13

4.2K 240 10
                                    

Maya mempercepat langkahnya begitu mobilnya sudah terparkir di halaman rumah masa kecilnya dulu.

Tujuannya datang kemari, tak lain dan tak bukan yaitu mencari sang kakak sepupu guna meminta penjelasan nya lebih lanjut atas ide gilanya kemarin.

"Assalamu'alaikum" Teriaknya begitu memasuki rumah dominan putih tersebut.

"Waalaikumsalam, eh ada anak Papa... Papa kira lupa jalan pulang kerumah Nak" Sindir Pak Hasan pada Maya.

"Abang mana Pa? Abang pasti tidur disini kan semalem?"

"Ada apa sih? Abang lagi di rumah sakit, seminar"

"Maya butuh penjelasan Abang, Pa"

"Tentang?"

"Sesuatu"

"Bayi?" Tanya Pak Hasan santai.

Jawaban ayahnya yang terkesan sudah mengetahui hal tersebut, membuat Maya terkejut setengah mati. Maya kira ini akan menjadi rahasia bagi dirinya dan Azwin, namun nyatanya malah tidak. Papanya bahkan sudah mengetahui kemana arah pembicaraan mereka tanpa Maya jelaskan lebih dulu.

"Papa tau?" Tanya Maya pada Pak Hasan.

Pak Hasan hanya mengangguk sambil tersenyum. Akan tetapi bagi Maya senyum Pak Hasan kali ini berbeda, seperti menyembunyikan sesuatu yang entah Maya sendiri tidak tau.

"Tau. Abangmu meminta ijin Papa terlebih dahulu sebelum akhirnya membicarakannya denganmu. Kenapa May, kamu keberatan?"

Maya memejamkan matanya sesaat lalu menatap Papanya yang sudah menunggu jawaban darinya "Papa setuju? Papa gak curiga, abang dapat bayi itu dari mana? papa yakin abang gak ngehamilin anak orang?"

"Abang sudah menjelaskan semuanya sama Papa"

"Apa Pa kata Abang?"

"Biarkan nanti Abang sendiri yang menjelaskannya padamu. Kamu gak kerja hari ini?"

"Maya libur Pa"

"Bagaimana kabar rumah tanggamu, Nak?" Sebuah pertanyaan yang membuat Maya terdiam seketika. Pasalnya ayahnya itu tidak mempertanyakan bagaimana kabar sang suami, yang beliau tanyakan malah bagaimana keadaan kehidupan pernikahannya, bukan kah itu aneh?

"Baik Pa, Papa gak perlu khawatir tentang itu"

"Rumah ini akan selalu menerimamu kapan saja May, karena ini rumahmu"

Statment Pak Hasan membuat Maya mulai sesak. Berhubung wanita itu tak ingin terlihat menangis didepan cinta pertamanya itu, dengan terburu buru Maya pamit untuk pulang sambil menunggu Azwin menghubunginya kembali.

Saat matahari mulai tenggelam, saat itulah Azwin menghubunginya dan memintanya untuk bertemu di salah satu mall yang paling dekat dengan rumah sakit tempatnya bekerja.

"Abang sudah lama? Maaf tadi macet. Maya akan memberikan jawaban Maya setelah Abang menjelaskan semuanya"

Azwin tersenyum lebar mendengar penuturan adiknya itu. Maya selalu bersikap tidak sabaran begitu ia penasaran terhadap sesuatu "pesen makan dulu deh Dek" Ucap Azwin mencoba mengalihkan sebentar.

"Nanti saja setelah Abang cerita"

"Bener bener keras kepala ya. Oke oke Abang menyerah" Kata Azwin sesantai mungkin, meski tak bisa dipungkiri hatinya belum siap untuk menceritakan semuanya.

Maya tak merespon apapun yang Azwin katakan barusan. Wanita itu lebih memilih untuk dia sambil menatap dalam sang kakak.

"Adek tau kan, cinta Abang bertepuk sebelah tangan?" Tanya Azwin dan Maya menganggukkan kepalanya sambil berkata "Tau tapi tak pernah tau siapa sosoknya"

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang