29

3.9K 243 8
                                    

Apakah kamu tau patah hati paling sakit itu apa?
Yaitu saat hatimu sudah mulai yakin dengannya tapi sikapnya mematahkan keyakinanmu.

Dan pelakunya selalu manusia,
Manusia kadang berekpektasi tinggi terhadap sesuatu dan ketika realita itu tidak sama dengan apa yang menjadi harapannya, dititik itu manusia akan sadar bahwa apa yang ia lakukan sudah terlalu jauh.
Ego, gairah dan hawa nafsu manusia sulit melawan sesuatu yang kadang bertolak belakang.

Dan aku akui, aku salah satunya.

Mungkin kalian membenci ini tapi kenyataannya memang aku salah. Itulah yang akhirnya membuat ku memilih pergi dan menutupi semua yang terjadi karena aku tak ingin kepergian ku nantinya akan menyisakan masalah baru.

"Maya meminta Mas Adit menceraikan Maya, Ma dan satu bulan yang lalu Mas Adit sudah menjatuhkan talaknya Ma..."

"May!!" Teriak Adit sambil menatap ku tajam.

Apa yang aku katakan ini memang tidak ada didalam diskusi kami. Terakhir kali Adit hanya menyetujui bahwa aku lah yang akan memberitahukan perceraian kami pada kedua orang tuanya.

"Apa-apaan kamu!! Duduk!! Dirumah ini yang boleh berteriak hanya Papa. Duduk!!" Kata Papa tak kalah keras. Papa mulai tersulut emosi akibat ucapan Adit yang memang menggema dirumah ini.

Untung saja Zahra tidak sedang berada dirumah. Sudah dipastikan kalau saja Zahra ada disini, ia yang akan menjadi orang pertama yang menangis tiada henti.

"Pa... Maya bohong. Mas yang menceraikannya bukan dia yang minta"

Papa Yusuf menatap Adit bengis. Tangannya menggenggam kuat seakan sedang menahan diri agar tidak sampai memukul anaknya sendiri "Papa gak peduli siapa yang meminta cerai atau siapa yang menceraikan! Karena apapun jawabannya, kalian tetap bercerai bukan?!"

Sebuah pernyataan yang akhirnya menamparku. Bagaimanapun aku beralasan, mencoba menjaga hubungan Adit dan kedua orang tuanya, hal itu tidak akan berarti apapun karena akhir cerita kami akan tetap sama yaitu BERCERAI.

Adit dan Papa membanting bobot nya kembali ke kursi yang tadinya mereka tempati. Hawa panas yang tadi mendera ruangan itu tiba tiba hilang dan berganti dengan hawa dingin yang membuat tubuh menggigil.

Ya, alasan tangan ku sampai bergetar tak lain dan tak bukan, Mama Jihan.

Sedari tadi tak ada satu suara pun yang keluar dari mulut beliau. Tak ada niat mempertanyakan atau menegaskan fakta yang baru saja ku ungkap. Hanya saja dari ujung mata Mama sejak tadi tidak berhenti mengalir air mata.

Kami semua disini sedang tidak baik baik saja.

Aku dengan status ku yang baru, yaitu janda. Adit dengan statusnya yang baru yaitu duda. Serta dua orang tua yang akan merasa gagal mendidik anak dan menantunya agar mengikuti jejak keduanya menikah satu kali seumur hidup.

Menikah memang sulit, apalagi semua dilandaskan dengan terpaksa tapi itu semua bukan berarti tidak bisa di ubah bukan?

"Apa masalahnya?" Tanya Mama Jihan sambil menyeka matanya yang mulai membengkak.

Sakit rasanya mendengar Mama masih bisa bertutur lembut pada ku dan Adit. Ada rasa bersalah disudut hati ku saat menyadari, kami hanya mempermainkan hati orang tua kami saja. Harusnya semakin kami tua, kami bisa membahagiakan mereka. Nyatanya, semakin tua, kami semakin menjadi anak anak.

"Adit selingkuh" Ucap Adit mengakui dosanya.

Plak!!!

Satu tamparan hadiah dari Papa bersarang di pipi tampan mantan suami ku itu.

Mata ku terpejam mengunggu umpatan apalagi yang akan keluar dari Papa Yusuf. Aku terlalu takut menolehkan kepala ku kearah keduanya yang sudah berhadapan.

"Papa gak pernah ngajarin kamu untuk jadi lelaki brengsek ya Dit!!"

"Adit minta maaf Pa"

"Percuma kamu minta maaf saat ini, semua gak akan bisa kembali! Sekarang Papa tau alasan kenapa kalian tidak mau pernikahan ini diketahui publik. Ya, karena ada bangkai yang harus ditutupi"

Nafas Papa masih memburu. Sepertinya akan banyak cacian yang kami dapatkan, terutama u tuk Adit. Akan tetapi, itu semua tidak sampai terjadi karena Mama menjalankan perannya dengan baik. Hanya meraih tangan Papa untuk digenggam, otomatis emosi Papa mereda.

Harusnya seperti itu bukan gambaran masa depan ku?
Sayangnya, rumah kami sudah roboh sebelum tangan kami bisa terpaut.

"Apa bener ya di bilang Mas Adit, Sayang?" Tanya Mama Jihan pada ku. Tangannya yang bebas menggenggam tangan ku yang masih bergetar.

Wanita yang tak muda itu meminta ku menatap matanya dan mulai menjawab apa yang beliau tanyakan "Maya yang salah sejak awal Ma. Maya yang jadi orang ketiga dihubungan Mas Adit"

"Perempuan itu masih sama?" Kini giliran Adit yang mendapat pertanyaan dari Mama.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Adit, namun kepalanya mengangguk pelan membenarkan apa yang Mama tanyakan.

"Maafkan Mas Adit ya Sayang sudah menyakitimu sejak awal. Tapi terlepas apapun itu, yang salah tetap Mama. Mama yang meminta kalian menikah tanpa peduli perasaan kalian masing masing" Ditariknya pelan udara disekitar kami, lalu beliau hembuskan perlahan.

Aku tau, pasti sulit menjadi Mama. Anak lelakinya menyakiti anak orang lain tapi melepas begitu saja, anak yang sudah dikandungnya itu juga pelik.

Akan selalu ada maaf untuk anak dari orang tuanya.

"-- ingin rasanya Mama meminta Mas untuk menarik kata kata itu tapi Mama juga tau, tetap bertahan akan lebih saling menyakitkan. Dan Mama gak rela kalau anak Mama menyakiti Maya lagi"

"Ma..." Panggil ku pelan sambil memeluk kaki Mama yang ada dihadapan ku.

Elusan lembut khas seorang ibu, aku terima di pucuk kepala ku. Tangis ku semakin menjadi, kala aku tersadar setelah ini aku akan kehilangan sosok dan belaian lembut ini. Tak ada lagi yang bisa ku panggil Mama dan tak ada lagi pengganti surga ku yang lebih dulu ke surga.

"Maafkan Mama ya Sayang. Mama tau terlalu banyak Mama menyakiti Maya. Mama banyak menuntut Maya untuk jadi seperti yang Mama mau, terutama soal keturunan, maafkan Mama"

"-- Mama tak pernah membenci Arion, hanya saja Mama perlu waktu untuk menerima kehadirannya. Mama terlalu takut dia mengambil semua kebahagianmu dan membuat mu lupa kalau kamu masih bisa berusaha. Maya, anak Mama bukan wanita mandul, suatu saat kamu akan merasakan bagaimana indahnya mengandung dan melahirkan jadi jangan pernah merasa kecil ya Sayang"

"-- dan karena Mama teramat menyayangi Maya. Detik ini juga Mama ikhlas, Mama ridho dengan perceraian kalian. Mama akan selalu berdoa semoga Maya selalu bahagia di manapun dan dengan siapapun. Kalau nanti ada yang nyakitin Maya, pulang kesini Nak, sampai kapanpun Maya anak Mama"

Sakit. Sangat sakit.

'Maya pergi Ma... Pa...'
'Aku pergi Dit..'

.
.
.

26032023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang