33

4K 242 5
                                    

"Sewa detektif terbaik untuk mencari keberadaan Maya ya Gas" Titah Adit saat keduanya baru saja keluar dari rumah Azwin.

Bagas yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya lalu masuak kedalam mobil dalam diam. Adit yang menyadari sikap aneh asistennya itu segera menanyakan apa yang terjadi.

"Gak papa Pak" Jawab Bagas singkat.

"Lu capek gue suruh suruh?"

"Enggak, siapa bilang?"

"Terus kenapa dari tadi gak ada respon?"

"Gue cuma mikir, sepertinya Bu Maya dekat. Kayaknya kita hanya perlu menyuruh orang untuk mengawasi Pak Rohan dan Dokter Azwin deh Dit"

Adit memukul bahh Bagas sedikit keras sambil mengoceh "mertua gue sama kakak ipar gue itu sama sama pembisnis juga walaupun profesinya dokter. Jadi mereka pasti sudah mengantisipasi semua itu. Lu gak inget tadi saat pertama ketemu responnya langsung bilang nunggu kedatangan gue dari lama' gimana sih lu"

"Terus maunya gimana?"

"Cari ke tempat atau kota yang mungkin aja Maya datengin"

"Oke"

Setelah mengatakan itu, mobil yang mereka tumpangi langsung membawa mereka ke bandara. Perjalanan pencarian mereka berakhir, dan fakta yang selama ini tertutupi mulai terkuak.

Ada perasaan sedih dan senang bersamaan di hati Adit. Arion, jelas sudah pasti, ia lah yang menjadi alasan kesenangan yang Adit punya. Akan tetapi keberadaan ibu kandung Arion menjadi duka tersendiri untuk Adit.

Semua tidak sesuai yang ia mau.

Saat ia berani melepaskan Maya, tidak peduli dengan kesehatan sangat ibu dan memilih mencari wanita pujaan nya, yang kemarin ia yakini masih hidup, semesta berkata lain. Harapannya musnah dan cintanya hilang.

Takdir Allah membuatnya harus merindu dalam diam, hanya menatap gundukan tanah, dengan gundukan tanah yang bertuliskan nama pujaan hati. Kelebatan tentang kenangannya bersama Sella, membuatnya terdiam selama perjalanan pulang. Banyak sekali kata yang belum sempat ia ungkapkan, terlebih saat egonya menyuruhnya untuk membuat darah dagingnya sendiri.

Belum lagi, pekerjaan rumah Adit yang sungguh sulit yaitu menemukan mantan istrinya yang entah dimana, sedang membawa anak yang menjadi peninggalan terakhir sang cinta terakhir.

Meski didalam hatinya bersyukur Arion bertemu dengan Azwin dan Maya tapi tak urung semuanya tidak akan bisa berjalan semestinya setelah ini.

Mungkin Maya memang malaikat yang Allah kirim untuk memperbaiki hidupnya yang sudah kacau. Membawa anak selingkuhan suaminya kedalam hidupmu, merawatnya seperti anaknya sendiri serta menyayangi nya melebihi luka yang ditimbulkannya tapi dibalik itu semua, Maya masih belum punya tempat di hati Adit.

Kurang bersyukur? Iya, Adit kurang bersyukur.  Mendapatkan Maya tapi ia malah menyia-yiakannya.
Tapi bukan kah hati tidak bisa dipaksa?
Sedekat apapun dan sesering apapun berinteraksi keduanya kalau memang Adit tidak ingin mengganti tempat Sella maka Maya tetap sebagai orang ketiga.

Dan bahkan setelah fakta terungkap semua tetap sama.

.

"Apa lu bilang?! Belum ketemu?! Lu becus gak sih nyarik orang?! Ini udah hampir dua tahun dan gak ada kemajuan apapun! Gue gak mau tau sebulan lagi, gue harus dapat informasi tentang Maya!" Teriak Adit sambil melempar gelas kopi ke dinding ruang kerjanya.

"Saya usahakan secepatnya" Ucap Bagas sedikit getar karena lemparan Adit hampir saja mengenai telinganya sebelah kanan.

Sudah hampir dua tahun ini Adit berubah sikap. Dingin, tak tersentuh dan tempramental. Belum lagi hobinya yang keluar masuk tempat hiburan kembali ia gandrungi. Bermain wanita dan menegak minuman keras seakan menjadi hal yang biasa.

Bagas bahkan sudah kewalahan dengan kelakuan Adit. Berkali kali ia ingin mundur dari pekerjaannya saat ini, namun lelaki itu masih punya hati untuk tidak meninggalkan sahabatnya sendirian dengan perasaan sakitnya.

Proyek hotel yang digadang gadang bisa meningkatkan pundi pundi rupiah, mangkrak dan tak tersentuh sama sekali. Banyak investor yang akhirnya menarik dananya karena perilaku Adit yang tidak memberi mereka keputusan kapan akan terealisasi kerja sama ini.

Pak Andhika yang notabene ayah sekaligus guru Adit dalam berbisnis, tidak memberi efek apapun pada anak sulungnya itu. Wejangan nya tentang kehidupan dan bisnis, tidak merubah apapun dalam diri Adit. Yang ada Adit semakin kasar dan tidak peduli dengan sekitarnya, termasuk sang mama. Entah sudah berapa kali Bu Jihan harus turun langsung menghadapi anaknya, tapi Adit tetap sebagai Adit yang terluka oleh dirinya sendiri.

Sampai akhirnya keputusan besar dibuat. Zara, adik Adit diminta untuk sementara mengurusi perusahaan sang kakak yang terbengkalai akibat urusan pribadi. Awalnya Zara menolak, namun karena rasa iba nya pada Adit, ia mengiyakan tawaran tersebut.

"Apa-apaan sih Mas. Selalu aja Zara tiap hari denger keributan. Bisa gak sih gak pakek emosi sehari aja?!" Omel Zara sambil menerobos masuk pintu ruangan kerja Adit karena mendengar suara pecahan kaca.

Adit yang mendengar namanya disebut. Tersenyum miring melihat adiknya datang dengan wajah kesal "untung kamu disini! Ada yang Mas mau omongin!" Ucap Adit kasar.

"Apa?!" Jawab Zara tak mau kalah.

Brukkk...

Satu bendel berkas Adit lemparkan tepat dihadapan Zara. Zara terkejut dan memundurkan tubuhnya beberapa langkah kebelakang "liat itu! Kemarin harusnya kamu ketemu Pak Siwa buat bahas proyek itu, kenapa malah gagal?! Jawab! Kalian berdua kerja gak ada yang becus!"

"Mas itu yang kerja gak becus, masalah pribadi dibawa bawa ke kantor! Asal Mas tau, meeting sama Pak Siwa hanya diundur bukan gagal! Aku sama Mas Bagas lagi ngurusin banyak kerjaan lainnya, jadi jangan marah marah gak jelas kalau gak tau masalahnya! Coba kalau Mas mau kerja gak mungkin kita keteteran kayak gini!"

"Kamuuu....."

"Kenapa?! Mau mukul aku?! Atau mau ngelempar aku pakek gelas?! Kalau gak karena Papa sama Mama, aku gak akan mau kerja ditempat kayak gini! Pantes kalau Mbak Maya susah diketemuin, siapa yang tahan sama suami kayak Mas!"

Zara hari ini benar benar terpancing emosinya. Kerja kerasnya membantu sang kakak tak pernah dilihat dengan baik. Yang ada Adit selalu menuntut dirinya agar bekerja lebih keras.

"Diam!! Kamu gak berhak ikut campur urusan pribadi Mas!! Keluar kamu!"

"Sebelum aku keluar, aku ingin memberitahu satu hal. Mulai besok aku akan memperkerjakan sekertaris untuk ku sendiri dan dengan pilihan ku sendiri!"

"Terserah!"

Helaan nafas panjang keluar dari indra pernafasan wanita usia dua puluhan itu yang mulai beranjak dari hadapan Adit. Rasa lelah akan sikap semena mena Adit kadang menghampirinya tapi tetap saja tak ada yang bisa ia lakukan kecuali bertahan.

Akan tetapi, langkah Zara terhenti sebelum ia berhasil membuka pintu besar ruangan Adit ini, tubuhnya memutar dan menatap sang kakak prihatin. Ia bisa melihat ada duka yang coba Adit tutupi dengan tingkah nya yang kasar dan tak berperasaan. Ingin rasanya memeluk tubuh rapuh sang kakak, tapi apa boleh buat, Adit sudah pasti tidak mengizinkan orang lain menatapnyaa kasian, tidak akan pernah.

"Mas... Mas bisa pulang kalau Mas mau. Ada Mama, Papa dan juga aku yang selalu nunggu Mas pulang. Pulang ya Mas, nanti kita sama sama nyarik Mbak Maya sama Arion" Cicit Zara pelan sambil menghapus sedikit lelehan air mata disudut matanya.

.
.
.

03042023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang