tenang apalagi mengingat Arion sungguh sangat luar biasa dan mau mengerti keadaan mereka, tapi hati Maya berkata lain, ia merasa ada yang tidak beres dengan anak sulungnya ini. Ingin rasanya Maya segera mempertanyakan firasatnya pada Arion, namun kali ini sengaja ia tahan karena ia ingin Arion sendiri yang memberitahu nya tanpa paksaan apapun, murni karena Arion menganggap bahwa Maya bisa ia percaya dan menjadi tempatnya untuk bersandar.

"Kalau ada apa-apa Mami siap dengerin cerita Abang jadi Abang boleh cerita apapun pada Mami, ya?"

"Iya Mami" Ucap Arion semakin menggeratkan pelukannya pada Maya.

Tak terhitung keduanya berpelukan berapa lama, tiba-tiba Arion menanyakan sesuatu yang membuat Maya semakin tidak habis pikir "boleh Abang telepon Papi, Mi?"

"Telepon? Untuk apa?" Maya belum bisa menerima fakta bahwa Arion menginginkan dirinya sendiri untuk dekat dengan Adit.

"Cuma mau tanya kapan Papi kesini. Mami pernah bilang kan kita bisa tinggal bersama?"

Daya ingat Arion patut diacungi jempol. Seakan ditagih, janji Maya pada Arion tentang hak nya yang bisa hidup bersama dengan ayah kandungnya dipertanyakan oleh bocah itu.

Bingung tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Maya hanya bisa memberi harapan palsu pada Arion "besok coba Mami cari tau ya Bang nomornya Papi berapa"

"Iya Mami, makasih"

"Abang ingin kita tinggal bersama?"

"Iya Abang maunya begitu tapi kalau gak boleh begitu ya..."

Arion tidak melanjutkan ucapannya. Anak kecil itu seperti sedang ragu dan ingin Maya menebak apa maunya karena ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan keinginannya seperti apa.

"Kalau gak boleh mau gimana Bang?" Tanya Maya penasaran dengan kelanjutan ucapan Arion.

Dengan gugup, Arion menatap Maya sambil menjawab pertanyaan yang Maya ajukan "ka-kalau gak boleh, biar Abang aja sendiri yang tinggal sama Papi"

"Tinggal sendiri? Maksudnya?"

"Mami sama adek-adek disini aja, Abang yang memenenin Papi disana. Kan kasian Papi sendirian sedangkan kita bareng-bareng gini? Jadi biar Adam Hawa yang jagain Mami, Abang jagain Papi ya?"

.
.
.

20062023

Borahe 💙

Ditunggu bintang dan komennya ya 😁
Karena banyak yang baca cuma lupa ninggalin jejak 🤭
Makthornya soalnya suka kalau dikomentari 😁

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang