Sesuai dengan janji Adit yang akan membawa Maya menemui Arion. Keesokan paginya lelaki itu gantian memberikan kejutan pada sang istri dengan keberangkatan mendadak mereka ke ibu kota.
"Mas katanya dua hari lagi? Kok sekarang? Bagas katanya libur dulu" Tanya Maya begitu keduanya selesai sholat subuh.
Adit menatap Maya dari sofa tempatnya duduk lalu menepuk tempat di sampingnya yang kosong, memberi isyarat agar ibu dari anak-anak nya itu mendudukkan dirinya di sebelahnya "kenapa mendadak?" Tanya Maya lagi begitu keduanya sudah baris bersebelahan.
"Lebih cepat lebih baik" Ucap Adit asal.
Maya tentu protes dengan jawaban sang suami itu "Mas yang bener atau aku gak nyiapin apapun untuk kita pergi" Ancam nya.
"Emang mau menyiapkan apa Sayang? Kita pergi pagi dan pulang dengan penerbangan terakhir kok"
"Tapi kasian Adek kalau begitu. Kita menginap di rumah Banag Azwin aja ya"
"Kamu mau sekalian liburan? Ya udah kita ke hotel tapi hanya semalam ya Sayang, Mas gak bisa nahan Bagas lama-lama" Ucap Adit mengalah. Sejujurnya, ia teringat dengan janjinya pada Bagas yang akan menyelesaikan semuanya sehari, akan tetapi sepertinya janji itu harus di perbaharui apabila Maya menginginkan hari tambahan untuk mereka pergi.
Kening Maya sedikit berkerut ke dalam mendengar jawaban dari Adit, wanita itu ingin memprotes mengapa mereka harus berdiam diri di hotel daripada menginap di rumah Azwin, namun belum sampai Maya memprotes, ketukan di daun pintu kamar sang suami mengintervensi nya "Mami... Papi... Buka pintunya" Teriakan Hawa membuat Adit dan Maya saling melempar senyum. Sepertinya Adit harus membiasakan diri dengan gangguan sang anak apabila mereka tinggal bersama.
Adit menutup laptopnya, dan memberikannya pada sang istri lalu mulai berjalan ke arah pintu kayu itu. Senyumnya melebar begitu melihat wajah cemberut sang anak dengan tangan mungilnya di pinggang "Hai tuan putri, ada yang bisa di bantu?" Guyon nya.
Akan tetapi, bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, Hawa malah menerobos masuk kamar orang tuanya itu dengan hentakan kaki yang dibuat agar terkesan marah "Mami..." Rengek nya begitu berhasil menemukan sang ibu.
"Apa Dek?"
"Kenapa Mami malah di kamar aja? Kenapa lama buka pintu nya?" Protes Hawa.
"Ini nemenin Papi kerja" Jawab Maya sambil mengangkat laptop Adit.
"Papi udah besar, ngapain pakai di temenin segala"
Tawa Adit seketika meledak mendengar penuturan anak bontot nya itu, sepertinya setelah ini ia harus membiasakan banyaknya protes yang akan anak-anak nya layangkan begitu mereka merasa perhatian sang ibu mulai terbagi dengan sang ayah.
"Kenapa Papi ketawa? Adek lagi marah loh"
Mencoba menahan tawanya, Adit mendekat sambil mengangkat tangannya di atas kepala, menyerah "oke, oke, maaf Papi salah"
"Jangan di ulang lagi Papi, Adek gak suka"
"Maaf Tuan Putri" Ucap Adit sambil mulai mengangkat tubuh Hawa tinggi-tinggi.
"Papi... Hahaha" Teriak Hawa begitu merasa tubuhnya membumbung tinggi ke atas.
Setelah puas membuat anak bungsunya terbahak-bahak, Adit mendudukkan dirinya di sofa, bersebelahan dengan Maya yang masih melihatnya dengan senyum merekah nya.
"Adek siap-siap ya, minta tolong sama Tante atau Nenek untuk bantu, kita pergi jemput Abang"
"Ayo Mami bantu" Kata Maya sambil mulai meletakkan komputer tipis sang istri di meja yang berada di dalam kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Storie d'amore"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"