41

4.3K 294 14
                                    

Perasaan Adit campur aduk ketika Maya memintanya menunggu di luar rumah. Sejak tadi ia memang memaksa Maya untuk menjelaskan semuanya, tidak peduli dengan keberadaan tiga bocah yang juga penasaran pada sosok laki laki dewasa yang mendadak menyatroni rumah mereka.

Kilatan bayangan masa lalu mendadak terputar di kepala Adit.

Banyak yang berubah.

Hal itu bisa langsung Adit ketahui dari sikap dan raut wajah Maya saat pertama kali mereka bertemu.

Belum lagi misteri bagaimana bisa Maya tinggal di villa milik sang Papa cukup membuat Adit berpikir keras. Presepsi akan Papa dan Mama nya yang ikut andil dalam hilangnya Maya cukup membuatnya geram.

Lamunan Adit buyar saat matanya menatap sorot lampu mobil sedang mendekat kearahnya. Ia tau siapa pemilik mobil tersebut, tak lain dan tak bukan adalah sang asisten pribadi Bagas, tapi Bagas tidak sendiri ada Zara yang duduk disamping tempat duduk kemudi.

"Mas..." Panggil Zara mendekat, sedangkan Bagas berjalan tergesah menghampiri Adit "ngapain lu disini? Kita ke hotel sekarang" Ajak Bagas.

"Enggak gue harus disini, disini ada Maya, Gas"

"Gue tau, jadi please jangan disini"

Mimik muka Adit mulai mengeras, nafasnya memburu, dan raut wajahnya memerah. Dengan sekali gerakan ia menarik krah baju Bagas penuh emosi "apa lu bilang? Lu tau? Jadi selama ini lu tau Maya disini? Dan lu gak bilang sama gue? Brengsek emang"

Brukkk...

Satu pukulan mengenai pipi kanan Bagas. Zara yang melihat sang kakak kalap mencoba memisahkan keduanya, akan tetapi usaha nya sia-sia karena tenaga Adit lebih besar dari tenaganya.

"Zara bilang berhenti Mas" Pintanya sambil menangis.

Pak Amir yang melihat keduanya berkelahi, buru-buru melerai nya "sudah Mas stop! Di villa ini ada anak-anak jadi tolong kalau berkelahi diluar saja"

Mendengar kata "anak" di ucapkan oleh Pak Amir, seketika rengkuhan Adit terlepas begitu saja membuat Bagas sampai terjungkal akibat ulah laki laki yang menjadi bos sekaligus sahabatnya itu.

"Tunggu perhitungan gue!" Ancam Adit pada Bagas.

Zara yang sedang membantu Bagas berdiri menatap kakaknya penuh tanda tanya. Ia  paham Adit memang berhak marah saat ini akan tetapi tindakannya memukul Bagas jelas tidak akan menyelesaikan masalah apapun.
Pasalnya selama ia hidup dengan Adit sedari kecil, Zara hampir tidak pernah melihat Adit menggunakan kekerasan meskipun dalam keadaan marah sekalipun. Melihat itu membuat Zara akhirnya menyadari bahwa Maya lah, alasan terbesar Adit kalap.

Mas Adit sudah mencintai Mbak Maya?

Berkali kali pertanyaan itu muncul, meski tak bisa di pungkiri, pasti ada peran Arion di dalam nya. Iya, Adit selalu mengatakan pencariannya hanya untuk mencari Arion dan Arion pasti bersama Maya, oleh karena itu Maya lah yang akhirnya di cari oleh Adit.

Tak selang berapa lama setelah kejadian penyerangan Adit terhadap Bagas, pintu utama villa yang beberapa saat lalu Maya tutup karena ia harus mengkondisikan anak-anak nya, tiba-tiba terbuka.

Semua mata seketika menatap Maya dengan tatapan yang sulit diartikan. Maya hanya bisa berdiri di tengah-tengah pintu sambil menatap orang-orang yang sudah menunggunya di luar.

Grap.

Zara berlari masuk kedalam pelukan mantan kakak iparnya itu. Tangannya memeluk erat tubuh kurus Maya disertai sudut matanya berembun. Ia rindu dengan wanita yang pernah dinikahi kakaknya itu. Meski tanya banyak waktu yang dihabiskan oleh keduanya tapi kehadiran Maya cukup membuat Zara nyaman karena sedari dulu Zara memimpikan punya kakak perempuan.

"Zara kangen Mbak" Cicit nya pelan tapi masih dapat didengar oleh semua orang disitu.

"Apa kabar Cantik?" Hanya kata itulah yang bisa Maya ucapkan. Bahkan pelukan Zara pun tak Maya balas. Bukan karena tak rindu, tapi Maya paham bagaimana harus membatasi dirinya sendiri agar tak terlalu jauh lagi masuk kedalam keluarga mantan suaminya. Ia tak ingin nantinya sikapnya disalah artikan oleh keluarga Adit.

"Zara baik Mbak. Mbak kemana aja? Kenapa Mbak pergi?" Tanya Zara sambil mulai mengurai pelukan keduanya.

Untuk pertanyaan Zara kali ini, Maya enggan menjawabnya. Ia hanya tersenyum tanpa mau repot repot menjelaskan bagaimana keadaannya delapan tahun lalu. Rasanya terlalu sakit untuk membuka kembali bagaimana perjuangan nya kala itu. Maya bahkan sudah mencoba melupakannya agar nanti, apabila moment bertemunya dengan Adit kembali seperti saat ini, cerita masa lalunya tak menghambat nya untuk memaafkan Adit. Hanya memaafkan, meski tak bisa di pungkiri masih ada bekas luka yang tertinggal.

"Pak Amir tolong siapkan paviliun untuk tamu laki laki. Untuk Zara biar tidur didalam villa dengan saya" Titah Maya.

"Baik Bu" Jawab Pak Amir mulai beranak dari tempatnya berdiri ke paviliun yang Maya maksud. Paviliun yang terletak disebelah bangunan utama.

Sepeninggal Pak Amir, keheningan menyelimuti mereka. Tak ada satupun dari ketiga tamu tersebut yang berani mengeluarkan suara. Adit yang sedari tadi terlihat menahan amarah memilih menatap Maya dengan tatapan tajam. Sedangkan Zara menatap Maya dengan tatapan rindu, ia bahkan tersenyum kecil melihat mantan kakak iparnya berada di hadapannya. Berbeda dengan kakak beradik itu yang berani menatap Maya, lain hal nya dengan Bagas yang malah membuang pandangannya pada taman yang ada didepan villa.

"Gas, obati lukamu" Ucap Maya mencoba membuka percakapan dengan sahabat Adit itu. Maya paham pasti banyak hal yang akan Bagas ucapkan untuk membela dirinya, akan tempat persembunyian Maya yang bisa Adit temukan ini, tapi Maya sedang tak ingin membicarakan itu saat ini, oleh karenanya bahasan itu Maya hindari.

"Sorry May tapi bukan gue yang ngasih tau" Cicit Bagas menyesal.

Mendengar panggilan Bagas pada Maya yang sudah berubah tanpa ada embel-embel 'Bu' didalamnya, serta bahasa santai yang Bagas pakai, hal itu membuat Adit kembali di liputi emosi. Sampai-sampai Adit mencengkram tangannya sendiri hingga buku-buku tangannya memutih.

"Gak Papa, obati luka mu secepatnya" Kata Maya dengan senyum tipisnya.

Bagas paham itu bukan sebuah perhatian yang Maya berikan padanya, namun Maya sedang mengusirnya secara halus agar bisa segera berbincang dengan Adit.

Tak sampai disitu, tak hanya Bagas saja. Target berikutnya adalah Zara. Zara adalah orang yang beruntung karena ia yang diberi akses oleh Maya untuk masuk kedalam tempat persembunyian selama ini "kamu bisa tidur di kamar depan ya Ra"

"Iya Mbak, Makasih ya, Zara masuk dulu" Zara yang memang sudah mengenal seluk beluk villa ini, masuk kedalam villa tanpa ada kendala apapun, meninggalkan sang kakak dengan mantan kakak iparnya berdua di teras villa untuk berbincang bedua

"Silahkan duduk" Ujar Maya dingin.

Sejujurnya, ia membenci situasi ini. Bertemu lagi dengan orang yang sudah menyakitinya delapan tahun lalu cukup membuatnya menyadari bahwa setelah ini akan ada masalah baru yang akan datang menghampirinya lagi. Sudah dipastikan hidupnya tak akan tenang begitu berurusan dengan sang mantan suami, yang memang terkenal bisa melakukan apapun.

Keduanya duduk bersebelahan dengan meja sebagai pemisah nya didepan villa, ditemani dinginnya udara dan pekatnya malam. Sejak tadi Adit tak mengalihkan pandangannya pada wanita yang pernah ia nikahi itu, rasanya ada ketakutan tersendiri Maya akan kembali menghilang begitu ia mengalihkan pandangannya dari wanita itu.

"Ada apa?" Tanya Maya.

"Ayo kembali" Pinta Adit.

Maya menolehkan kepalanya dengan cepat mendengar permintaan gila Adit. Bukankah di masa lalu lelaki itu melepas nya? Lalu saat bertemu lagi, bahkan baru beberapa jam yang lalu, kemudian lelaki itu meminta nya untuk rujuk? Bukan kah Adit sudah gila? Maya benar benar tak habis pikir dengan keterkejutan nya hari ini.

"Segampang itu ya Dit? Kamu masih ingat kan, kalau kamu yang meceraikan ku?"

"Aku melakukan ini untuk Arion"

.
.
.

07052023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang