90

2.9K 230 13
                                    

Tidak semua suka dengan kehadiran orang baru. Tidak sedikit dari mereka (wanita) lebih memilih untuk kembali dengan masa lalu yang menyakitkan, berdamai dengan itu dan memperbaiki semuanya agar tidak lagi sama mengalami yang sama.

Dan Maya adalah salah satu wanita itu.

Wanita yang memilih untuk tidak mundur meskipun ia berhak memilih apapun yang ia mau. Mundur atau tetap melanjutkan baginya sama saja karena sejatinya pernikahan bukan sesuatu untuk di permainkan, melainkan dijaga kesuciannya.

Mimpinya akan pernikahan sekali seumur hidup memang tidak bisa tercapai, tapi bukan berarti hidup dengan satu orang yang sama sampai di batasnya tidak bisa ia wujudkan.
Masih dengan orang yang sama, yang selama ini namanya masih terucap dalam doanya adalah jalan yang Maya pilih.

Mungkin kesalahan Adit bagi semua orang tidak pantas untuk di maafkan, tapi bukan berarti ia tak punya sisi baik dalam hidupnya.
Walaupun wanita pertamanya bukan Maya, tapi Maya tahu Adit bukan lelaki yang suka mengoleksi wanita. Saat dengan Sella pun, ia hanya menjalaninya dengan Sella tidak ada wanita lain selain Sella sampai Maya harus hadir dan menjadi orang ketiga di dalam kehidupan mereka.

Tapi kalau di pikir-pikir, jahat rasanya melabeli Maya dengan label orang ketiga karena sejatinya Maya lah yang datang dengan status lebih jelas ketimbang Sella yang hanya punya hubungan sebatas pacar saja. Dan selalu ujung dari semua yang sudah terjadi adalah sikap Adit.

Yang saat itu memilih membuat Mama nya sembuh dengan menikahi Maya tetapi masih mempertahankan hubungannya dengan Sella, bahkan sampai ada Arion.

Semua kisah itu sudah berlalu, tidak lagi perlu dipedulikan bagaimana perjalanan jauh mereka sampai kembali bersama. Air mata yang sudah menetes tidak lagi bisa di hitung saat itu bukan lagi prioritas keduanya.

Kehilangan satu mimpi bukan berarti tidak bisa membuat mimpi lainnya bukan?
Masih banyak hal yang bisa diperbaiki dan masih bisa dilakukan meskipun harus memulai semuanya dari awal lagi.
Tak papa, lebih baik mencoba daripada hanya berhenti dan menunggu keajaiban turun.

"Berkas-berkasnya mana May? Biar semua di urus sama Bagas" Ucap Adit ketika ia dan Maya sudah bisa menidurkan Hawa yang tadi merusak momentum di antara ayah dan ibu nya.

"Kenapa bukan kamu?"

Adit menghela nafas panjang, lalu menatap Maya sejenak "kalau aku yang mengurus semuanya akan lama, karena aku belum punya waktu saat ini"

"Oke. Nanti aku siapkan" Ucap Maya mulai berjalan ke arah meja makan kembali dan mendudukkan dirinya disana.

"Mau makan? Atau mau apa? Kenapa kesini bukan ke kamar? Ini hampir subuh, dan kamu belum istirahat sama sekali kan?"

"Kamu bagaimana?" Tanya Maya pelan namun masih bisa di dengar oleh Adit.

Harusnya detik itu juga Adit pergi dan kembali ke kota tempat nya bekerja. Akan tetapi ternyata, Maya masih punya banyak hal yang harus mereka diskusikan bersama, tentang mereka, tentang Hawa, termasuk keberadaan Arion, anak pertama Adit dengan perempuannya yang lain.

"Aku kenapa?" Tanya Adit.

"Kamu mau pulang malam ini juga?" Tanya Maya balik.

"Aku besok pagi ada meeting. Setelah kamu masuk kamar, aku akan pulang"

"Oke" Tidak ada bantahan apapun dan tidak ada sanggahan apapun dari Maya.

Wanita itu lebih memilih untuk diam, tanpa mengganggu aktivitas Adit yang memang di lihatnya sangat sibuk. Di hari yang sudah hampir pagi ini, lelaki yang sudah berganti statusnya menjadi suami sah nya kembali itu masih setia dengan kemeja kerjanya meski sudah tidak serapi tadi pagi pastinya. Lengan kemeja itu sudah terguling sampai siku, dia kancing di bagian dadanya juga sudah terbuka, tidak ada dasi ataupun jas yang terpakai. Adit hanya memakai celana bahan berwarna hitam dan kemeja senada.

"Kamu tidak ada niatan untuk memindahkan Adek sekolah? Setelah kejadian Kakak, dia pasti begitu terpukul kan?" Ujar Adit.

Helaan nafas dari mulut Maya terdengar cukup berat. Istri Adit itu masih berat apabila harus kembali membahas anak mereka yang sudah meninggal dunia "aku belum memikirkan sampai kesana. Sekalipun aku mau memindahkannya, aku belum mendapat refrensi sekolah mana yang cocok untuknya" Jawab Maya lirih.

"Nanti aku akan menyuruh Bagas untuk mengirim daftar sekolah terbaik disini pada mu. Kamu cukup memilihnya, setelah itu aku akan mengurusnya"

"Hmm"

"Ada lagi yang mau kamu bicarakan?"

"Arion? Apa dia tidak bisa pulang dan tinggal dengan ku lagi? Setidaknya menemani Adek nya agar tidak kesepian"

Kali ini Adit lah yang gantian menghela nafas. Sudah hampir tiga bulan ini Adit mencoba membujuk Arion untuk kembali pada nya. Mencari alasan apapun agar hati anaknya itu tersentuh dan mau hidup bersama kembali. Tapi tetap saja, sangat sulit bagi Adit untuk menembus kekeras kepalaan anak sulungnya itu. Arion masih marah padanya meskipun tetap menerima kunjungan Adit.

"Nanti aku coba untuk membujuknya lagi. Aku juga ingin dia tinggal dengan ku secepatnya. Setidaknya sebelum dia baligh"

Kening Maya berkerut, mendengar alasan Adit "baligh? Apa hubungannya dengan itu?"

"Bukan kah lebih baik aku yang mengajarkan dia tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan remaja? Aku tau, aku memang bukan contoh yang baik untuknya. Mungkin Bang Azwin bisa lebih baik mengajarinya daripada aku, tapi jujur aku ingin menjalankan tugas ku sebagai seorang ayah pada anak laki-laki nya, Mau"

Maya tentu paham akan hal itu. Adit pasti tidak ingin Arion bersikap seenaknya pada wanita, tidak seperti dirinya yang pernah menyakiti Maya dan berujung dengan penyesalan yang tiada habisnya.

"Aku mengerti"

"Ya sudah istirahat lah. Aku pergi dulu ya" Entah sudah berapa kali Adit pamit untuk kembali, tapi sejak tadi istrinya itu tidak menjawabnya dengan benar.

Perintah Adit untuk segera memejamkan mata, tak di gubris oleh Maya sejak tadi. Wanita itu seakan sibuk dengan pikiran nya sendiri.

"Ada apa hmm? Ada yang mengganggu pikiran mu? Katakan? Aku masih punya waktu dua jam kedepan" Akhirnya Adit mengalah. Ia rela tak memejamkan mata dengan nyaman di atas kasur empuk, sebelum bertemu klien pagi nanti pukul tujuh pagi. Memilih untuk tidur di mobil yang tengah berjalan baginya tidak terlalu buruk juga daripada harus meninggalkan Maya dengan otak yang penuh.

"Kamu kapan datang lagi?" Sebuah pertanyaan yang tak pernah Adit sangka datangnya. Adit kira ia harus bekerja lebih keras untuk menaklukkan Maya kembali, tapi ternyata keberadaan nya di harapkan oleh wanita nya itu.

"Belum tau. Aku akan coba menyelesaikan semuanya secepatnya"

"Berapa lama?"

"Mungkin seminggu, atau mungkin lebih" Jawaban Adit membuat raut wajah Maya kusut seketika. Ternyata tak suka dengan jawaban yang Adit berikan "kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Imbuh Adit.

"Enggak. Sudah pulang sana, aku ngantuk" Ucap Maya sambil mulai beranjak, tanpa memikirkan perasaan Adit yang mencoba mencerna sikap Maya padanya.

"Kenapa? Kamu butuh apa? Katakan, sebisa mungkin aku akan turuti"

"Aku ingin datang ke Arion"

Adit tertunduk lesu mendengar jawaban Maya. Hatinya terlalu percaya diri, berharap Maya mengharapkan kehadirannya. Padahal ia tahu betul menerima pernikahan mereka yang mendadak ini butuh banyak waktu. Malam ini saja merupakan keberuntungan bagi Adit, karena Maya mau mengajaknya diskusi dalam banyak hal.

.
.
.

17082023

Borahe 💙

Yookk komen yookk

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang